KARAWANG (Hidayatullah.or.id) — Seiring dengan bertambah usia kiprahnya, Sekolah Dasar (SD) Integral Ummul Quro Hidayatullah Karawang, Jawa Barat, terus berbenah untuk mantapkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan dasar yang selalu relevan dan terdepan yang menerapkan proses belajar mengajar dari pagi hingga sore hari (fullday school).
Kepala Sekolah SD Integral Hidayatullah Karawang Rusman Abdillah mengatakan memilih sekolah dasar yang tepat untuk anak di masa kini adalah salah satu keputusan penting yang harus dipikirkan matang-matang oleh para orang tua.
Karenanya, jelas dia, sebuah sekolah dituntut tidak hanya berfungsi sebagai tempat menimba ilmu, tetapi juga sebagai sarana pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai mendasar dalam kehidupan anak.
Dia menyebutkan, ada 4 hal utama yang terus dikuatkan dalam memajukan lembaga pendidikan yang dipimpinnya itu yaitu penajaman visi, penguatan sumber daya manusia (SDM), kurikulum, dan sarana prasarana (Sarpras).
“Kami berupaya untuk selalu menguatkan keempat aspek ini, karena disadari ini tidak hanya menentukan kualitas pendidikan yang diberikan, tetapi juga bagaimana sekolah mampu membimbing anak untuk mencapai potensi terbaiknya,” kata Rusman dalam keterangannya kepada media ini, Senin, 19 Rabi’ul Awal 1446 (23/9/2024).
Dia menjelaskan, visi yang kuat mengarahkan arah pendidikan jangka panjang dan SDM penyelenggara yang kompeten memastikan pelaksanaan pendidikan berkualitas.
Demikian pula, kurikulum yang relevan dan integral menjamin siswa memperoleh keseimbangan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai, serta sarana prasarana yang memadai mendukung proses pembelajaran secara optimal.
Rusman menyebutkan SD Integral Ummul Quro Hidayatullah, yang terletak di Desa Tegalsawah, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, memberikan perhatian penuh pada keempat aspek ini.
Dengan mengusung visi “Bertauhid, Berkarakter, dan Unggul”, imbuh dia, sekolah ini berupaya hadir di Karawang sebagai pilihan tepat bagi orang tua yang ingin memberikan pendidikan holistik berbasis nilai-nilai tauhid.
Rusman menjelaskan, visi pendidikan berbasis Tauhid didasarkan pada paradigma membangun peradaban Islam yang kokoh. Dalam pada itu, sejarah menunjukkan bahwa bangsa yang unggul dalam peradaban selalu berangkat dari keyakinan mendalam mengenai eksistensinya di dunia.
“Tauhid, sebagai inti ajaran Islam dan nafas dakwah para nabi, merupakan fondasi utama bagi individu dan bangsa untuk mencapai kemajuan,” katanya, seraya menukil Al-Qur’an surah Fushilat ayat 30.
Anak muda yang sedang menempuh studi Pascasarjana di Universitas Widyatama Bandung ini menjelaskan, keunggulan pendidikan tidak hanya diukur dari kemenangan dalam perlombaan atau medali yang diraih, tetapi dari proses pembelajaran yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan usaha yang optimal.
Lebih jauh Rusman menyampaikan mereka di SD Integral Ummul Quro Hidayatullah Karawang mengemas dan mengelaborasi kompetensi secara khas memastikan setiap guru memiliki dalam tiga kompetensi utama yaitu Tilawah, Ta’limah, dan Tazkiyah.
Tilawah mencakup pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an dan kemampuan mengajarkannya, Ta’limah adalah kemampuan untuk menyampaikan ilmu secara efektif, selaras dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya ilmu, dan, Tazkiyah yang berhubungan dengan kemampuan untuk mendidik diri sendiri dan siswa agar senantiasa membersihkan jiwa.
Dengan tiga kompetensi tersebut, jelasnya, pihaknya ingin bahwa setiap guru selaras dengan visi lembaga untuk membentuk generasi yang bertauhid, berkarakter, dan unggul.
“Dan yang paling utama perhatian kepada SDM ini terus mendorong agar senantiasa terlibat dalam pelatihan dan pengembangan berkelanjutan dihadapan tantangan pendidikan yang semakin kompleks,” terangnya.
Lebih jauh ia membeberkan pengembangan kurikulum yang memadukan standar kurikulum nasional dengan Kurikulum Integral Berbasis Tauhid (KIBT) yang dirancang khusus untuk mewujudkan cita-cita pendidikan. Kurikulum ini kata dia berakar pada landasan filosofis ajaran Islam dan disusun berdasarkan kajian mendalam, menjadikan paradigma pandangan alam (weltanschauung) dalam menumbuhkan kesadaran empiris dan non-empiris secara ilmiah, alamiah, dan ilahiah.
“Tujuannya adalah untuk menstimulasi perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa secara seimbang, sebagaimana Al-Ghazali mengungkapkan, pendidikan harus memperhatikan keseimbangan antara aspek spiritual, emosional, dan intelektual manusia,” katanya.
Sarpas Dalam Diri Murid
Pihaknya pun memahami pentingnya sarana dan prasarana (sarpras) dalam pendidikan, terutama yang berbasis lingkungan, di mana siswa berinteraksi dengan alam sekitar. Namun, terangnya, sarana dan prasarana fisik di luar diri siswa bukan satu-satunya yang penting.
Dia menjelaskan, sarpras di luar diri siswa itu relatif keberadaanya seiring dengan sitimulus yang diberikan kepada siswa dalam merangsang sarana dan prasarana yang sudah melekat baik secara aktual dan potensialnya.
“Karena itu kami berikhtiar yang lebih utama dan sedikit yang mengetahui adalah bagaimana guru mampu mengoptimalkan ‘sarpras’ yang sudah ada pada diri siswa, yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an,” tegasnya yang mengutip Al Quran surah An-Nahl ayat 78.
Dikala ketiga instrumen tersebut aktif, siswa akan mampu melihat kekayaan sarpras dari lingkungan alam sekitar, bahkan lebih luas seperti matahari, bulan, bintang, langit biru, dan segala fenomena alam yang dapat sejauh siswa fokus aktif mengalami dalam mendengar, melihat, memahami.
“Seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun, ‘alam adalah sumber belajar yang terbesar. Dari alam kita dapat mempelajari hukum-hukum kehidupan’,” katanya.
Rusman menambahkan, pendidikan sejati adalah yang menstimulus dan dengan memadukan kemampuan siswa untuk belajar dari apa yang ada di luar dan dalam dirinya.*/Abdul Malik Almandari