
DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Para amil Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) mengikuti sesi pembinaan bertajuk ‘Menjadi Amil Tangguh dan Excellent’ di Aula Abdullah Said, Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, Selasa, 29 Dzulqa’dah 1446 (27/5/2025).
Sesi ini diisi oleh Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, M.Pd.I., Pengawas Syariah BMH Pusat, yang hadir membekali para peserta dengan prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan peran strategis sebagai pengelola zakat.
“Amil itu bukan posisi yang mudah. Kita berdiri di tengah, memegang amanah dari muzakki, dan menyampaikan kepada mustahik,” kata Ghofar.
Menurutnya, posisi amil bukan hanya pekerjaan administratif, melainkan posisi yang sarat amanah, dengan konsekuensi dunia dan akhirat. Ia menegaskan bahwa inti dari kekuatan seorang amil terletak pada keimanan.
“Tanpa iman, sulit untuk bisa amanah. Apalagi jika yang dikelola adalah dana umat. Itu butuh kesungguhan dan integritas tinggi,” ujarnya.
Dia menegaskan, ieimanan menjadi fondasi utama agar amil tidak tergelincir dalam pengelolaan dana publik yang sangat sensitif.
Dalam paparannya, Ghofar mengutip pandangan Syaikh Sayyid Sabiq Muhammad At-Tihamiy, ulama fiqh klasik, bahwa amil pada awalnya adalah pemungut zakat yang diangkat oleh otoritas negara atau pemimpin umat.
Namun, dalam konteks lembaga zakat modern, peran amil tidak hanya mengumpulkan, tetapi juga mengelola, menyalurkan, dan mempertanggungjawabkan dana zakat dengan baik dan profesional.
Karena itu, dia membeberkan, amil masa kini harus memiliki setidaknya empat kompetensi utama. Pertama, kompetensi spiritual.
Ia menjelaskan, seorang amil harus dekat dengan Allah, menjaga keikhlasan, dan konsisten dalam ibadah. “Aneh kalau ada amil yang jauh dari perintah Allah,” ujar Ghofar dengan nada menohok.
Kedua, amil harus memiliki kompetensi syariah. Ia menekankan pentingnya penguasaan fiqh zakat, ibadah, dan muamalah agar pengelolaan dan penyaluran dana zakat sesuai dengan tuntunan syariah yang benar.
Ketiga, kompetensi profesional. Menurut Ghofar, keterampilan kerja di bidang masing-masing sangat penting. “Dana umat tidak boleh dikelola secara asal-asalan. Harus dengan kompetensi yang sesuai,” tambahnya.
Dan, Keempat, kompetensi organisasi. Seorang amil perlu memahami visi, misi, sejarah, dan dinamika lembaga tempatnya berkhidmat. “Ini juga tentang kesiapan hidup terorganisir dan berjiwa pemimpin,” jelasnya.
Pada sesi ini Ghofar membangkitkan kesadaran akan nilai luhur profesi amil. “Menjadi amil bukan sekadar menghimpun. Ini perjuangan. Ini ladang pahala. Maka, jangan setengah hati,” tegas Ghofar di akhir sesi.
Dengan pembinaan seperti ini, Laznas BMH menargetkan terwujudnya amil-amil yang tidak hanya tangguh dalam kerja, tetapi juga unggul dalam iman, ilmu, dan integritas.*/