BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Memasuki usia lebih dari 50 tahun, organisasi masyarakat (ormas) Islam Hidayatullah terus memantapkan perannya sebagai motor penggerak keumatan melalui tarbiyah dan dakwah.
Ketua Dewan Murabbi Pusat (DMP) Hidayatullah, Ust. Dr. H. Tasyrif Amin, M.Pd.I, kembali menegaskan inti perjuangan organisasi ini dengan menyoroti transformasi gerakan era modern di hadapan ratusan warga dan santri di Masjid Ar-Riyadh, Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, pada Sabtu, 21 Jumadil Awal 1446 (23/11/2024).
Menurutnya, Hidayatullah mengalami pergeseran paradigmatik dalam cara memandang tempat tinggal kadernya. Dahulu, kampus menjadi pusat utama pergerakan dakwah. Kini, keberadaan fisik di kampus bukan lagi penentu utama.
“Yang menentukan adalah dia loyal dan ikut halaqah, memiliki murabbi yang membimbing dia dalam eksistensi sebagai kader dan jamaah Hidayatullah,” jelas Tasyrif.
Tasyrif menjelaskan, halaqah menjadi lokomotif transformasi Hidayatullah. Ustadz Tasyrif menegaskan pentingnya loyalitas kader terhadap halaqah sebagai bagian dari kepemimpinan kultural Hidayatullah.
“Meskipun tinggal di ujung Balikpapan, kalau dia istiqamah ikut halaqah, berarti secara kultural dia eksis melalui kepemimpinan kultural Hidayatullah dan secara infiradi dia istiqamah menegakkan Gerakan Nawafil Hidayatullah (GNH),” katanya.
Sebaliknya, mereka yang tinggal di lingkungan kampus tetapi tidak aktif dalam halaqah atau GNH akan dipertanyakan eksistensinya sebagai bagian dari organisasi. “Itulah konsekuensi keterbukaan lembaga,” tegas Ustadz Tasyrif.
Landasan pemikiran gerakan ini, terang dia, bersandar pada manhaj Nabawi, yang menekankan perlunya seorang Muslim memiliki murabbi atau pembimbing spiritual.
Dengan merujuk ayat 79 dari Surah Ali Imran, ia menjelaskan, masyarakat di Makkah dan Madinah disebut khaira ummah karena mereka terpimpin secara kultural dan struktural.
Menurutnya, pola pembinaan ini juga diilhami dari pengalaman Pemimpin Umum Hidayatullah saat melakukan ziarah ke Tanah Suci. Transformasi ini menciptakan pola dakwah dan tarbiyah yang menyesuaikan dengan tantangan zaman tanpa kehilangan esensinya.
Sebagai penutup, Tasyrif memaknai bahwa melalui tarbiyah dan dakwah yang inklusif, Hidayatullah tidak hanya mempertahankan relevansinya, tetapi juga memperluas dampak keumatannya.
Dia menegaskan, dengan halaqah sebagai lokomotif dan loyalitas kader sebagai fondasi, Hidayatullah berupaya meneguhkan bahwa nilai-nilai universal Islam tetap hidup di tengah modernitas.
Ustadz Tasyrif memandang halaqah sebagai sumber energi besar yang berpotensi mendukung ekspansi dakwah.
“Sekarang ini, energi yang dimiliki oleh halaqah masih energi internal. Bisa dibayangkan jika seluruh anggota halaqah yang telah dibina lalu ekspansi dakwah membangun gerakan keumatan,” ujarnya memungkasi.*/Abu Jaulah/MCU