AdvertisementAdvertisement

Inilah Satu-satunya Jalan Kita!

Content Partner

DEWASA ini, hampir semua yang dimiliki kaum muslimin telah diacak-acak oleh musuh-musuhnya. Bersihnya politik Islam ditukar dengan sistem-sistem tandingan yang korup; keadilan ekonominya diganti dengan riba dan kapitalisme; dan keberlimpahan sumberdaya alam negerinya dikeruk dengan dalih investasi.

Ketangguhan militernya dikebiri dengan stigma terorisme; kegemilangan tradisi ilmunya dihancurkan dengan pemikiran-pemikiran yang menyimpang; keseimbangan sistem sosialnya digerogoti dengan paham-paham yang pincang; dan seterusnya.

Bila semua dirunut satu persatu, terkadang jiwa kita terjatuh dalam pesimisme. Seolah-olah tidak tersisa peluang dan harapan lagi. Sepertinya, masa depan Islam sangatlah suram.

Namun, bukankah Allah Ta’ala telah berjanji akan memenangkan agama-Nya di atas semua agama yang lain? Allah Ta’ala berfirman,

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya di atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya.” (QS. At-Taubah: 33).

Janji senada dikemukakan Allah Ta’ala dalam surah al-Fath: 28 dan ash-Shaff: 9.

Hanya saja, di manakah tanda-tanda realisasinya? Masihkah jauh sehingga kita harus lebih kuat bersabar, atau sudahkah dekat sehingga kita patut bergembira?

Terkait hal ini, ada sebuah syair yang dilantunkan oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidiy (w. 170 H), ahli nahwu termasyhur dan guru dari Imam Sibawaih. Beliau berkata, “Sebelummu (telah ada) dokter yang mengobati pasien. Lalu, pasien itu bertahan hidup tetapi dokternya sendiri telah mati. Maka, bersiagalah untuk (menyambut datangnya) penyeru kefanaan (yakni, kematian). Sebab, setiap yang pasti datang maka dia adalah dekat.” (Riwayat Abu Thahir al-Muqri’ dalam Akhbar an-Nahwiyyin).

Benar. Setiap yang pasti datang adalah dekat. Kematian dan Hari Kiamat adalah dua diantaranya. Dan, karena janji Allah mesti dipenuhi, maka sebenarnya ia dekat. Kita pantas bergembira karenanya. Kemenangan agama Allah adalah sesuatu yang pasti.

Diantara pertanda dekatnya pemenuhan janji itu adalah masih terpeliharanya Al-Qur’an dan Sunnah, padahal lebih dari 1.400 tahun telah berlalu sesudah kewafatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kita tahu, dulu umat ini dibangkitkan oleh Allah Ta’ala dari kegelapan jahiliyah dengan Al-Qur’an. Di saat bersamaan, Allah Ta’ala mengutus seorang manusia terbaik yang menunjukkan bagaimana wahyu-Nya itu harus diterapkan, yang kemudian direkam dalam Sunnah.

Itulah dua pusaka kenabian yang dulu membersihkan bangsa Arab dari kotoran jahiliyah, lalu menyalakan api kejayaan baginya.

Karena benih-benih kebangkitan itu masih terjaga murni sebagaimana aslinya, maka kisah serupa masih mungkin diulang kembali.

Memang, kaum kafir telah memorak-porandakan nyaris seluruh sendi-sendi kehidupan kaum muslimin. Akan tetapi, Allah Ta’ala tidak pernah memberi mereka peluang untuk menyentuh Kitab Suci-Nya. Mereka pun telah gagal menghapus Sunnah Rasulullah dari memori umatnya.

Ingatlah apa yang dikatakan Al-Qur’an: “…dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 141).

Maka, separah apa pun kerusakan yang mereka timbulkan ke dalam kehidupan kaum muslimin, selama masih ada Al-Qur’an dan Sunnah, kita selalu punya pedoman untuk menatanya kembali.

Kita tidak perlu pesimis dan berhenti berharap, selama kita mengikuti petunjuk Allah semaksimal yang kita mampu. Sebab, inilah jaminan Allah dalam Al-Qur’an: “…barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 38).

Allah pun telah berfirman, seraya menjamin keaslian Kitab Suci-Nya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Rasulullah juga bersabda, seraya mengisyaratkan terpeliharanya Sunnah beliau:

“Dari setiap generasi, orang-orang paling kredibel yang akan mewarisi ilmu ini. Mereka akan membuang penakwilan orang-orang bodoh, penjiplakan oleh orang-orang yang hendak merusaknya, serta penyelewengan oleh orang-orang yang ekstrem.” (Riwayat al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra no. 21439, dari Ibrahim bin ‘Abdurrahman al-‘Adzariy. Hadits shahih).

Berbekal Al-Qur’an dan Sunnah

Alhasil, Al-Qur’an adalah tali penghubung antara manusia dengan Allah Ta’ala yang paling otentik. Ia secara valid memberitahu apa saja yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala agar diperbuat oleh manusia.

Di saat bersamaan, Sunnah merupakan rekaman paling jernih perihal kehidupan seseorang yang dibimbing oleh wahyu secara langsung. Tidak ada yang samar-samar dan meragukan dari keduanya.

Sekarang, bisa jadi kita bingung mendapati realitas zaman dan tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. Kita pun mencemaskan nasib generasi penerus di belakang kita, di tengah-tengah dahsyatnya serbuan aneka budaya dan pemikiran yang merusak.

Namun, Allah telah memberi kita Al-Qur’an dan Rasulullah pun telah mempusakakan hadits-haditsnya. Ajarkan keduanya kepada anak-anak dan murid-murid kita; agar keduanya berbaur dengan darah, merasuk ke dalam daging, dan menembus tulang sumsum mereka. Kelak, Al-Qur’an dan Sunnah itulah yang akan mengajari mereka bagaimana harus bertindak.

Demikianlah perjanjian antara Allah Ta’ala dengan leluhur umat manusia. Ketika menurunkan Adam dan istrinya ke bumi, Allah Ta’ala berpesan:

“Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 38-39).

Jadi, inilah jalan kita satu-satunya sekarang: “berkomitmen untuk belajar serta mengajarkan Al-Qur’an dan Sunnah”.

Dari situ, semoga Allah Ta’ala menjatuhkan ilham untuk meretas problematika problematika kontemporer yang membelit kita dari segala penjuru. Amin! Wallahu a’lam.

*) Ust. M. Alimin Mukhtar, penulis pengasuh di Ar Rohmah Pondok Pesantren Hidayatullah Malang, Jawa Timur

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Dokter Kemala Intan Soroti Peran Generasi Muda dan Urgensi Pendidikan Masa Kini

MEDAN (Hidayatullah.or.id) -- Markas Hidayatullah Al-Quran Learning Centre (HALC) di Kota Medan siang hari itu menjadi terasa istimewa dengan...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img