TANJUNG SELOR (Hidayatullah.or.id) — Suasana di kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Kecamatan Tanjungselor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara), tampak lebih ramai dari biasanya, Sabtu, 2 Rabi’ul Akhir 1446 (5/10/2024).
Sejak pukul 07.30 WITA, ratusan guru dan wali murid telah memadati ruang utama masjid pesantren untuk mengikuti acara “Pembinaan Guru dan Wali Murid”.
Kegiatan ini merupakan salah satu agenda rutin pesantren untuk memperkuat hubungan antara sekolah, guru, dan orang tua dalam membina karakter serta aqidah anak didiknya.
Senafas dengan visinya yang kuat dalam mendidik generasi Islam yang berpegang teguh pada ajaran agama, acara yang berlangsung di Pesantren Hidayatullah Bulungan ini menjadi penting di tengah tantangan yang dihadapi masyarakat modern, terutama terkait kenakalan remaja, kasus kekerasan seksual, dan kejahatan digital yang semakin marak.
Pemateri utama dalam acara tersebut yakni Ust. Jumardi Sukma, seorang dai Hidayatullah Bulungan, menyampaikan betapa pentingnya pembinaan aqidah bagi anak-anak, khususnya di era digital saat ini.
“Di zaman digital ini, kita sering mendengar kasus-kasus pencabulan, kekerasan seksual, serta kenakalan remaja lainnya. Salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk menghindari hal ini adalah dengan memasukkan anak-anak kita ke pondok pesantren,” ujar Ust. Jumardi Sukma di depan hadirin.
Ia menegaskan bahwa meskipun terkadang ada kasus serupa di lingkungan pesantren, namun jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum di luar pesantren.
Karenanya, menurut dia, pembinaan aqidah yang kuat dapat menjadi benteng bagi anak-anak dalam menghadapi berbagai godaan dan pengaruh negatif dari dunia luar, terutama dari media sosial yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak remaja.
Penggunaan Teknologi
Jumardi juga menyinggung tentang tantangan besar yang dihadapi orang tua dan pendidik di zaman sekarang. Menurutnya, teknologi, media sosial, dan lingkungan yang semakin bebas telah membawa pengaruh besar terhadap perilaku remaja.
“Kita perlu menyadari bahwa tantangan zaman sekarang sangat berbeda dengan dahulu. Dulu, mungkin kita lebih mudah mengawasi anak-anak karena dunia mereka lebih terbatas. Namun, sekarang, dunia anak-anak kita sangat luas karena adanya internet dan media sosial,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa pondok pesantren bisa menjadi salah satu solusi untuk membantu orang tua dalam membimbing dan mendidik anak-anak mereka, bukan hanya dalam hal akademik, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan moral.
Diterangkan Jumardi, pondok pesantren memberikan lingkungan yang lebih terkontrol dan kondusif untuk pembinaan aqidah dan akhlak, sehingga anak-anak dapat tumbuh dengan nilai-nilai Islam yang kuat.
“Meski begitu, pondok pesantren bukanlah tempat yang sempurna. Ada kalanya terjadi masalah, tetapi perbedaannya adalah, di pesantren, kita punya sistem dan nilai-nilai yang menjaga anak-anak kita tetap berada dalam koridor yang benar,” tambahnya.
Di antara para wali murid yang hadir, beberapa di antaranya berasal dari daerah yang cukup jauh seperti Berau dan Kabupaten Tana Tidung (KTT). Bahkan, ada beberapa orang tua yang rela bermalam di pesantren demi mengikuti acara pembinaan ini.
Salah seorang wali murid yang hadir, Ibu Nurul dari Kabupaten Berau, mengungkapkan kebahagiaannya atas terselenggaranya acara ini. Ia mengaku sangat senang bisa mengikuti kegiatan ini. Selain memperkuat fondasi agama anak-anak, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi antara sesama wali murid dan para ustadz-ustadzah di pesantren.
Selain memperkuat fondasi agama, acara pembinaan ini juga menjadi kesempatan untuk berbagi pengalaman dan cerita antara orang tua. Banyak di antara mereka yang saling bertukar pikiran tentang tantangan dalam mendidik anak-anak mereka di rumah.
Keakraban antara wali murid dan para ustadz-ustadzah juga semakin erat melalui kegiatan ini, menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat.*/Ade Junaidi Rahmat