AdvertisementAdvertisement

Semarak Kesyukuran Indonesia Merdeka di Kampus Hidayatullah

Content Partner

upacara benderaUpacara Hidayatullah Batam5 Upacara Hidayatullah Batam4 Upacara Hidayatullah Batam3 IMG-20160817-WA054Hidayatullah.or.id – Indonesia telah memasuki usia ke 71 tahun kemerdekaannya dari cengkraman penjajah. Guna menguatkan akan kesejarahan bangsa tercinta ini, Hidayatullah turut memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus 2016 dengan menggelar kegiatan peringatan tujuh belasan sebagaimana telah berlangsung setiap tahunnya.

Selain menggelar ucapara peringatan 17 Agustus, kampus-kampus Pesantren Hidayatullah seluruh Indonesia juga mengadakan kegiatan seperti perlombaan dan kompetisi ajang kreatifitas.

Di Kampus Hidayatullah Batam dan Depok misalnya. Semarak kegiatan ucapara dirangkai dengan beragam ajang edukasi. Selain tu, juga ajang ini diharapkan menjadi momentum sarana pendidikan dan hiburan bagi segenap generasi muda akan wawasan kebangsaan.

Ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Kota Depok, Lalu Mabrul, dalam pidato peringatan 17 Agustus di halaman utama pesantren mengatakan

kini penjajahan itu sudah berlalu. Indonesia sudah merasakan indah dan manisnya kebebasan. Indonesia merasakan kebebasan dari ketergantungan. Dan, bebas menemukan arah negerinya sendiri dari campur tangan dan gangguan negara-negara adikuasa.

“Bahkan, euforia kemerdekaan selalu dirayakan oleh seluruh anak negeri di nusantra ini dari mulai perkampungan terpencil sampai ramainya perkotaan metropolitan,” katanya.

Euforia itu, jelas dia, berlangsung dari tahun ketahun dengan mengadakan kegiatan yang mengekspresikan bahwa betapa indahnya alam kebebasan yang perlu kita syukuri.

Karena itu, lanjut Lalu, generasi bangsa selanjutnya perlu menemukan kembali makna dan hakikat kemerdekaan itu sendiri serta bagaimana seharusnya seorang generasi menyikapi kemerdekaan.

“Ketika manusia dilahirkan, sesungguhnya manusia sudah diberikan kebebasan atau kemerdekaan untuk memilih dengan dua pilihan yaitu antara iman atau atau tidak beriman,” imbuhnya.

Itu sebabnya manusia juga diberikan kebebasan menjadi orang baik atau buruk. Menjadi perubah atau pecundang.

Dia melenajutkan, hakikat kemerdekaan bagi seorang generasi muslim (rijaalul muslimin) adalah ketika kita terbebas dalam dua hal, yaitu, Pertama, iman terbebas dari belenggu kekufuran. Yakni rijaalul muslim yang merdeka adalah mereka yang tidak terbelenggu dan tersandra oleh nafsunya.

“Rijalul muslim yang merdeka adalah mereka yang membebaskan dan membersihkan keimanan dan nafsunya dari tipu daya syaitan,” imbuhnya.

Kemudian, lanjut dia, rijalul muslim yang merdeka adalah mereka yang selalu menyucikan jiwanya dari segala kotoran yang menyelimutinya. Lalu Mabrul mengutip sebuah hikmah:

قد افلح من زكاها وقد خاب من دساها
Sungguh beruntungglah orang-orang yang senantiasa mensucikan jiwanya dan merugi mereka yang mengotorinya.

Yang Kedua, jelas Lalu, manusia merdeka atau bebas dari kebodohan. Kebodohan merupakan musuh yang harus bebas dari setiap genersi ini.

“Orang yang memelihara kebodohan dalam dirinya sesungguhnya ia adalah orang yang terjajah, orang yang terbelenggu. Bilamana ia bercokol dalam diri manusia maka hakekatnya keberadaannya adalah ketiadaannya,” pesan Lalu.

Ia tidak akan bisa memberikan manfaat terhadap diri apalagi yang lain. Ia tidak akan bisa memberi Karena ketiadaan.

“Oleh karenanya hiasilah kemerdekaan ini dengan terus meningkatkan kualitas dan kapasitas diri kita masing,” pesan Lalu.

“Jika kita seorang pendidik, maka lakukanlah itu dengan penuh dedikasi yang di gugu dan ditiru. Jika kita seorang murid jadilah murid yang sabar yang tidak akan pernah menyerah untuk membebaskan diri dari kebodohan. Itu penting,” tambahnya di hadapan peserta upcara.

Lalu mengatakan anak-anak generasi bangsa harus selalu menyiapkan diri untuk melanjutkan kiprah para orangtua dalam mengawal bangsa ini menuju negeri yang adil dan beradab sebagaimana dicita-citakan oleh pendiri bangsa.

“Karena di tangan kalianlah negeri ini dititipkan. Karena pada pundak kalianlah masa depan negeri ini akan letakkan,” ujar Lalu seraya mengutip syair Arab sebagaimana berikut:

Bersungguh-sungguhlah jangan jadi pemalas maka kelak penyesalanlah yang akan didapatkan bagi orang-orang pemalas. (ybh/hio)

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Guru dan Transformasi Pendidikan Islam

PADA Selasa, 21 Januari 2025 lalu, sebuah pesan jalur pribadi (japri) via WhatsApp dari seorang kawan tiba, isinya singkat...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img