Hidayatullah.or.id — Ikhwan Syaifullah merasa senang sekali bisa mengikuti Training Marhala Ula angkatan ke-2 yang dilaksanakan pimpinan wilayah Hidayatulah Sulawesi Barat, beberpa waktu lalu.
Seperti 14 peserta lainnya, Ikhwan memanfaatkan waktu di sela-sela acara resmi yang terbilang padat ini untuk saling bebagi cerita dan trik bertugas di daerah dakwah masing-masing.
Diselingi senda gurau dai, “Saya tenang saja waktu nama Ikhwan Syaifullah dipanggil waktu akan akad nikah. Ternyata itu nama saya, saya lupa kalau ternyata sudah diganti,” kisah dai yang sebelumnya bernama Darsin ini.
Kegiatan training Marhalah Ula ini diakui Ikhwan melegakan dirinya yang dahaga dengan spirit rohani. Pria yang kini beretugas di dusun bernama Tarailu ini mengaku sangat bahagia bisa mendapatkan nasihat-nasihat dari pengurus pusat dan wilayah.
Training ini sendiri menghadirkan pemateri instruktur nasional Hidayatullah yang didampingi Ketua PW Hidayatullah Sulbar Drs. Abu Bakar Muis dan Ketua Bidang Pengkaderan PW Hidayatullah Sulbar, Abdurrahman Hasan, S.Pd.I.
Peserta pelatihan berasal dari kabupaten Mamuju sebanyak 9 orang. Pimpinan Daerah Hidayatullah Mamuju Utara (PD Mamut) mengutus dainya dua orang, peserta dari Kabupaten Mamuju Tengah (PD Mateng) 2 orang, dan satu dai juga berasal dari Kabupaten Polman.
“Kita fokuskan semua acara di kampus II Hidayatullah di Salutalawar,” kata Herman DJ, S.Sos.I selaku ketua panitia event ini.
Pihaknya memaparkan, dipilihnya kampus II Hidayatullah Satutalawar dengan tujuan untuk efesiensi anggaran dan upaya mempererat silaturahim warga dan petugas-petugas dari berbagai daerah di mana daerah ini memang yang paling mudah dijangkau ketimbang kampus lainnya.
Acara yang diadakan selama tiga hari ini, sejak hari Jumat tanggal 29 Agustus dan berakhir pada Ahad lusanya yang berlangsung di Ruang Kegiatan Belajar (RKB) SMP Al-Furqon Hidayatullah Satutalawar.
Seluruh rangkaian acara ini berpusat dalam lokasi pesantren mulai dari ruang siding, sholat, dan olahraga di pagi hari.
“Pilihan tempat acara ini merupakan sugesti untuk percepatan melakukan pembenahan kampus bagi tuan rumah, juga bernilai penguatan tali silaturahim,” kata Ketua PW Hidayatullah Sulawesi Barat Drs. Abu Bakar Muis seraya berseloroh.
Dijelaskan dia, sebagai kader yang sedang bertugas di daerah harus memiliki standar kemampuan dalam memberikan pencerahan di masyarakat. Dituntut bisa memainkan peran dalam berdakwah dengan mad’u (pendengar) dan karakter masyarakat yang berbeda di setiap daerah binaan.
Abu Bakar menjelaskan, gencar memberikan pencerahan kepada ummat itu sudah berjalan fungsi standar. Akan tetapi mengaktifkan sholat lail (malam) baik secara pribadi dan jamaah di kampus-kampus Hidayatullah merupakan rutinitas yang mencirikan dai yang cerah dan mencerahkan.
“Konsep dasar yang dkenalkan adalah manhaj Hidayatullah sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader, dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya,” terang dia.
Sementara itu, Ketua Bidang Pelayanan Umat Pimpinan Pusat Hidayatullah Drs. Tasrif Amin Latif, M.Pd.I yang juga pemateri pada Training Marhala Ula angkatan ke-2 ini memberikan motifasi kepada peserta agar terus berbuat lebih banyak kepada ummat.
“Bahwa pembangunan yang dilakukan para dai di kampus-kampus tempat mereka bertugas yang dengan itu mereka bisa memberikan layanan pendidikan formal, santunan anak yatim dan dhuafa, itu semua adalah dakwah yang efektif hari ini,” pesan Tasyrif.
Beliau mengatakan, dirinya pernah sangat heran mendengar jawaban dai yang bertugas di sebuah daerah, “Saya belum sempat berdakwah karena sibuk membenahi kampus”. Padahal, tegasnya, justeru membenahi kampus dengan pelayanan optimal di masyarakat itulah dakwah.
“Jangan sampai banyak daerah binaannya tetapi belum memiliki kampus atau sudah memiliki kampus tetapi tidak maksimal kegiatan internalnya. Jadi harus proporsional,” pungas beliau mengingatkan. (Muhammad Bashori)