JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Zakat Nasional (HZN) 2023, Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) kembali menguatkan gerakan inkubasi dan literasi zakat dengan mengadakan acara live talkshow bertajuk “Bukti Nyata Kebaikan, Zakat Luaskan Manfaat” digelar secara hybrid, Selasa, 27 Ramadhan 1444 (18/4/2023).
Acara ini menghadirkan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah KH. Dr. Nashirul Haq, MA, Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Drs. H. Tarmizi Tohir, M.A, yang diwakili Kasubdit Akreditasi Syariah dan Audit Lembaga Zakat, Muhibuddin, Direktur Laznas BMH Supendi, Ketua Pengurus BMH Pusat Firman ZA, penulis Maman Suherman, dan dipandu oleh Kepala Sekolah Amil Hidayatullah Firjun Zailany.
Direktur Laznas BMH Supendi dalam sambutannya mengawali acara tersebut mengatakan adanya Hari Zakat Nasional yang pertama kali ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Senin, 5 Agustus 2013, menjadi garis penegas bahwa zakat memiliki kedudukan dan peranan yang amat penting bagi umat, bangsa, dan negara.
“Dengan adanya hari zakat nasional ini diharapkan ada peningkatan kesadaran umat Islam akan pentingnya menunaikan zakat. Hikmah dan manfaat zakat telah terbukti memberikan solusi problem umat sebagai instrumen keuangan syariah dalam agama Islam yang sangat strategis,” kata Supendi.
Menurut Supendi, bukti nyata kebaikan zakat telah terbuktikan dalam berbagai elemen dan segmen kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh, dia menyebutkan, zakat telah menjadi sarana memajukan pendidikan dengan adanya penerimaan manfaat jutaan siswa yang mendapatkan beasiswa dan sarana pendidikan.
“Dan sebagian dari mereka yang dulunya berangkat dari mustahik, saat ini telah berubah menjadi subjek zakat atau menjadi seorang muzakki,” imbuh Supendi.
Demikian pula peranan zakat dalam menjaga NKRI. Melalui zakat, terang Supendi, telah menopang pengabdian para dai yang mendidik anak anak negeri di pelosok yang menjaga kedaulatan di perbatasan negeri ini dengan berdakwah mencerahkan mencerdaskan dan menanamkan jiwa nasionalisme serta tanah cinta tanah air kepada para anak bangsa di perbatasan negeri.
Begitu halnya zakat yangf juga berdampak pada sektor ekonomi umat, membentengi moral bangsa dengan hadirnya puluhan ribu pesantren, rumah Quran dan majelis taklim, yang terbiayai dari zakat.
“Ini semua sebagai bukti bahwasanya zakat adalah solusi bagi permasalahan umat dan ini menjadi bukti bahwasanya zakat adalah konkrit dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan negeri ini,” tandasnya seraya mengajak khalayak luas untuk terus menhidupkan zakat.
Senada dengan itu, Kasubdit Akreditasi Syariah dan Audit Lembaga Zakat Dirjen Bimas Islam Kemenag RI Muhibuddin menyampaikan bahwa Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Republik Indonesia memiliki beberapa stressing program yang semuanya untuk mendukung tercapainya kebaikan dan kesejahteraan umat.
Mengutip riset bahwa 11 persen masyarakat masih menyalurkan zakat dan sedekahnya itu melalui perorangan. Kata dia, untuk melembagakan atau pengelolaan zakat ini secara terlembaga adalah salah satunya adalah untuk mengukur sejauh mana tingkat efektivitas pengelolaan baik mulai dari pengumpulan sampai penyaluran dan benda kegunaan zakat ini dan goalnya adalah semakin terkoreksinya angka kemiskinan.
“Oleh karena itu maka zakat ini tentu menjadi salah satu instrumen yang cukup efektif untuk meningkatkan pendapatan yang untuk meningkatkan kesejahteraan daripada umat kita wabil khusus untuk kalangan mustad’afin terutama di dalamnya adalah kaum fakir dan miskin,” katanya.
Karenanya, ia mengajak bersama-sama untuk mengefektifkan daripada pengelolaan zakat dan menyalurkannya dengan program program yang luar biasa, terperinci, dan terencana dengan baik yang sehingga bisa diukur dampaknya bagi penegasian kemiskinan.
“Mari kita mengajak kepada masyarakat untuk senantiasa menyampaikan zakatnya melalui lembaga-lembaga yang resmi yang berizin yang izinnya dikeluarkan oleh pemerintah sesuai dengan layeringnya sehingga bisa dikontrol sejauh mana efektivitas program program yang di-create untuk meningkatkan kesejahteraan umat.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah KH. Dr. Nashirul Haq, MA, menekankan kedudukan zakat dan shalat dalam Islam yang saling beririsan.
“Apalagi hari ini adalah Hari Zakat Nasional bisa memotivasi kita memantik kita ya untuk kemudian terpanggil untuk menunaikan rukun Islam yang sangat penting yang selalu disandingkan dengan kewajiban shalat,” katanya.
Mudah-mudahan, harapnya, dengan demikian kita bisa menjalin hubungan dekat dengan Allah SWT secara vertikal hablum minallah.
Ketua Pengurus BMH Pusat Firman ZA menambahkan, peringatan Hari Zakat Nasional merupakan momen penting bagi umat Islam untuk bisa bangkit dengan berbagai macam kelebihan yang dimiliki melalui zakat, infaq, shadaqah melalui wakaf.
Sementara pegiat literasi zakat dan gerakan filantropi nasional Maman Suherman mengapresiasi kiprah kiprah BMH selama ini, terutama yang bersinggungan denga apa yang menjadi impiannya.
“Ini saja saya iseng mengatakan saya ingin bisa menyebarkan 5000 Alquran. Selama sebulan saya baru mengatakan itu, sudah lebih dari ribuan taman baca, lebih dari ribuan orang yang mengatakan kirimkan ke saya dong karena kami saja sangat membutuhkan,” katanya.
Dia menukil data World Economic Forum yang menyebutkan bahwa pembicaraan tentang zakat yang merupakan literasi dasar itu hanya sesekali saja didengarkan sehingga zakat menjadi buktinya dimana hanya 10% yang baru terkumpulkan di Indonesia dari potensi mencapai 500 triliun.
Ini karena rendahnya literasi, padahal rendahnya mutu literasi ini akhirnya menemptkan Indonesia sebagai negara nomor 2 paling rendahnya literaturnya di muka bumi dengan ranking nomor 60 dari 61.
“Padahal mayoritas orang Indonesia beragama Islam yang perintah pertamanya jelas, membaca! Tapi minat bacanya katanya cuma 0,001,” katanya. Artinya, terang dia, jika ada 1000 orang Indonesia berkumpul maka cuma satu orang yang suka baca.
“Yang suka Iqro’ berarti dari 275 juta cuma 275.000. Akibatnya, jarak antara buku dengan manusia di Indonesia itu luar biasa jauhnya,” katanya.
Indonesia kata dia memiliki 18.000 pulau tapi toko buku itu tidak lebih dari 1000 toko buku. Toko buku besar paling cuma ratusan hingga kalau orang Sulawesi Barat, orang Polewali Mandar itu kalau mau cari toko buku harus ke Makassar 12 jam 8 sampai 12 jam
“Harapan saya gerakan literasi kita termasuk literasizZakat nanti itu bukan gerakan satu bulan dalam setahun tetapi gerakan yang terus-menerus. Setiap hari kita gaungkan, kita ceritakan,” katanya.*/YBH