BAUBAU (Hidayatullah.or.id) — Silaturrahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah 2023 memang telah berlalu. Namun masih “berlangsung” bagi mereka yang hingga kini belum sampai ke tempat tugas. Begitulah yang dilakoni kafilah dari Provinsi Maluku Utara.
“Alhamdulillah Silatnas usai, kami masih dalam pelayaran,” ungkap Arif Ismail Hanafi, Selasa, 21 Jumadil Awal 1445 (5/12/23).
Mengarungi laut Jawa, selat Makassar dan seterusnya dengan KM Dorolonda, perjalanan Arif Ismail bersama ratusan peserta kafilah lainnya hari itu baru saja tiba di Baubau, Sulawesi Tenggara.
“Sekarang lanjut pelayaran, dari Baubau ke Namlea, Pulau Buru, Maluku. Baru selanjutnya menuju ke Ternate,” tuturnya melalui aplikasi percakapan.
“Alhamdulillah berangkat 1 Desember dan sekarang 5 Desember telah tiba di Bau Bau,” imbuhnya.
Inti Perjalanan
Melakukan perjalanan melalui laut memang butuh stamina dan tentu saja mental yang kuat. Karena amalan penting dalam hidup begitu perlu kita hadirkan. Misalnya sabar.
Siapa yang bisa melakukan perjalanan laut tanpa kesabaran?
Namun, dalam pelayaran kita bisa merasakan langsung kekuasaan Allah Ta’ala. Terlebih saat kapal meninggalkan pelabuhan dan tengah berada jauh dari daratan.
Sejauh mata memandang, kemanapun mata ini menyapu sudut kehidupan, yang terpapar hanya satu air laut seakan bertemu dengan langit.
Saat seperti itu biasanya hati kita akan mudah tergerak betapa tidak ada harapan yang bisa jadi andalan, selain daripada Allah Ta’ala.
Dan, inilah inti perjalanan luar biasa. Berlayar bisa kita sebut sebagai miniatur perjalanan hidup manusia itu sendiri.
Tebar Bekal
Arif Ismail tentu saja lelah dengan perjalanan menuju dan kembali dari Silatnas. Namun ia punya energi mengapa bisa bertahan dan menikmati perjalanan panjangnya.
“Kami membawa bekal yang harus kami tebar nanti di tempat kami tugas. Inilah energi pelayaran kami,” ungkapnya.
Dalam kata yang lain, hanya orang-orang yang punya visi, cita-cita dan misi hidup mulia yang mau mengarungi lautan sedemikian panjang.
Terlebih Arif Ismail tidak sedang berjalan sendirian, ia membawa istri, keluarga dan jama’ah Hidayatullah Maluku Utara.
Terbayang betapa itu tidak mudah. Namun sungguh itu bukan sebuah perjalanan biasa. Ini adalah perjalanan para pejuang yang ingin dirinya terus meningkat kebermanfaatannya bagi sesama.
Fii Amanillah, kafilah dari Maluku Utara.[]