BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — “Mumpung masih muda, ayo gunakan waktu yang ada ini untuk Islam, siapa tahu ada gunanya di masa depan”.
Kalimat itu bagian dari uraian mendalam yang dipaparkan oleh salah satu tokoh pendiri Hidayatullah, Ustadz Hasyim HS dalam Silaturrahim Syawal dengan ulasan Refleksi Ramadhan Tokoh Tokoh Senior Hidayatullah secara daring dari Kampus Induk Hidayatullah Balikpapan, Kalimatan Timur, Ahad (30/5/2021).
Hal itulah yang menjadikan Ustadz Hasyim HS serius, penuh mujahadah, terlibat dalam perjuangan mendirikan Pesantren Hidayatullah di Gunung Tembak, Balikpapan.
Lebih lanjut, alumni Pesantren Gontor itu mendorong bahwa dalam kehidupan ini kita harus memiliki kemampuan melihat dengan baik apa pun, termasuk cibiran yang melemahkan semangat.
Beliau menuturkan, bahkan kala orang mencibir apa yang kita lakukan, kala dipandang dengan baik dengan semangat mengambil pelajaran yang baik, maka cibiran itu bisa jadi pengingat.
Seperti ungkapan yang mengatakan bahwa Hidayatullah itu Abdullah Said. Jika Abdullah Said tiada maka tiadalah Hidayatullah. “Alhamdulillah tidak seperti itu,” tegas Ustadz Hasyim HS.
Dengan demikian, tegas dia, jangan menjadi manusia yang mudah lemah dan mudah goyah karena bebodoran yang disampaikan orang. Terlebih biasanya yang namanya ejekan selalu bukan bersumber dari akal pikiran, melainkan ketidakmengertian.
Akan tetapi, sebatas pikiran itu tidak menjamin apa-apa. Manusia butuh ibadah kepada Allah Ta’ala. Karena pada dasarnya yang namanya manusia itu rapuh. Solusinya adalah ibadah dengan sungguh-sungguh.
Mereka yang kini menjadi tokoh senior dahulunya adalah anak muda. Mereka yang kini menjadi tokoh senior dahulunya adalah anak muda
“Masing-masing kita memang memiliki keterbatasan dan kelemahan. Tetapi itu harus membuat kita semakin kuat memohon kepada Allah. Inilah kenapa ibadah itu bukan semata perlu, tetapi mutlak bagi kehidupan kita,” tegas beliau.
Lakukan terus ibadah yang Allah perintahkan bahkan yang sunnah. Nanti ibadah itu tidak akan sebatas mendatangkan pahala, tetapi juga meruyupkan kekuatan dan pertolongan dari Allah. Itulah andalan yang harus dikuatkan dan dihidupkan dalam keseharian kita.
Di sini dapat dengan mudah dipahami, mengapa Rasulullah SAW yang dijamin surga luar biasa sekali semangatnya dalam ibadah. Karena bukan sebatas keadaan pribadi beliau yang hendak diupayakan baik, tetapi juga umat manusia.
Melalui ibadah, pintu-pintu pertolongan Allah terbuka. Melalui ibadah diri terkontrol dalam kebaikan dan senantiasa dalam rahmat Allah. Dan, melalui ibadah keberkahan hidup akan Allah limpahkan.
Berdasarkan uraian tersebut, ibadah merupakan satu sarana yang terbaik untuk kita tidak sekedar bisa hidup dengan baik tetapi lebih jauh juga diberikan jalan dan pertolongan oleh Allah untuk menghadirkan kebaikan, kemanfaatan dan kemaslahatan.
Usia muda kita idealnya tidak dibangun hanya untuk meraih kesenangan pribadi, tetapi kemaslahatan bagi kehidupan. Itulah fungsi dari tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Dan, upaya itu akan jauh lebih mudah kita wujudkan jika kita bergabung dan semangat dalam jama’ah. Suatu gerakan yang memang akan Allah cintai dan berikan jaminan kebaikan.
Sebab dalam Islam, jangankan urusan menghadirkan kemaslahatan luas, sebatas urusan perjalanan pun, jika lebih dari dua dan minimal tiga orang, harus ada yang ditunjuk menjadi pemimpin. Artinya jelas, berjama’ah itu lebih kuat, bagus, dan tentu saja ini ajaran yang mulia. Allahu a’lam.*/Imam Nawawi