JAKARTA (Hidayatullah.or.id) – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menanggapi temuan Badan Intelijen Negara (BIN) yang menyebut ada 51 penceramah yang menyebarkan paham radikal di 41 masjid. JK meminta semua pihak untuk membedakan materi penceramah yang menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar dan materi yang dinilai radikal.
“Berita minggu ini, itu banyaknya masjid yang terpapar radikalisme. Mula-mulanya saya terkejut, saya pikir terkapar begitu kan, ternyata terpapar, saya pikir apa artinya terpapar, terpapar paparan ini identidikasi (radikal),” kata JK saat memberi sambutan di acara pembukaan Rakernas DMI, di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (23/11/2018).
JK melanjutkan, masjid terpapar radikal adalah masjid di mana ada khatib atau penceramah yang banyak menyampaikan materi radikal.
“Cuma saya bilang, bedakan antara radikal dan amar ma’ruf nahi munkar. Jangan-jangan dia bicara amar ma’ruf nahi mungkar, karena kita tidak senang, dikritik, dia dikatakan radikal, tidak,” ujarnya dikutip Detikcom.
Paham radikal dikatakan JK adalah paham yang ingin mengganti tatanan negara secara tidak sesuai. JK pun langsung meminta penjelasan BIN karena masjid yang disebut terpapar radikalisme merupakan masjid pemerintah.
Sebelumnya, BIN menjelaskan soal penceramah berpaham radikal tersebut disimpulkan berdasarkan hasil survei. Hasil survei itu dijadikan peringatan dini.
“Hasil survei terhadap kegiatan khotbah yang disampaikan beberapa penceramah. Survei dilakukan oleh P3M NU yang hasilnya disampaikan kepada BIN sebagai early warning dan ditindaklanjuti dengan pendalaman dan penelitian lanjutan oleh BIN,” kata Jubir Kepala BIN Wawan Hari Purwanto. (detik/hio)