Hidayatullah.or.id – Pengurus Wilayah Hidayatullah Sulawesi Barat kembali mengadakan hajatan walimatul ‘Ursy atau biasa dikenal “pernikahan mubarak” dengan menikahkan enam pasang dai dan daiyah yang berasal dari tiga kabupaten.
Herman DJ, S.Sos.I selaku ketua panitia menyebutkan pihaknya sudah lama mempersiapkan perhelatan yang ke empat kalinya ini.
“Alhamdulillah tidak ada halangan yang berarti dalam proses pernikahan ini, meski kami harus mendatangi rumah calon mempelai saat pelamaran ke pelosok dan hingga ke kabupaten Soppeng di Sulawesi Selatan” ungkapnya lega dikutip Radar Sulbar.
Ia mengimbuhkan seluruh proses penikahan sejak awal hingga usai acara dilakukan oleh panitia palaksana yang disetir oleh penatia pengarah yang tentunya pelakasanaannya dibarengi oleh seluruh warga dan santri Hidayatullah Mamuju.
Sebagaimana mafhum, pernikahan di Hidayatullah dengan gaya khas yang mengedepankan nilai-nilai syariat sejak dari proses pelamaran, resepsi walimah hingga penugasan paska pernikahan.
Penyampaian Herman tersebut dikuatkan dengan tausiah Ustadz Naspi Arsyad, Lc. MA. Anggota Majelis Mudzakarah Hidayatullah ini mengatakan, “Pernikahan mubarokah ini adalah bagian dari upaya menyerasikan pasangan yang bukan pada fisik dan profesinya saja melainkan menyerasikan visi dan misi pernikahan yang dibingkai dalam perjuangan dan bisa menopang tugas di lapangan dalam membangun peradaban yang mulia”.
Herman, S.Pd.I, dai bujang yang selama ini bertugas sebagai tenaga pendidik di SD Islam Terpadu Hidayatullah kecamatan Baras –sebagaimana lima peserta lain- hari pernikahannya adalah jumpa pertamanya kepada istrinya.
Bertempat di halaman sekolah SD dan SMP Integral Al-Furqan Hidayatullah Mamuju, dihadiri sekira 500 undangan dan beberapa tokoh masyarakat dan pemerintah.
Hadir dalam acara itu mewakili Gubernur Sulawesi Barat H. Anwar Adnan Saleh, Asisten DR. Muhammad Jamil Barambangi yang juga urun nasehat dalam sambutannya.
”Kami sangat mengapresisi upaya Hidayatullah di masyarakat dalam melakukan pembinaan yang nyata, bukan hanya sekedar berkata-kata saja.” katanya.
“Saya pikir, melalui pernikahan model seperti (walimatul ‘urusy) ini diharapkan bisa memerikan contoh pernikahan yang mudah dan murah meski tidak bisa dianggap murahan karena menampilkan syiar agama kita tanpa ada pembauran adat dan tradisi yang bertentangan dengan syara,” imbuhnya memungkasi. */ Muhammad Bashori