Hidayatullah.or.id — SMP Integral Hidayatullah Surabaya menentukan kenaikan kelas dari kelas 1, 2, dan 3 hingga kelulusan untuk siswa kelas 3 dengan hafalan Al Quran hingga 8 (delapan) juz.
“Karena itu, ketika siswa kelas tiga sedang menuntaskan soal Ujian Nasional (UN), maka siswa kelas satu dan dua bukan libur, melainkan melaksanakan kewajiban setor hafalan sebagai syarat kenaikan kelas,” kata guru Pesantren Hidayatullah Surabaya, Baihaqi, Kamis.
Untuk siswa kelas 3 yang sedang UN pun akan sama, yakni mereka harus menyetorkan hafalan juga, bahkan mereka harus menuntaskan hafalan hingga delapan juz untuk lulus dari sekolah itu.
Sejak pelaksanaan UN SMP pada 5-8 Mei, para siswa kelas 1 dan 2 sudah terlihat memakai sarung dan songkok atau peci di masjid sekolah itu untuk antre setor hafalan sejak pagi.
Puluhan siswa komat-komit sambil memegang Al Qur’an di tangan. Ada yang tampak serius, ada juga yang santai. Ada yang menghafal di teras masjid, ada pula yang terlihat memojok di ruang masjid mencari tempat sepi agar tidak terganggu.
Misalnya Maulana Wirayudha yang mencari tempat di dekat mimbar. Ia mengatakan mencari tempat yang sepi biar hafalan cepat masuk. “Di teras masjid bising,” ucap siswa yang sedang fokus menghafal juz 29.
Menurut dia, sejak masuk sekolah itu, dirinya sudah mulai menghafal. “Insya-Allah nanti lulus dari sekolah, saya tidak hanya hafal delapan juz tapi 30 juz,” katanya penuh harap.
Lain halnya dengan Izzudien Refie yang menyetor hafalan juz 29 dan 30. “Sudah seminggu lebih, saya muraja’ah (mengulang) hafalan, saya biasanya mengulang hafalan kalau pagi hari, soalnya lebih mudah masuk kalau pagi,” katanya.
Di hadapan penguji, Izzudin tampak lancar melafalkan hafalannya, namun beberapa ayat masih harus dibetulkan oleh penguji.
Secara terpisah, salah satu tim penguji, Fatihul Haq, mengatakan hafalan siswa sudah cukup banyak. “Hanya mungkin butuh pembetulan pada panjang-pendek dan cara melafalkan (mengeja) huruf,” katanya.
Menurut Fatih, tujuan kegiatan itu untuk membekali anak dalam kehidupan sehari-hari. “Juga, kehidupan selanjutnya selepas lulus dari sekolah ini. Pergaulan di luar tidak terkontrol, maka kami meminimalkan dengan model pembelajaran seperti ini,” katanya.
Ia menambahkan lulus di sekolah Hidayatullah tidak hanya dilihat dari nilai akademik, tapi juga dilihat dari nilai akhlak. “Cara menilai akhlak ya dari bagaimana hafalan Al Quran anak dan penerapannya,” katanya.
Pola pendidikan itu sudah lama menerapkan sistem yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 untuk menguji kompetensi siswa dalam tiga kompetensi yakni sikap, keterampilan, dan pengetahuan. (hio/ybh)