Hidayatullah.com — Sembari merintis dibukanya beberapa unit usaha di sektor pendidikan dan sosial, Hidayatullah Mamuju Tengah terus berkiprah di masyarakat dengan melakukan dakwah taklim dan membangun ukhuwah Islamiyah.
Sejalan dengan program dakwah yang juga digalakkan di lima kecamatan di kabupaten ini, di antaranya majelis taklim di Desa Kadaila, Kecamatan Karossa, Dusun Pulau Kambunong, di kecamatan yang sama.
Juga secara rutin digelar pengajian bulanan di Desa Sejati yang warganya sebagian besar eksodur Timor Timur. Program sosialisasi dan publikasi sekolah yang sedang dirintis juga dipublikasikan.
Pada pertengahan Agustus ini kembali melakukan event yang menurut ketua DPD Hidayatullah Mamuju Tengah, Ustadz Muhmammad Bashori, akan dilakukan bergilir di kecamatan-kecamatan lain. Kegiatan tersebut adalah pembelajaran ilmu Fiqih Islam yang diisi oleh ahlinya, khususnya tata cara mengurus jenazah.
“Kecamatan Tobadak mendapatkan giliran pertama, Insya Allah,” terang pria berperawakan tinggi besar yang selalu riang ini.
Pelatihan penguruzan jenazah sesuai tata cara Islam, acara yang berdurasi selama 5 jam ini dibawakan Ustadz Habibi Nursalam. Beliau adalah pembina Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Mamuju Utara yang juga guru di Hidayatullah Pasangkayu.
Bashori selaku penanggungjawab kegiatan menjelaskan bahwa sengaja dipilih bab memandikan dan mengkafani terlebih dahulu dengan pertimbangan waktu yang kurang memadai.
“Pembahasan bab (memandikan dan mengkafani) ini memakan banyak waktu, karena harus dijelaskan dan dipraktekkan secara gamblang terkait banyaknya penyimpangan penyelenggaraan jenazah yang dianggap sesuai sunnah,” demikian dijelaskan pemateri Ustadz Habibi di depan sekira 40 jamaah.
Acara ini berlangsung bertempat di ‘Convention Hall’ yang dibangun hanya 3 jam oleh jamaah sehari sebelum acara. Dengan beratapkan tenda ukuran 8 x 10 meter dipancang di tengah lokasi pembangunan Pesantren Hidayatullah di Desa Mahahe, Kecamatan Tobadak, Mamuju Tengah.
“Acara seperti ini sangat dibutuhkan sekali di masyarakat,” ungkap kepala Kantor urusan Agama (KUA) Kecamatan Tobadak, Fachruddin, M.Ag. saat memberikan sambutan.
Fachruddin beralasan, mengutip kasus di wilayah kerjanya. Ketika keluarga si mayat gusar dan harus kesana-kemari mencari orang yang paham dan mau mengurusi mayat keluarga mereka, karena orang yang akan memandikan juga mengalami kecelakaan dan meninggal pula saat berkeliling itu.
Lebih jauh kepala KUA juga menginginkan acara serupa dilakukan di desa-desa dalam wilayah kerjanya.
“Banyak sekali keawaman dan kekeliruan masyarakat Muslim di sekitar kita dalam prosesi penyelenggaraan jenazah yang justru dianggap sunnah. Hal ini harus ada penjelasan yang nyata di masyarakat,” harapnya. (hio/ybh)