اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، وَهُوَ الَّذِيْ أَدَّبَ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا ﷺ فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ خَلْقِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، أما بعد
فيا أيها الحاضرون، أُوْصِيْنِي نَفْسِيْ وَ إِيَّاكُم بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْن. قال الله تعالى في كتابه الكريم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat, hafidzakumullâh
Mari kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan senantiasa meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada-Nya dengan iman dan takwa yang sebenar-benarnya.
Kita berdoa selalu agar di akhir hayat, kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai muslim, husnul khatimah, dan semoga menggapai syahiid fii sabiilillah, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Ali Imron ayat 102:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (١٠٢)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.” (Q.S. Ali Imron: 102)
Dan sabda Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam yang diriwayatkan Imam Muslim:
مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ، وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ (رواه مسلم)
“Barang siapa benar-benar mohon mati syahid, kepada Allah swt dengan sungguh-sungguh, maka Allah swt akan menyampaikannya kepada kedudukan mati syahid meskipun dai mati di atas tempat tidur.” (H.R. Muslim)
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Marilah kita meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah dengan memperbanyak shalawat sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Q.S Al Ahzab: 56)
Kita juga, selalu mendoakan kepada kaum muslimin dan muslimat di seluruh dunia yang sedang ditimpah ujian, musibah, bencana, teraniaya atau terdholimi mendapat pertolongan dan kemudahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Khususnya kaum muslimin wal muslimat di Gaza Palestina, semoga segera mendapat kemenangan dan kemerdekaan atas pertolongan, restu dan ridho Allah swt. Semoga mereka yang wafat diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai syuhadaa’ yang balasannya syurga. Aamiin.
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat, rahimakumullâh
Tanggal 28 Oktober, Bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda. Dimana para generasi muda, pada saat itu, yang mayoritas adalah generasi muda Islam, mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Yang intinya adalah menyatakan persatuan bangsa, bahasa dan tanah air yakni Indonesia.
Marilah kita merenungkan Kembali hakekat Persatuan Umat, Bangsa dan Negara.
Perbedaan diantara manusia adalah sunnatullah. Tak ada satupun manusia yang sama persis dengan orang lain. Realitas perbedaan antar manusia mestinya dipahami dengan baik agar terjadi persatuan umat, bangsa dan negara.
Indonesia adalah negara berdasar Pancasila, sila pertama adalah ketuhanan yang Maha Esa. Sesama umat dalam satu agama mestinya bersatu dengan agamanya. Karena mereka sama-sama satu keyakinan dalam hal Tuhan, kitab suci, nabi, ibadah dan ajaran-ajaran mendasar lainnya.
Untuk mewujudkan persatuan dalam satu umat beragama ini tidak boleh menodai ajaran-ajaran agamanya. Tidak boleh, ada ajaran sesat dan penyimpangan dalam agama.
Tidak boleh pula, seseorang membuat ajaran-ajaran baru yang menyimpang dari ajaran agama samawi atau yang sah menurut negara. Apatah lagi dalam Islam. Al Qur’an dijaga Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti firman- Nya:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. Al Hijr: 9)
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjamin akan memenangkan Islam dengan diutusnya para Rasul meskipun orang-orang musyrik tidak rela. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.” (QS. Ash Shaff : 9)
Oleh itu kita mesti sungguh sungguh meneladani Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, menjaga kemurnian aqidah Tauhid, senantiasa mendalami kitab suci Al Qur’an & sunnah, berakhlak & beradab mulia, tekun dalam ibadah, menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, dan hidup berjamaah. Maka niscaya kewibawaan, kesucian, dan pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan nyata akan terjaga.
Misalnya, yang terpenting tentang aqidah Tauhid. Betul-betul harus lurus, suci dan kuat. Tidak boleh dan tidak mungkin menyatukan konsep Tauhid dengan konsep trinitas dalam nasrani atau konsep politeis di Hindu dan lain-lain.
Tidak bisa disatukan konsep Tauhid dalam islam dengan konsep ketuhanan dalam liberalisme (bebas), sosialisme, komunisme (atheis), dll. Jika ada yang mencoba melakukan, maka harus segera dihentikan. Karena dalam hal keimanan dan keyakinan Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi tuntunan sangat jelas, dalam Surah Al Kaafirun. Firman-Nya:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
“Katakanlah, hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (Q.S Al Kafirun: 1-6)
Artinya keyakinan tidak bisa dan tidak boleh digabung, dicampur, dikotori, disesatkan, atau diselewengkan oleh siapapun. Siapapun boleh berpindah keyakinan namun tidak boleh dengan paksaan.
Keyakinan dan keimanan adalah hak asasi yang paling asasi. Boleh berdiskusi, tukar pandangan dan tukar argumen (dalil) terkait agama dan keyakinan, namun harus menjamin kebebasan pihak lain dalam keyakinannya yang mereka pilih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Al Baqarah ayat 256:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (256)
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S Al Baqarah: 256)
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat, rahimakumullâh.
Persatuan berbangsa maknanya adalah menyepakati sebagai bangsa yang satu. Bangsa yang satu itu memiliki tujuan dan idealisme menjadi bangsa yang besar, unggul, aman, adil dan sejahtera.
Tujuan itu harus dicapai bersama-sama dengan persatuan bangsa yang kuat. Sebagimana telah jelas tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Namun demikian, tiap warga bangsa memiliki asal-usul suku dan bangsa sesuai historinya masing-masing yang harus dihormati. Semua ras, suku dan bangsa di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sama.
Sama-sama ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sama-sama harus taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang membedakan derajadnya.
Maka antar ras, suku, dan bangsa harus saling mengenal dan menghormati. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surah Al Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al Hujurat: 13)
Persatuan bernegara maknanya adalah menyepakati bersama-sama hidup dalam sebuah negara dengan hak dan kewajiban yang diatur dengan benar, baik, dan adil untuk semua warga negaranya. Sehingga setiap warga negara sama kedudukannya.
Maka setiap warga negara harus menjalankan kewajibannya dengan baik sehingga mendapat hak dengan baik pula. Tak boleh ada warga negara yang sengaja berbuat salah dan membuat kerusakan.
Dalam Islam setiap warga atau pribadi harus taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, taat kepada Rasulullah dan taat pada pemimpin, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surah An Nisaa’ ayat 59:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S An Nisaa’: 59)
Ma’asyiral muslimin, jamaah jumat, rahimakumullâh
Sebagai komponen umat Islam, Bangsa Indonesia, dan Negara NKRI, sejatinya kita itu lemah dan bodoh di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua harus merasakan dan menghayati itu. Sehingga tidak ada yang merasa hebat, angkuh, dan menyombongkan diri sehingga berbuat zalim.
Apatalagi bagi warga negara (hamba Allah) yang sedang menduduki posisi tinggi dalam status soial, politik, hukum, dan ekonomi. Karena menyombongkan diri itulah penyebab manusia tidak masuk surga. Sebagaimana iblis takabur di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ(رواه إبوداوود)
“Tidak masuk surga barangsiapa di dalam hatinya ada sebiji atom kesombongan” (H.R. Abu Dawud)
Oleh karena itu setiap pribadi harus menyadari bahwa tugas utama dan pertama manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebagai Abdullah (hamba Allah) yakni hidup hanya untuk menyembah dan taat kepada Allah swt. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surah Adz Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (tatat) kepada-Ku.” (Q.S/ Adz Dzariyat: 56)
Adapun sebagai makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling baik dan mulia, maka tugas manusia di muka bumi adalah sebagai pemimpin (khalifah fil ardhi). Tujuannya untuk mengajak semua manusia menyembah (taat) kepada Allah swt dengan mengelola dan memakmurkan kehidupan di muka bumi. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (Q.S. Al Baqarah: 30)
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat, rahimakumullâh.
Hidup bersatu (berjamaah) dan berkemimpinan berdasar Wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala (Al Qur’an dan As Sunnah) adalah prasyarat tercapainya kebesaran dan kemuliaan manusia, bangsa, dan negara.
Agar mencapai kemuliaan, kebahagiaan dunia, dan akhirat Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam mewariskan Al Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup. Pedoman hidup sebagai pribadi, bangsa dan negara. Beliau bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَا بَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Wahai manusia, sesungguhnya aku telah wariskan kepada kalian Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi (Al Hadits), Jika kalian berpegang teguh dengannya maka tidak akan tersesat selama-lamanya” (H.R. Muslim)
Namun, kita harus selalu waspada akan godaan hawa nafsu dan syetan yang ingin menceraiberaikan kekuatan jamaah dan kepemimpinan umat Islam.
Maka hendaknya, Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat, rahimakumullâh, hendaknya berupaya keras untuk memperkuat aqidah Tauhid, pemahaman Qur’an dan Sunnah, akhlaq mulia, taat kepada syariah (hukum-hukum) Islam, ibadah (shalat, tadarus Qur’an dan dzikir, dll), menjalankan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan hidup berjamaah (berkepemimpinan Islami).
Semuanya adalah dalam rangka membangun peradaban Islam di NKRI sehingga menjadi Baldatun thoyyibatun warobbun ghofur.
Oleh karena itu selalu waspada akan tipuan syetan dan rayuan hawa nafsu munkarot, berlindunglah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berkumpulah dengan orang sholih. Karena akan selalu ada golongan pendukung kebatilan (hizbusy syaithon) yang menginginkan umat Islam lemah dan kalah di negara ini.
Dan akan selalu ada golongan Allah Subhanahu wa Ta’ala (Hizbullah) yang senantiasa mengajak kepada kebaikan dan kemulian hidup di dunia dan akhirat yang mengajak bergerak dan membangun umat, bangsa, dan negara menuju ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat, rahimakumullâh
Pemilu 2024 adalah sarana membangun jamaah dan kepemimpinan umat, agar bangsa dan negara yang kuat, berwibawa dan unggul. Oleh itu sampaikanlah pencerahan sesegera mungkin, jangan ditunda-tunda, kepada seluruh anggota keluarga, santri, murid, mahasiswa, masyarakat, komunitas, institusi, dan organisasi.
Hendaknya pemilu tahun 2024 diniatkan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan demi kemenangan umat Islam. Jangan memilih partai partai atau calon-calonnya yang merugikan, membenci, atau memusuhi Islam dan umat Islam. Hendaklah memilih partai atau calon calonnya yang mencintai Islam dan Umat Islam.
Karena, sangat nerugi jika kita mendapatkan pemerintah dan pemimpin pemimpin yang tidak mampu memberantas korupsi, kolusi, nepotisme, kemaksiyatan, narkoba, judi, miras, pembunuhan, perzinahan, dan kezaliman-kezaliman lainnya.
Hendaknya, jangan terkecoh dengan janji-janji proyek, uang, dan jabatan bahkan amplop uang serangan fajar di rakyat jelata. Abaikan niat dan imbalan duniawi yang sangat sedikit dan sering menipu. Mantapkan untuk niat mendapat pahala ukhrowi yang sangat besar dan memuaskan.
Akhirnya, marilah kita bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kiranya berkenan menjauhkan umat, bangsa, dan negara Indonesia dari berbagai macam marabahaya, bencana, dan berbagai kezaliman.
Semoga pula saudara-saudara kita muslimin wal muslimat di seluruh penjuru dunia, khususnya di Gaza Palestina, diberi pertolongan, bantuan, kemudahan, kemenangan, dan barokah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
Do’a Penutup
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ……. عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُو