JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Psikolog yang juga spesialis pengasuhan anak Elly Risman Musa mengemukakan kaitan kekerasan kata (verbal) terhadap keberlangsungan pola penerapan kepengasuhan anak.
“Perlu sekali untuk menengok ke dalam diri jiwa kita masing masing. Pada usia berapakah kita mengalami apa yang saya sebutkan tadi sebagai kekerasan kata,” ujarnya dalam acara Webinar Series 02 Pra Munas V Hidayatullah bertajuk “Mengokohkan Jatidiri Keluarga Sebagai Basis Peradaban Islam” seperti dikutip dari siaran live streaming kanal Youtube Hidayatullah ID, Sabtu (19/9/2020).
Elly menerangkan, kekerasan kata menyebabkan kekerasan pada emosi seperti marah, kesal dan dendam. Tidak sampai di situ, kalau hal itu pernah terjadi pada kita, maka biasanya dipraktikkan juga dalam pola pengasuhan.
“Parenting itu adalah bagaimana otak dan sel sel kita itu disambung-sambungkan. Mengasuh itu bagaimana membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan kenangan apa yang kini disimpan oleh masing masing anak,” kata Elly.
Dia menerangkan, setelah memahami kaitannya tersebut, maka semua data tentang tren tingginya perceraian, adanya kekerasan dalam rumah tangga, peristiwa anak yang membunuh orangtua dan lain sebagainya, bisa dipaham dari mana muasalnya.
Elly kemudian menamsilkan adanya fenomena orangtua tua namun dalam karakter dan perlakuannya tak ubahnya seperti anak anak.
“Bukankah selama ini yang kawin adalah “anak kecil” dengan “anak kecil”. Dan anak kecil itu mengasuh anak kecil. Maka, anak kecil itu ditinggal oleh ayah ibunya. Diberi akses internet, rumah free Wifi, TV berlangganan. Handphone canggih di tangan, game tersedia. Akhirnya dia adiksi game,” ujarnya prihatin.
Padahal, ungkap dia, pun marak adanya anak yang adiksi gadget pornografi. Sementara adiksi game itu adalah gangguang mental menurut WHO. Adiksi gadget pada anak usia 2-3 tahun bahkan menyebabkan masturbasi sendiri.
“Kenapa anak dikasih gadget dari kecil? Yang ngasih itu, orang tua ini atau anak kecil dalam dirinya yang nggak tahu meng-handle anak lalu mengasih anaknya gadget satu satu supaya dia bisa masak,” katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pemenuhan keinginan terhadap gadegt terjadi karena jiwa yang tidak tahan dengan anak tetangga sebelah yang punya gadget, akhirnnya dia kasih juga anaknya gadget.
“Itu orang dewasa kah, ayah bunda kah, atau anak kecil dalam dirinya yang memberi gadget ke tangan anaknya. Karena tidak tau harus melaukan apa. Siapa itu? Nggak usah cari tahu negara ikut campur atau nggak, keluarga ikut campur gak,” imbuhnya.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber lainnya yaitu Presidium Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) Dr Hj Sabriati Aziz, Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah (PP Mushida) Drs Reni Susilawati, Ketua Bidang Tarbiyah DPP Hidayatullah Dr Tasyrif Amin dan dimoderatori oleh Ust Hanafi Usman..*/Ainuddin Chalik