DUA orang relawan dari Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH), Dhiyauddin Sugiono dan Arif Rahman, yang saat ini berada di Amman, Yordania, berbagi cerita menarik mengenai pengiriman bantuan ke Gaza.
Mereka bertemu dengan Abdullah, seorang sopir truk yang membawa bantuan kemanusiaan menuju wilayah konflik tersebut.
Abdullah menceritakan bahwa perjalanan menuju Gaza, jika tidak ada kendala, memakan waktu sekitar tiga hari. Selama perjalanan dari perbatasan Yordania hingga Gaza, setiap truk yang membawa bantuan selalu dikawal oleh seorang tentara Israel.
Ketika ditanya tentang kondisi di dalam Gaza, Abdullah menggambarkan situasi yang sangat memilukan di sana.
“Semua bangunan hancur, anak-anak berteriak meminta pertolongan, dan para wanita tak kalah memelas,” ujarnya.
Abdullah, yang memiliki lima orang anak, tak dapat menahan kesedihannya ketika menceritakan keadaan di sana.
Thoriq, seorang pria yang dikenal teguh menjaga sholat lima waktunya di mana pun berada, juga memberikan pandangannya.
Ia mengungkapkan bahwa meski perjalanan menuju Gaza relatif singkat, proses perizinan yang rumit untuk membawa bantuan membuat waktu tempuh menjadi jauh lebih lama.
“Verifikasi bantuan yang masuk membutuhkan waktu lebih lama dari yang seharusnya,” jelasnya.
Menariknya, meski kedua negara tersebut menjalin hubungan diplomatik secara resmi sejak 1994 dengan menandatangani perjanjian perdamaian Israel–Yordania, umumnya penduduk Yordania tidak mengakui keberadaan negara Israel. Mereka lebih memilih menyebut wilayah tersebut sebagai bagian dari Palestina.*/Herim