AdvertisementAdvertisement

Iman sebagai Energi Utama dalam Menjalankan Ajaran Islam

Content Partner

IMAN dalam ajaran Islam merupakan fondasi segala amal dan tindakan. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ustadz H. Dr. Nashirul Haq, MA, dalam acara Tabligh Akbar bertema “Energi Iman untuk Gerakan Dakwah” di Masjid Baitul Karim, Pusat Dakwah Hidayatullah Jakarta, pada 21 September 2024 lalu.

Beliau menyatakan bahwa, “Iman adalah energi. Kekuatan inilah yang memotivasi dan menggerakkan untuk beramal shaleh, berhijrah, berjihad, dan berdakwah. Segala bentuk ajaran Islam hanya bisa dijalankan kalau ada energi iman.”

Pesan beliau ini menggambarkan betapa pentingnya iman dalam menjalankan setiap aspek kehidupan seorang Muslim. Iman bukan sekadar keyakinan yang statis, tetapi sebuah kekuatan dinamis yang menggerakkan jiwa menuju kebaikan dan pengabdian kepada Allah SWT.

Dalam Al-Qur’an dan Hadis, iman kerap dijelaskan sebagai dasar dari segala bentuk ibadah dan kebaikan, yang tanpanya, tindakan manusia menjadi hampa makna.

Iman Sebagai Kekuatan Utama

Iman, dalam pandangan Islam, tidak sekadar meyakini keberadaan Allah SWT, tetapi juga mencakup pengamalan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam surah Al-Baqarah ayat 285, Allah SWT berfirman:

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Mereka semua beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, (mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara rasul-rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat.’ Mereka berdoa, ‘Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.'”

Ayat ini menunjukkan bahwa iman adalah totalitas keyakinan dan ketaatan. Seorang Muslim yang beriman tidak hanya percaya dalam hati, tetapi juga mewujudkan keimanan tersebut dalam bentuk amal perbuatan, sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz Nashirul Haq.

Iman menjadi motor yang mendorong seorang Muslim untuk selalu bergerak menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Energi iman inilah yang menuntun seorang Muslim untuk beramal shaleh, berjihad, berdakwah, dan berhijrah—empat pilar utama yang dijelaskan oleh Ustadz Nashirul sebagai implementasi iman yang nyata.

Peran Iman dalam Amal Shaleh

Al-Qur’an secara konsisten mengaitkan iman dengan amal shaleh. Amal shaleh, dalam Islam, merupakan buah dari iman yang kokoh. Dalam surah Al-Asr, Allah SWT berfirman:

وَالْعَصْرِۙ. اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِࣖ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”

Ayat ini mengisyaratkan bahwa iman dan amal shaleh tidak dapat dipisahkan. Iman adalah dasar yang menuntun manusia untuk melakukan amal shaleh, dan amal shaleh menjadi bukti nyata dari iman yang dimiliki.

Tanpa iman, amal shaleh tidak memiliki pondasi yang kuat, sedangkan tanpa amal shaleh, iman tidak terwujud dalam tindakan. Inilah yang dimaksud dengan iman sebagai energi, di mana seorang Muslim terdorong untuk melakukan amal shaleh sebagai bentuk ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT.

Hijrah sebagai Manifestasi Iman

Salah satu manifestasi iman yang paling fundamental dalam sejarah Islam adalah hijrah. Hijrah, secara harfiah berarti “berpindah”, namun dalam konteks spiritual, hijrah mencerminkan perpindahan dari keburukan menuju kebaikan, dari kekafiran menuju keimanan.

Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah, yang merupakan langkah strategis dalam mengembangkan dakwah Islam.

Dalam surah An-Nisa ayat 100, Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةًۗ وَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ

“Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai di tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.”

Hijrah tidak hanya dilihat sebagai perpindahan fisik, tetapi juga spiritual. Hijrah menunjukkan betapa iman dapat menggerakkan seseorang untuk meninggalkan kenyamanan dan keselamatan pribadi demi kebenaran. Energi iman inilah yang menggerakkan seorang Muslim untuk mengambil risiko, berkorban, dan berjuang demi tegaknya nilai-nilai Islam.

Jihad yang Didorong oleh Iman

Selain hijrah, jihad merupakan bentuk nyata lain dari manifestasi iman. Kata “jihad” berasal dari kata “jahada”, yang berarti “berjuang” atau “berusaha dengan keras”. Dalam tuntunan Islam, jihad berarti berjuang di jalan Allah, baik dalam bentuk perjuangan melawan hawa nafsu, melawan kebodohan, maupun dalam mempertahankan agama. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 78:

وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖۗ هُوَ اجْتَبٰىكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا لِيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ شَهِيْدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِۖ

“Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.”

Jihad, dalam segala bentuknya, memerlukan energi iman yang besar. Tanpa iman yang kuat, seorang Muslim tidak akan mampu menghadapi berbagai tantangan dan pengorbanan yang diperlukan dalam jihad. Jihad bukanlah tindakan yang bisa dilakukan secara asal-asalan, tetapi harus berdasarkan keyakinan yang mendalam kepada Allah dan tujuan mulia dalam menegakkan agama-Nya.

Dakwah Penyebaran Kebenaran melalui Energi Iman

Dakwah, sebagai salah satu bentuk ibadah yang paling utama, juga didorong oleh energi iman. Dakwah bukan sekadar menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga mengajak umat manusia kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Imran ayat 104:

تَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

Dakwah memerlukan ketulusan, keikhlasan, dan pengorbanan yang tinggi. Tanpa iman yang kuat, seorang da’i tidak akan mampu menghadapi rintangan dan tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam.

Energi iman inilah yang menggerakkan para da’i untuk terus berdakwah meskipun menghadapi banyak kesulitan dan cobaan. Seperti yang disampaikan oleh Ustadz Nashirul Haq, dakwah hanya dapat berjalan dengan baik jika dilandasi oleh energi iman yang tulus dan mendalam.

Iman Pendorong Utama dalam Kehidupan

Iman, seperti yang disampaikan oleh Ustadz Nashirul Haq, adalah energi utama yang menggerakkan seorang Muslim dalam menjalankan ajaran Islam. Tanpa iman, segala bentuk ibadah dan kebaikan tidak akan memiliki makna yang sesungguhnya. Iman adalah kekuatan yang memotivasi seseorang untuk beramal shaleh, berhijrah, berjihad, dan berdakwah.

Dalam pandangan Islam, iman bukanlah sesuatu yang pasif, melainkan dinamis dan terus berkembang seiring dengan amal dan ketaatan kepada Allah SWT. Energi iman inilah yang membedakan seorang Muslim yang benar-benar taat dan berjuang di jalan Allah dengan mereka yang hanya menjalankan agama secara formalitas. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 286:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْۗ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebaikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya.”

Dengan iman yang kokoh, seorang Muslim akan mampu menghadapi segala ujian dan tantangan hidup, karena ia tahu bahwa Allah selalu bersamanya dan bahwa setiap amal shaleh yang ia lakukan akan mendekatkan dirinya kepada-Nya. (ybh/hidayatullah.or.id)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Jawa Barat Tuan Rumah Rapat Kerja Nasional Hidayatullah, Usung Tema Konsolidasi dan Standardisasi

BANDUNG (Hidayatullah.or.id) — Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Jawa Barat akan menjadi tuan rumah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Hidayatullah...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img