Hidayatullah.or.id – Perintis Pondok Pesantren Hidayatullah Batam yang juga Ketua Departemen Hubungan Antar Lembaga DPP Hidayatullah, Ustadz Jamaluddin Nur, kembali meluncurkan bukunya yang ketiga berjudul “On Target” , baru baru ini.
Peluncuran bukunya yang ketiga ini menyusul 2 buku yang telah beliau tulis sebelumnya yaitu buku pertama berjudul “Mendayung di Atas Samudera Wahyu” dan buku kedua berjudul “Generasi Progresif“.
Pada buku pertama, Jamaluddin mengurai beragam persoalan, tantangan dan jawabannya dalam bingkai manhaj Sistematika Wahyu (SW) dengan perspektif yang lebih personal.
Di buku pertama ini dengan penuturan yang khas, Jamaluddin mendaraskan narasi betapa sangat nyata dan dekatnya pertolongan Tuhan kepada hamba-Nya yang yakin. Jamal merefleksi secara tajam kedahsyatan energi syahadat dan kekuatan ibadah.
Apalagi, selipan kisah-kisah dalam buku tersebut secara nyata berangkat dari pengalamannya sebagai seorang dai dan santri yang disadarinya penuh dengan kekurangan serta ketidakmampuan.
Di buku kedua, Jamaluddin dengan gaya bahasanya yang lugas dan padat, putra Jeneponto ini secara apik mengetengahkan paradigma teologis dalam melakukan akselerasi kerja-kerja dakwah dan pengabdian keummatan yang terus menerus dilakukan tanpa henti bahkan hingga mati nanti.
“Buku kedua ini berisi kritik konstruktif untuk generasi muda pelanjut risalah dakwah. Kerja dakwah ini memang tidak boleh berhenti, makanya kita butuh generasi progresif. Generasi muda yang lincah, cepat, dan peraga ajaran Islam. Islam ini kan hanya Indah dengan peragaan, bukan sekedar pernyataan,” kata Jamaluddin.
Jamaluddin menegaskan, seorang mujahid dakwah harus mengedepankan kasih sayang dan akhlak yang agung. Tidak asal menyalahkan pihak lain dan lalu merasa benar sendiri. Sebab itu, kata dia, tradisi gerakan Hidayatullah selalu mengedepankan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama umat manusia).
“Kalau ada yang mengaku kader Hidayatullah tetapi suka menyalahkan sesama muslim dan selalu menghujat sesama manusia berarti dia belum paham manhaj Sistematika Wahyu yang sudah diwariskan para pendahulu lembaga,” imbuhnya.
Karenanya, terbitnya buku ketiganya berjudul “On Target” menurut Jamaluddin merupakan bungai rampai gagasan dan pemikirannya dalam mengaktualisasi nilai-nilai sistematika wahyu yang dipahaminya.
Selain menulis, peraih penghargaan Anugrah Batam Madani 2015 sebagai Tokoh Pendidikan dan Agama dari Pemerintah Kota Batam ini juga cakap berpantun. Pantuannya yang terkadang jenaka tak jarang membuat suasana lebih berbeda.
Acara peluncuran buku ini berbarengan dengan seremoni pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) VI Syabab Hidayatullah yang berlangsung di Asia Raya Hall Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Tanjung Uncang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Senin (26/01/2017).
Hidayatullah Batam
Kiprah gerakan dakwah Hidayatullah Batam dimulai pada tahun 1993 ketika Ustadz Chusnul Chuluk, Ketua Hidayatullah Medan, menugaskan Ustadz Abdurrahman Sutikno membuka cabang Hidayatullah di Batam.
Seiring pergeseran waktu, Majalah Suara Hidayatullah yang beredar di wilayah Batam terus menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Berkat kerja keras Abdurrahman dan Abdul Aziz, oplah majalah ini kala itu telah mampu mencapai 1.200 eksemplar.
Hal itu pula yang mendorong manajemen Suara Hidayatullah mengutus Ustadz Burhanuddin ke Batam untuk lebih mengembangkan peredarannya. Sejak itu bertambahlah jumlah aktivis Hidayatullah yang berjuang dan berdakwah di Batam, Kepulauan Riau.
Akhir 1997, kembali aktivis Hidayatullah mendarat di tanah Melayu tersebut. Mereka adalah pasangan pengantin yang baru saja mengikuti pernikahan mubarakah 100 pasang di Gunung Tembak, Balikpapan.
Adalah pasangan Jamaluddin Nur dan Ummu Kaltsum Kadir yang dipercaya untuk lebih memperkuat dan melebarkan kepak sayap dakwah Hidayatullah di wilayah Batam, Kepulauan Riau.
Awalnya, Jamaluddin Nur dan istrinya hidup numpang di rumah kontrakan milik ustadz Burhanuddin, yang terletak di perumahan Sagulung, Batu Aji.
Saat mencari kontrakan baru, sampailah beliau di kawasan Tiban II dan bertemu H. Khalid yang menawarkan rumahnya untuk ditempati sementara waktu oleh Ustadz Jamal beserta istri tercintanya.
Di kawasan Tiban inilah manajemen dakwah Hidayatullah Batam mulai terselenggara baik secara administrasi, dakwah maupun pendidikan.
Untuk lebih fokus pada dakwah, tugas Ustadz Burhanuddin sebagai ketua diserahkan pada Ustadz Jamal. Mulai saat itu, Ustadz Jamaluddin Nur didaulat sebagai Ketua Hidayatullah Batam hingga saat ini.*/Ainuddin Chalik