SINTANG (Hidayatullah.or.id) — Sejak 2011, Ustadz Arif Subagyo, seorang dai asal Jawa Tengah, mengabdikan hidupnya untuk berdakwah di pedalaman Kalimantan Barat. Ia menetap di Dusun Jemelak Hulu, Desa Kebong, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang—sebuah wilayah dengan penduduk Muslim sebagai minoritas.
Meskipun penuh tantangan, Ustadz Arif terus berjuang memperjuangkan nilai-nilai Islam dan pendidikan bagi masyarakat setempat.
Pada 2015, Ustadz Arif mendirikan Panti Asuhan Insan Jemelak, yang saat ini menjadi rumah bagi 41 santri, termasuk anak-anak yatim piatu dan mualaf. Tempat ini juga berfungsi sebagai pusat kegiatan dakwah dan pendidikan agama.
“Alhamdulillah, keberadaan kami sudah diterima warga sekitar yang non-Muslim,” kata Ustadz Arif dengan syukur, meskipun tantangan besar masih membayangi.
Perjalanan menuju panti asuhan yang terletak di wilayah terpencil ini tidak mudah. Dari Pontianak, dibutuhkan waktu 8–10 jam perjalanan darat, dengan kondisi jalan yang cukup berat. Situasi geografis yang sulit kerap diperparah oleh ancaman banjir.
“Air hujan turun ke daerah rendah karena adanya peninggian jalan utama,” jelas Ustadz Arif seperti dalam keterangan diterima media ini, Sabtu, 5 Jumadil Akhir 1446 (7/12/2024), menggambarkan salah satu tantangan infrastruktur di wilayah tersebut.
Meski menghadapi berbagai keterbatasan, Ustadz Arif terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari panti asuhan. Ia bahkan bekerja sampingan sebagai loper koran untuk mencukupi pengeluaran harian.
Panti Asuhan Insan Jemelak yang dia jalankan menjadi wadah pendidikan harapan di tengah keterbatasan. Anak-anak yang diasuh di sana mendapatkan pendidikan agama dan bimbingan moral yang kuat, meskipun fasilitas masih sangat sederhana.
Dengan upaya keras, Ustadz Arif dan istrinya menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak, sambil terus memperkuat ikatan sosial dengan masyarakat sekitar yang sebagian besar non-Muslim.
Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) Kalimantan Barat turut mendukung dakwah Ustadz Arif. “Kami rutin memberikan bantuan sembako, Al-Qur’an, dan hewan kurban setiap tahunnya,” ujar Anton Trimaryanto, Kadiv Prodaya BMH Kalbar.
Anton mengatakan, keteladanan Ustadz Arif dalam pengabdiannya untuk pembinaan masyarakat menggambarkan bahwa dakwah memerlukan pendekatan yang inklusif dan adaptif.
Kesuksesan Arif dalam membangun harmoni dengan warga non-Muslim menjadi pelajaran penting bahwa toleransi adalah fondasi utama dalam membangun masyarakat multikultural.
Namun, perjalanan ini masih jauh dari kata selesai. Dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk memperbaiki fasilitas panti asuhan, mengatasi banjir yang sering terjadi, serta menyediakan akses pendidikan yang lebih baik bagi santri.
“Perjuangan beliau menjadi inspirasi untuk terus menghidupkan cahaya Islam di pelosok negeri, membawa harapan bagi generasi muda yang menjadi tumpuan masa depan,” kata Anton memungkasi.*/Herim