Hidayatullah.or.id – Segenap pemuda Islam harus belajar dan mengajarkan Al Qur’an. Dengan semangat pembelajar yang menggenggam spirit semua tempat sebagai sekolah dan setiap orang adalah guru, pemuda Islam didorong menjadi penggerak utama pembelajaran Al Qur’an.
Demikian disampaikan oleh Pengurus Pusat PP Syabab Hidayatullah, Ilman Abdullah, disela pembukaan acara Dauroh Muallim Al Qur’an Syabab se-Indonesia yang digelar selama 3 hari di Kota Depok, Jawa Barat, dan dibuka pada Jum’at (25/03/2016).
Ketua Panitia Dauroh Muallim Al Qur’an Syabab se-Indonesia 2016 ini mengatakan pengajar atau muallim Al Qur’an saat ini cenderung tidak mendapat perhatian yang serius. Tak sedikit bahkan menilai guru Qur’an sebagai profesi rendahan.
“Padahal, ini adalah pekerjaan bergengsi karena tugasnya adalah mewartakan isi dan hikmah-hikmah Al Qur’an. Karena bergengsi, pekerjaan ini memerlukan kualifikasi dan kompetensi yang juga tidak sederhana,” kata Ilman dalam keterangannya diterima belum lama ini.
Karena itu, lanjut Ilman, pihaknya kembali menggelar acara pelatihan ini dalam rangka mencari bibit-bibit pengajar Al Qur’an yang berkualitas dan memiliki kompetensi memadai dalam mewartakan Al Qur’an.
Selain itu, jelas Ilman, acara yang digelar pihaknya ini sebagai salah satu upaya Syabab Hidayatullah sebagai organisasi kepemudaan nasional untuk turut serta memberantas masih tingginya buta aksara, termasuk aksara Arab, di Indonesia.
Menurut dia, sangatlah ironi Indonesia sebagai negara mayoritas penduduk muslim bahkan diklaim sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, namun dengan tingkat buta huruf Al Qur’an masih tinggi.
Ilman menyebutkan, berdasarkan data Pusat Data dan Statistik Kemendikbud tahun 2015, angka buta aksara di Indonesia masih tergolong tinggi yang mencapai 5.984.075 orang yang tersebar di enam provinsi. Enam provinsi ini meliputi Jawa Timur 1.258.184 orang, Jawa Tengah 943.683 orang, Jawa Barat 604.683 orang, Papua 584.441 orang, Sulawesi Selatan 375.221 orang, Nusa Tenggara Barat 315.258 orang.
“Data tersebut baru menjangkau enam wilayah provinsi saja. Artinya, jumlahnya bisa jauh lebih banyak dari temuan tersebut. Bahkan dikalkulasi 54 persen muslim Indonesia buta aksara Al Qur’an,” kata Ilman.
Ilman menambahkan, pemuda Islam harus terus didorong untuk gagah dan percaya diri dalam belajar dan mengajarkan Al Qur’an tidak saja di pusat-pusat kota, tetapi juga mampu menjangkau khalayak awam di pedalaman dan kawasan muslim minoritas.
Sementara itu, Ketua Departemen Dakwah PP Syabab Hidayatullah, Ahmad Muzakky, mengemukakan besarnya pengaruh gaya hidup modern yang serba instan dan praktis, ikut membuat orang malas untuk berlama-lama dalam belajar Al-Qur’an.
Fenomena tersebut, misal Muzakky, dapat dilihat dengan maraknya metode baca Qur’an dalam bentuk digital yang tak lagi mengharuskan ada temu sekemuka antara guru dengan murid.
“Al Qur’an adalah mukjizat yang di dalamnya terkandung hukum, sejarah, dan firman Allah Subhanahu Wata’ala yang harus diimani. Sehingga Al Qur’an adalah himpunan ilmu yang tak bisa dipelajari dengan cara otodidak atau belajar sendiri,” katanya.
Kendati mungkin dianggap rumit, tapi tegas Muzakky, Al Qur’an sangatlah mudah jika kita ingin mempelajarinya. Namun sebagaimana bahasa, Al Qur’an tidak bisa dipelajari tanpa ada guru yang mengajarkan.
Dalam dauroh ini, Syabab Hidayatullah selaku penyelenggara menggunakan metoda GRAND MBA atau Gerakan Nasional Dakwah Membaca dan Belajar Al Qur’an yang merupakan program nasional Hidayatullah sebagai metode pilihan pembelajaran Al Qur’an secara tuntas dan sistematis.
Muzakki mengatakan program pembelajaran Al Qur’an metode Grand MBA ditawarkan kepada masyarakat semata ingin memberikan support dan menemani masyarakat belajar Al Qur’an secara tuntas sesuai dengan tahapan-tahapannya mulai dari terbata-bata tidak bisa sama sekali sampai pada tahapan tartil.
Adapun tahapan belajar Qur’an dalam GRAND MBA adalah memulai dengan terbata-bata atau mutata’ti’, mempelajari makhraj dan shifat, mengetahui kaidah tajwid, memahami tata bahasa, memahami dan merasakan balaghah, dan terakhir hakikat tartil.
Setelah sampai pada tahapan terakhir yaitu tartil, peserta akan dibina dalam halaqah atau majelis-majelis taklim yang dibangun GRAND MBA bekerjasama dengan masjid-masjid yang intinya mempelajari 5 T yaitu Tilawah atau membaca dengan tartil, Tahfidz (menghafal sebanyak mungkin), Tafaqquh (memahami dengan benar), Tathbiq (mempraktikkan dalam kehidupan), dan Tabligh (menyampaikan kepada orang lain).
“Dengan demikian kami berharap, program sinergis ini turut berkontribusi terhadap kemaslahatan umat dan bangsa Indonesia tercinta,” kata Muzakky memungkasi perbincangan.
Generasi Masa Depan
Dauroh Muallim Halaqoh Syabab se-Indonesia ini dilangsungkan di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, yang beralamat di Jl. Kalimulya Kebon Duren, Keluarahan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat.
Adapun tema yang diusung adalah “Penajaman Gerakan Dakwah Pemuda, Menuju Indonesia ber-Qur’an”.
Para peserta yang hadir datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka adalah perwakilan-perwakilan pengurus Syabab Hidayatullah dari wilayah masing-masing. Diantaranya, perwakilan Batam, Lampung, Jabar, Jabodebek, Jatim, Bali, NTB, Kaltim, Kaltara, Sulsel dan Sulteng.
Hadir dalam acra pembukaan tersebut Ketua Bidang Pendidikan DPP Hidayatullah Ustadz Drs H Tasyrif Amin, M.Pd.I, Anggota Dewan Mudzakarah DPP Hidayatullah Drs H Nursyamsa Hadits.
Dalam sambutannya, Tasyrif menyampaikan tentang peran pemuda sebagai penerus kepemimpinan, juga sebagai generasi yang mempunyai idealisme serta selalu melakukan transformasi.
“Mau tidak mau, secara sunnatullah, dalam 20 tahun ke depan, yang berperan membangun peradaban Islam adalah para pemuda, sebagai pengambil alih kepemimpinan”, tegas Tayrif.
“Selanjutnya”, tambah Tasyrif, “Pemuda idealis, selalu ingin menempatkan jati diri dan melakukan transformasi untuk melakukan perubahan. Jadi, kalau ada pemuda tidak mau melakukan transformasi, dia akan cepat tua,” terang Tasyrif.
Adapun pembicara kedua, Nursyamsa Hadits, memberikan wejangan yang tak kalah menarik kepada para peserta. Dalam penyam Hadits, dalam penyampaiannya ia memberi motivasi dan meyakinkan para peserta agar tetap berwirausaha disamping kegiatan para muallim sebagai pengajar al-Qur’an.
Pada dauroh Al Qur’an ini panitia menghadirkan instruktur nasional GRAND MBA diantaranya Direktur Rumah Tahsin Indonesia Ustadz Agung Trana Jaya, M.Psi beserta Ustadz Nur Fuad, M.Ag, yang sekaligus adalah Ketua Departemen Pembinaan Anggota DPP Hidayatullah. */Fahruzzaman Aziz/BR