AdvertisementAdvertisement

Inilah 10 Bahaya Sifat Dengki dalam Kehidupan dan Kiat Mencegahnya

Content Partner

SIFAT dengki (hasad) merupakan penyakit hati yang sering kali tidak terlihat namun berbahaya bagi kehidupan seseorang. Dalam Islam, sifat ini dianggap sebagai akhlaq mazmumah (sifat tercela) yang merusak keimanan dan menghalangi kebahagiaan.

Al-Qur’an dan Hadis memberikan peringatan yang jelas mengenai bahaya sifat iri dan dengki, serta menawarkan solusi untuk mengatasinya. Momentum hari Jum’at seperti hari ini, bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk membersihkan hati dan meningkatkan ketakwaan, sehingga hidup selalu bahagia dan diberkahi.

Hikmah Jum’at kali ini, kita akan menyajikan pointer 10 bahaya dari sifat iri dan dengki, serta kiat untuk melawan penyakit hati tersebut berdasarkan ajaran Islam yang dirangkum didasarkan pada dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadis

1. Menghalangi Kesuksesan

Sifat iri dapat menghalangi seseorang mencapai kesuksesan dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Ketika seseorang merasa iri terhadap keberhasilan orang lain, ia sering kali tidak fokus pada pengembangan dirinya sendiri. Dalam surah An-Nisa ayat 32, Allah berfirman:

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْاۗ

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain“(QS. An-Nisa: 32)

Firman Allah SWT ini mengingatkan bahwa segala sesuatu yang dimiliki manusia adalah pemberian-Nya. Iri hanya akan merugikan diri sendiri karena energi negatif yang dikeluarkan tidak membawa manfaat apa pun. Akibatnya, potensi diri terabaikan dan kesuksesan menjadi sulit tercapai.

2. Membuka Pintu Maksiat

Ketika iri hati menyelimuti seseorang, ia akan cenderung melakukan perbuatan maksiat untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah bersabda:

اِياَّ كُم وَالحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُ الحَطَبَ

“Hindarilah dengki karena dengki memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”

Wejangan Nabi ini menegaskan bahwa dengki tidak hanya merusak hubungan antar sesama manusia, tetapi juga menghancurkan amal kebaikan yang sudah dilakukan. Maksiat yang dilakukan karena iri hati, seperti menfitnah atau mencelakai orang lain, akan membuat seseorang terjerumus dalam dosa.

3. Menghilangkan Ketenangan Hati

Sifat iri dan dengki membuat hati seseorang tidak pernah merasa puas dan selalu gelisah. Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman:

اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ

“Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Iri hati membuat seseorang sulit mengingat Allah karena fokusnya hanya pada kekurangan dirinya dan kelebihan orang lain. Ketika hati tidak tenteram, kebahagiaan pun sirna, dan hidup terasa penuh beban.

4. Menghancurkan Hubungan Sosial

Sifat iri dan dengki sering kali menjadi pemicu keretakan hubungan antar sesama. Ketika seseorang iri terhadap orang lain, ia akan cenderung menjauh, atau bahkan memutuskan tali silaturahmi. Padahal, menjaga hubungan baik dengan sesama manusia merupakan salah satu ajaran utama dalam Islam. Rasulullah bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi” (HR. Bukhari)

Iri hati menimbulkan perasaan tidak suka tanpa sebab yang jelas, dan pada akhirnya, hubungan yang seharusnya harmonis menjadi renggang.

5. Menumbuhkan Rasa Benci dan Dendam

Iri hati sering berkembang menjadi rasa benci dan dendam yang sulit dikendalikan. Ini sangat berbahaya karena benci yang tidak terkontrol bisa mendorong seseorang melakukan tindakan yang melampaui batas, seperti mencelakai orang lain. Dalam surah Al-Falaq ayat 5, Allah memerintahkan kita untuk berlindung dari kejahatan orang yang dengki:

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَࣖ

“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” (QS. Al-Falaq: 5)

Ayat ini menunjukkan bahwa dengki adalah sumber kejahatan yang perlu dijauhi, baik dari diri sendiri maupun orang lain.

6. Menghancurkan Ketaatan

Iri hati menghancurkan ketaatan seorang hamba kepada Allah. Seseorang yang tenggelam dalam iri akan sulit untuk bersyukur, sedangkan syukur merupakan bagian dari ketaatan. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah bersabda:

“Tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba keimanan dan iri hati”

Hadis ini memperingatkan bahwa ketaatan kepada Allah tidak bisa berdampingan dengan sifat iri hati. Keduanya saling bertentangan, dan sifat iri akan menggerus ketaatan tersebut hingga hilang.

7. Mengurangi Keberkahan Rezeki

Orang yang iri hati sering kali merasa bahwa rezekinya selalu kurang dibandingkan dengan orang lain. Padahal, dalam Islam, rezeki setiap individu sudah ditentukan oleh Allah. Iri hati terhadap rezeki orang lain hanya akan membuat seseorang lupa bersyukur atas nikmat yang telah ia terima. Allah berfirman:

لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. Ibrahim: 7)

Dengan sifat iri, keberkahan rezeki yang sudah diberikan Allah pun berkurang karena kurangnya rasa syukur.

8. Menyebabkan Depresi dan Stres

Secara psikologis, iri hati adalah sumber utama depresi dan stres. Ketika seseorang selalu membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa dirinya lebih buruk, ia akan terperosok dalam perasaan rendah diri yang berlebihan. Ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mentalnya dan membuatnya merasa hidupnya tidak berarti. Dalam Islam, Allah telah mengingatkan:

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran: 139)

Ayat ini mengajarkan pentingnya menjaga diri dari perasaan negatif yang bisa merusak kesejahteraan mental.

9. Menghilangkan Amal Kebaikan

Dalam Hadis yang telah disebutkan sebelumnya, Rasulullah menyatakan bahwa dengki memakan kebaikan seperti api yang memakan kayu bakar. Ini menunjukkan bahwa sifat iri tidak hanya berbahaya bagi orang lain, tetapi juga bagi diri sendiri. Amal kebaikan yang telah dilakukan dengan susah payah bisa hilang sia-sia hanya karena iri hati.

10. Menggoyahkan Iman

Bahaya terbesar dari sifat iri adalah menggoyahkan keimanan. Orang yang iri cenderung meragukan takdir Allah dan mempertanyakan mengapa orang lain mendapatkan lebih dari dirinya. Dalam surah Al-Baqarah ayat 216, Allah Ta’ala berfirman:

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَࣖ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”

Iri hati muncul ketika seseorang tidak memahami atau menerima ketetapan Allah, dan ini bisa menjadi pintu bagi lemahnya keimanan.

Kiat Melawan Penyakit Hati

Setelah mengetahui betapa berbahayanya sifat iri dan dengki, penting untuk mengetahui bagaimana cara melawannya. Berikut ini empat kiat yang bisa dilakukan.

Pertama, selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Kedua, selalu tingkatkan keimanan dengan memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, dan mengingat Allah. Ketiga, memperbaiki niat bahwa setiap tindakan dilakukan dipastikan karena Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau keuntungan duniawi. Keempat, menjaga silaturahmi karena dengan dengan mempererat hubungan silaturahmi akan menghindarkan kita dari perasaan iri, sebagaimana dianjurkan dalam Hadis Nabi SAW.

Jum’at Penuh Berkah

Hari Jum’at seperti hari ini adalah momentum terbaik untuk refleksi diri. Pada hari ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak doa dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

Iri dan dengki adalah penyakit hati yang sangat berbahaya jika dibiarkan. Dalam Islam, keduanya bukan hanya merusak kehidupan dunia tetapi juga menghancurkan ketaatan kepada Allah dan menutup pintu kebahagiaan.

Melawan sifat-sifat ini membutuhkan kesadaran diri, keimanan yang kuat, dan kedisiplinan dalam menjaga hati.

Hari Jum’at, sebagai sayyid al-ayyam (penghulu segala hari), adalah waktu yang tepat untuk memulai perubahan ini. Melalui introspeksi dan ibadah yang lebih khusyuk, kita bisa membersihkan hati dari sifat-sifat negatif dan hidup pun senantiasa bahagia. (cha/hidayatullah.or.id)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Hidayatullah dan Revitalisasi Peran Muballigh dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

PERAN muballigh dalam mencerdaskan kehidupan bangsa di Indonesia sangatlah penting. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, muballigh terus menjadi...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img