JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Muslimat Hidayatullah (Mushida) menjadi pilar penting bagi pendidikan putri dalam membangun peradaban Islam. Hal tersebut dikemukakan oleh Dr. Sabriati Aziz, M.Pd.I dalam webinar bertajuk “Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi Kepengasuhan Putri” baru-baru ini.
Pada kesempatan tersebut, Sabriati mengawali materinya dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa, maka dia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” (Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari jemari beliau)
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tersebut sukses memotivasi para peserta yang hadir pada webinargelaran Mushida itu. Bahwa tak ada yang sia-sia jika kita mendidik anak perempuan hingga dewasa. Buah dari mendidik dan mengayomi anak perempuan dengan gizi dan asupan yang baik, akan membawa orang tuanya bersanding dengan baginda Rasulullah.
“Mendirikan Pendidikan Tinggi Kepengasuhan Putri merupakan amanah dari hasil Munas V Hidayatullah terhadap Muslimat Hidayatullah,” ujar Presidium BMOIWI tersebut (22/11/2020).
Tujuan pendidikan Islam bukan hanya menjadi manusia yang berilmu. Namun juga mampu menjadi manusia yang berkontribusi terhadap bangsa, berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Menjadi perguruan tinggi yang unggul dalam melahirkan tenaga pendidik putri yang berkualitas dalam menuju peradaban Islam adalah visi Pendidikan Tinggi Muslimat Hidayatullah, disampaikan oleh Sabriati di hadapan ribuan audiens dari seluruh penjuru Indonesia.
“Tersebab visi lembaga Hidayatullah membangun peradaban Islam, maka keadaban merupakan hal yang sangat diprioritaskan dalam sistem pendidikan,” ungkap anggota Majelis Penasehat Muslimat Hidayatullah tersebut dalam webinar yang disiarkan live streaming di kanal Youtube Hidayatullah ID itu.
Doktor lulusan Universitas Ibn Khaldun ini juga memaparkan analisa tentang pendidikan tinggi kepengasuhan putri. Di antaranya yaitu: Strength, tersedianya sumber daya manusia yang siap mengajar dan mendidik; Opportunities: tersedianya Pondok Pesantren Hidayatullah se-Indonesia yang memerlukan tenaga pendidik dan pengasuh.
“Permasalahan pendidikan dan kepengasuhan putri tak perlu ditakuti, namun hal tersebut harus diseriusi untuk mendapatkan solusi,” imbuh pendiri KIPIK (Komunitas Pencinta Keluarga) ini.
Terakhir, Sabriati menuturkan bahwa kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosial yang seimbang serta dapat menjalankan syariat dan menjunjung tinggi nilai Islam adalah hasil dari pendidikan yang diharapkan.
Sebelumnya, wacana pendirian pendidikan tinggi kepengasuhan putri mencuat pada webinar yang merupakan bagian dari rangkaian acara pra Munas V Muslimat Hidayatullah itu.
Diketahui, Munas V Mushida akan digelar secara virtual, berpusat di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Kota Depok, Jawa Barat, dengan 33 titik lain sebagai perwakilan tiap Pengurus Wilayah (PW) Mushida yang ada di berbagai provinsi.
Perhelatan akbar lima tahunan itu kali ini akan digelar secara virtual karena berlangsung di tengah pandemi, dengan mengusung tema “Meneguhkan Integritas Muslimah Demi Tegaknya Peradaban Islam”.* Arsyis Musyahadah