Kehidupan tidak bisa stagnan. Hari-hari yang terlewatkan akan menjadi sejarah untuk kehidupan mendatang. Hari ini akan terlewat dan menjadi kemarin. Hari esok akan kita pijak dan menjadi hari ini. Hari-hari terus berlanjut dan tidak akan kembali. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan:
لن ترجع الأيّام التي مضت
“Tidak akan pernah kembali lagi hari-hari yang telah berlalu”
Maka penuhilah waktu dengan segala kebaikan. Bertemu bulan Ramadhan menjadi momen yang sangat baik untuk memperbaiki diri. Suksesnya diri bukan diukur pada harta, pangkat dan jabatan.
Ukuran sukses itu adalah takwa sebagaimana al-Qur’an yang berbunyi “Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta’malụn”
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Q.S Al-Hasyr [18]
Menurut tafsir al-Wajiz di awal ayat ini ada penekanan bertakwa dahulu kepada Allah, kemudian muhasabah diri lalu ditutup dengan takwa,”
Untuk itu takwa harus senantiasa menjadi bekal dan poros utama dalam memperbaiki diri. Tentunya ketakwaan bisa didapat dengan bersungguh-sungguh dalam mentaati perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sebagaimana perang antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy yang berlangsung di pertengahan bulan Ramadhan, tepatnya 17 Ramadhan. Badar yang letaknya lebih kurang 145 km arah barat laut dari kota Madinah al-Munawwarah menjadi saksi di atas keimanan dan ketaqwaan para sahabat sehingga dengannya Allah mendatangkan bantuan-Nya kepada mereka.
Pepatah bijak mengatakan “history repeats itself” kita sudah memasuki bulan Ramadhan. Sudahkah kita benar-benar bersungguh-sungguh dalam memohon ampunan, beribadah, dzikir, berdoa, mengkaji keilmuan, memperbanyak membaca Al-Qur’an dan meminta keridhoan serta segala keberkahan?
Oleh sebab itulah kita harus tetap maksimal dan optimal dari hari pertama hingga hari selanjutnya. Bahasa kekiniannya “jangan kasih kendor,” dan bila perlu, terus meningkat sampai akhir. Bukan soal siapa yang paling pertama dan terakhir, tapi siapa yang tetap bertahan sampai akhir. Agar Allah juga mendatangkan segala Rahmat, kasih sayang dan ampunannya.
Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dialah orang yang sukses. Namun bila hari ini masih sama dengan hari sebelumnya, maka dialah orang yang merugi. Jika hari ini lebih buruk dari hari sebelumnya maka dialah orang yang terlaknat.
Perbaiki niat dan perpanjanglah munajat. Terutama di sepertiga malam, di waktu sahur, di waktu berbuka dan di sepanjang waktu puasa. Jangan sampai kita lengah bahkan lalai dengan fasilitas android dan sebagainya. Apalagi dengan adanya social distancing di tengah pandemi Corona, hampir semua kegiatan hanya bisa dilakukan lewat online to online saja.
Terakhir mengutip satu ungkapan, jika engkau anggap bahwa Ramadhan tahun ini berbeda, maka ketahuilah sungguh engkau memang dituntut untuk berbeda dari tahun sebelumnya.
Antria Kumon. Dosen STIS Hidayatullah Balikpapan