AdvertisementAdvertisement

Ustadz Nashirul Pesan Energi Iman dalam Dakwah dan Ingatkan ‘Syahadat yang Impoten’

Content Partner

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ustadz H. Dr. Nashirul Haq, MA, menggugah kesadaran umat akan pentingnya iman sebagai sumber kekuatan utama untuk menjalankan ajaran Islam termasuk dalam melakukan gerakan dakwah islamiyah.

Pesan itu ditegaskan beliau dalam acara Tabligh Akbar bertema “Energi Iman untuk Gerakan Dakwah” di Masjid Baitul Karim, Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang Cempedak, Otista, Polonia, Jakarta, Sabtu, 17 Rabi’ul Awal 1446 (21/9/2024).

Ustadz Nashirul Haq menekankan bahwa sejatinya iman adalah energi yang menggerakkan setiap Muslim untuk beramal shaleh, berhijrah, berjihad, dan berdakwah.

“Iman adalah energi. Kekuatan inilah yang memotivasi dan menggerakkan untuk beramal shaleh, berhijrah, berjihad, dan berdakwah. Segala bentuk ajaran Islam hanya bisa dijalankan kalau ada energi iman,” ujarnya.

Ia menegaskan betapa pentingnya iman dalam kehidupan seorang Muslim. Tanpa iman, seseorang tidak memiliki motivasi untuk beribadah dan berjuang di jalan Allah.

Dijelaskan Ustadz Nashirul, rukun iman yang pertama adalah Beriman kepada Allah, dan rukun Islam yang pertama adalah Syahadat. Hal ini menunjukkan betapa fundamentalnya iman dalam ajaran Islam.

Lebih lanjut, Ustadz Nashirul Haq menjelaskan kedudukan mulia surah Al Alaq ayat 1-5 sebagai wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

“Inilah hikmahnya kenapa Al Qur’an surah Al Alaq ayat satu sampai ayat lima diturunkan pertama kali oleh Allah untuk menambahkan kesadaran beriman,” jelasnya.

Wahyu Ilahi ini, terangnya, bukan hanya menjadi awal dari perjalanan dakwah Rasulullah, tetapi juga sebagai pengingat bahwa penanaman iman adalah langkah awal yang krusial bagi setiap Muslim.

Syahadat yang Impoten

Ustadz Nashirul juga mengutip pendiri Hidayatullah, almarhum Ustadz Abdullah Said, yang pernah menyatakan bahwa banyak umat Islam yang mengaku beriman namun mengalami “syahadat yang impoten.” Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana banyak umat yang mengaku Islam tapi kehilangan energi keimanan mereka.

“Kenapa ini terjadi, karena ia tidak ditarbiyah dan didakwahi sebagaimana manhaj nabawi yang diteladankan oleh Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam,” jelasnya.

Beliau menjelaskan bahwa Rasulullah SAW selama 13 tahun di Makkah fokus menanamkan iman. Ini terlihat dari penekanan beliau terhadap tiga surah Al Qur’an yang pertama turun, yaitu surah Al Alaq yang menanamkan kesadaran iman, surah Al Qalam yang membentuk akhlak dan fikrah, serta surah Al Muzzammil yang mendorong ibadah ritual. Proses penanaman iman ini kemudian melahirkan generasi yang siap mengemban risalah dakwah dengan penuh energi.

Salah satu contoh terbaik dari kekuatan iman adalah kisah sahabat bernama Mus’ab bin Umair, pemuda tampan dari keluarga kaya yang memilih jalan dakwah. Ustadz Nashirul mengisahkan, Mus’ab bin Umair adalah anak muda yang ditakdirkan lahir dari keluarga crazy rich.

Sampai sampai Rasulullah dalam sebuah riwayat Al Hakim menyebutkan dirinya tidak pernah melihat penduduk Madinah yang lebih tampan, rapi, lebih bagus pakaiannya, lebih harum, dan diberi kenikmatan dan anugerah fasilitas melimpah melainkan Mus’ab bin Umair.

Beliau menguraikan, Mus’ab bin Umair adalah sosok cerdas yang dimanja dan disanjung karena ketampanan dan status sosialnya yang tinggi. Namun, keputusannya masuk Islam dan meninggalkan segala kemewahan hidup menjadi bukti nyata bahwa energi iman mampu mengubah seseorang dari kehidupan serba nyaman menjadi pejuang dakwah yang berani dan tegas.

Mus’ab kemudian menjadi dai pertama yang diutus Rasulullah untuk berdakwah ke Yastrib (Madinah). Salah satu momen heroik dalam dakwahnya terjadi saat ia menghadapi Usaid bin Hudhair, seorang pemimpin Suku Aus yang berang betul padanya sambil menghunus pedangnya.

Namun, dengan ketenangan dan ketulusan hati, Mus’ab tetap teguh tanpa rasa khawatir sampaikan risalah Islam, yang membuat hati Usaid tersentuh hingga akhirnya menerima Islam.

“Yang menggerakkan Mush’ab bin Umair rela meninggalkan fasilitas dan kemewahan hidup yang sangat mewah lalu memilih mendakwahkan Islam adalah karena ada energi iman,” tambah Ustadz Nashirul.

Ustadz Nashirul menegaskan bahwa energi iman seperti yang ditunjukkan oleh Mus’ab bin Umair adalah warisan yang harus terus dihidupkan oleh kader Hidayatullah.

“Energi iman inilah yang diwarisi oleh kader-kader Hidayatullah,” terangnya, seraya mengisyaratkan bahwa dakwah bukan hanya sebuah kewajiban, tetapi juga panggilan jiwa yang selaras dengan fitrah manusia.

Mengapa Dakwah Diperlukan?

Masih dalam taushiahnya, Ustadz Nashirul menjelaskan setidaknya ada dua alasan mengapa dakwah sangat diperlukan di tengah masyarakat dimana pun berada. Pertama, karena dakwah sejalan dengan fitrah manusia.

Jika manusia tidak mendapatkan dakwah, maka mereka akan menjauh bahkan hilang dari fitrahnya. Kedua, karena manusia memiliki akal dan nafsu yang berpotensi menimbulkan syubhat (keraguan) dan syahwat (nafsu).

“Akal berpotensi untuk menimbulkan syubhat sedangkan nasfu manusia berpotensi untuk melahirkan syahwat. Dan, hanya ada dua penyebab kesesatan manusia di muka bumi ini yaitu syubhat dan syahwat,” ungkapnya.

Dakwah dengan energi iman sebagai penggeraknya, imbuhnya, berperan sebagai tameng yang melindungi manusia dari dua potensi kesesatan ini. (ybh/hidayatullah.or.id)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Jawa Barat Tuan Rumah Rapat Kerja Nasional Hidayatullah, Usung Tema Konsolidasi dan Standardisasi

BANDUNG (Hidayatullah.or.id) — Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Jawa Barat akan menjadi tuan rumah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Hidayatullah...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img