إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
أما بعد : عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah
Bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan haram yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Banyak keutamaan yang Allah Subhanahu wa ta’ala janjikan bagi mereka yang mengisi dengan amal ibadah dan amal shaleh.
Namun banyak orang memaknai Dzulhijjah hanya untuk orang-orang mampu, baik mampu pergi haji maupun mampu menyembelih hewan qurban.
Banyak orang mengabaikan dan merasa tidak ada kepentingan dengan Dzulhijjah. Padahal luar biasa janji Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bagi orang-orang yang melakukan amal shaleh di dalamnya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر. قالوا ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ولم يرجع من ذالك بشيء. (رواه البخاري)
“Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 awal Dzulhijjah –pen)”. Para sahabat bertanya: “Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah ?” Beliau bersabda, “Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid –pen).” (HR. Al Bukhari)
Banyak amalan yang dianjurkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di bulan Dzulhijjah yaitu dzikir, memperbanyak puasa sunnah. Jika tidak bisa 9 hari pertama, maka minimal tanggal 9 Dzulhijah. Bersedekah, Tilawah al-Qur’an, berkurban dan berhaji bagi yang mampu.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah
Abdullah bin Mubarak adalah salah satu kibaru tabi’in yang rajin bertanya kepada para sahabat karena beliau tidak pernah ketemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Salah satu pertanyaannya tentang surat apa dalam al-Qur’an yang sering membuat para sahabat menangis. Jawabannya adalah ketika para sahabat melewati surat ke-11 yaitu surat Yunus.
Kemudian di antara surat Hud itu, ayat ke berapa yang paling membuat para sahabat sedih dan menangis tersedu-sedu. “Mereka menjawab surat Hud ayat 15 dan 16”.
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”
Dua ayat ini yang membuat para sahabat menangis ketika ditanya dan Abdullah bin Mubarak yang bertanya juga menangis.
Dalam tafsir dua ayat ini, sebenarnya ditujukan untuk orang Yahudi dan Nasrani, tapi tidak menutup kemungkinan orang-orang beriman yang bergeser niatnya karena riya‘ atau sum’ah.
Ketika kita mencoba merenungi dan mentadabburi dua ayat ini, kita juga pantas khawatir, takut, dan menangis dengan ancaman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam ayat tersebut.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah
Banyak tikungan-tikungan tajam yang bisa membelokkan niat dalam beribadah. Ada sebagian orang beribadah dengan niat mengejar dunia, shalat lail untuk mendapat kedudukan, Allah Subhanahu wa ta’ala kasih.
Beramal shadaqah untuk laris bisnisnya dan memperoleh kekayaan, maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan kasih. Puasa tapi obsesinya untuk mendapatkan kedudukan, maka Allah Subhanahu wa ta’ala juga akan kasih.
Membaca al-Qur’an untuk mendapatkan ketenaran, Allah Subhanahu wa ta’ala akan kasih. Allah Subhanahu wa ta’ala akan kasih sebagaimana niatnya, obsesinya, keinginannya dalam beribadah.
Tapi ayat ini belum berhenti, ada ayat ke-16 bahwa kelak di akherat mereka tidak mendapatkan apa-apa dari amal ibadah yang telah mereka lakukan bahkan mendapatkan api neraka. Astaghfirullah, na’udzulillahi min dzalik.
Padahal, tidak ada hubungan ketaatan ibadah dengan keberhasilan kehidupan dunia. Ada dua buktinya:
Pertama, jika keimanan dan ibadah menjadikan kehidupan seseorang makmur, mapan, dan sejahtera. Maka seharusnya kehidupan nabi dan para sahabat juga kaya raya.
Tapi sejarah mencatat bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat kehidupannya bukan kaya raya tapi kebanyakan serba kekurangan.
Seperti sebuah kisah ada seorang tamu datang ke Madinah, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak memiliki persediaan makanan maka beliau menawarkan kepada sahabat lain yang bersedia untuk menjamunya.
Ternyata, tidak ada yang siap kecuali satu sahabat, itupun sebenarnya satu keluarga belum ada yang makan, sehingga saat tamu mau makan, lampu dimatikan dan anak-anak ditidurkan hingga pagi pagi.
Kedua, jika keimanan dan ibadah menjadi ukuran kesuksesan dunia seseorang, maka orang-orang kafir yang tidak pernah shalat, puasa, zakat, haji itu seharusnya miskin terlantar. Tapi, kenyataannya, mereka yang menguasai dunia, memiliki bisnis trilyunan, rumah dan kekayaan mewah.
Rasulullah ﷺ bersabda,
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia itu di sisi Allah senilai dengan sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak memberikan minum kepada orang kafir, meski hanya seteguk air” (HR: Tirmidzi)
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya amal perbuatan itu diiringi dengan niat, dan sesungguhnya bagi setiap insan akan memperoleh menurut apa yang diniatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dibenarkan hijrahnya itu oleh Allah dan Rasul-Nya; Dan barang siapa hijrahnya untuk dunia yang hendak diperoleh atau wanita yang hendak dipersunting, maka ia akan mendapatkan apa yang diingini itu saja.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abdurrahman bin Auf setiap makan kurma agak besar atau enak sedikit beliau menangis. Ketika ditanya ada dua alasan yang beliau sampaikan. “Apa yang membuat engkau menangis wahai Abdurrahman bin Auf?”
Pertama, beliau ingat bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah makan kurma yang sebesar dan seenak itu, padahal beliau orang paling mulia dan berhak untuk itu.
Rasulullah ﷺ biasa makan kurma rodi yang kecil dan mulai makan kurma besar sejak memenangkan perang khaibar karena di sana tanah suburnya dan banyak kurma bagus.
Kedua, beliau ketika makan kurma yang enak dan besar khawatir itu menjadi pahala atau balasan di dunia atas kebaikan amal ibadah yang telah dilakukan. Beliau takut di akherat sudah tidak ada lagi bagiannya karena sudah diberikan di dunia.
Jika amal sudah diniatkan untuk akherat maka Insya Allah dunia ini akan di dapat.
Jangan ibadah tapi cita rasa dunia. Allah Subhanahu wa ta’ala itu pencemburu, paling tidak suka terhadap kesyirikan dan perselingkuhan dalam beribadah. Tidak sebanding Allah Subhanahu wa ta’ala dengan dunia, sebanyak-banyaknya dunia masih ada nilai angkanya.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jum’ah rahimakumullah
Mari belajar dari keikhlasan Nabi Ibrahim dan keluarganya, mereka betul-betul menjadi teladan karena salah satunya keikhlasannya dalam beramal dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Tanpa keikhlasan, beramal itu capek dan mengecewakan di dunia. Adapun di akherat hanya penyesalan dan kerugian atas amal-amal yang tidak ada gunakan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
Do’a Penutup
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ……. عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُو