LUWU UTARA (Hidayatullah.or.id) — Pernah dengar nama Seko? Para petualang negeri tentu tidak asing dengan nama Seko. Sebuah lokasi yang bisa dihitung teramat jauh dari ibu kota Sulawesi Selatan, Makassar.
Seko adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, yang terbilang masih jauh dari akses infrastruktur yang memadai, terutama dalam kesempatan mendapatkan akses ilmu pengetahuan dan pengajaran keagamaan Islam.
Seiring waktu, kawasan ini terus menjadi perhatian untuk dikembangkan dari berbagai sektor kehidupannya yang melibatkan tidak saja oleh komunitas masyarakat melainkan juga pemerintah setempat.
Belum lama ini tim BMH datang ke seko mengunjungi masjid dan TPQ yang ada di kampung-kampung yang akses ke sana benar-benar membutuhkan nyali dan stamina fisik yang baik.
“Ada banyak PR kita kalau datang ke pedalaman seperti Seko ini. Masih banyak saudara-saudara kita yang teramat ringkih aqidahnya, belum mengerti tata cara sholat apalagi bacaan shalat,” Kepala Diviis Program dan Pemberdayaan BMH Sulsel, Syamsuddin.
Bukan itu saja, dalam pengamatan langsungnya di lapangan, Syamsuddin menilai, meskipun masyarakatnya bisa dikatakan seratus persen muslim, namun umumnya belum bisa membaca huruf Alquran dan juga belum ada yang intens membina mereka.
Syamsuddin mengakui, kondisi itu memang seakan menjadi bagian dari konsekuensi letak geografis Seko yang memang tidak mudah diakses.
“Jauh kalau ke sini dan tidak mudah, butuh nyali dan stamina yang baik. Jadi, memang butuh tekad kuat kalau kita ingin kuatkan aqidah saudara-saudara kita di sini,” imbuh Syam.
Dalam pada itu, pria yang selalu girang ini, mengatakan kondisi semakin mudah dibaca bahwa masyarakat perlu kembali didekatkan dengan Islam adalah kala melihat masjid, dimana Alquran tidak ada kecuali yang sudah tua dan lusuh.
“Selain itu tantangannya adalah warga memang lebih banyak di kebun, sehingga silaturrahim ke rumah-rumah tidak benar-benar mudah,” lanjut Syam. Namun, tegas diam langkah terobosan perlu ditindaklanjuti.
“Insya Allah, Idul Adha di bulan depan, BMH akan mengirimkan sebagian hewan qurban ini untuk masyarakat di Seko ini. Semoga ini bisa menjadi pemantik kesadaran dan persaudaraan, sehingga dakwah dan pendidikan di sana perlahan bersemi kembali,” tutup Syam.
Untuk menuju ke kawasan Sekoi ini, perjalanan harus menempuh medan yang terbilang cukup menantang. Pasalnya, akses jalan belum sepenuhnya memadai sehingga sejumlah titik tanah liat berlumpur yang dilalui menjadikan perjalanan aduhai asiknya. Belum lagi, harus menyeberangi sungai karena belum adanya fasilitas penyeberangan yang representatif. */Herim