MALANG (Hidayatullah.or.id) — Anggota Dewan Pertimbangan Pimpinan Umum yang juga pembina Pembina Hidayatullah Jawa Timur, Ust Drs Abdul Rahman, mendorong Pemuda Hidayatullah untuk terus menguatkan pembinaan generasi muda milenial. Bahkan jika perlu buat cafe berkonsep milenial yang bisa menjadi tempat nongkrong bersama.
“Buat cafe atau warung kopi yang berdekatan dengan masjid sehingga anak-anak muda kita ini dekat dengan masjid. Waktu shalat, semua bergegas berjamaah di masjid. Begitu baru namanya pemuda,” katanya pada sesi Pelatihan Dai Muda dalam rangkaian perhelatan Musyawarah Wilayah VII Pemuda Hidayatullah Jawa Timur 2020 di Komplek Yayasan Pendidikan Islam Ar Rohmah Tahfidz Malang, Jawa Timur, Ahad (14/3/2020).
Keberadaan Pemuda Hidayatullah diharapkan mampu menghadirkan inovasi terobosan dakwah yang sesuai dengan zaman millenial saat ini. Hal ini dibutuhkan, kata dia, untuk menunjang eksistensi pergerakan dakwah menyebarkan Islam agung. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat dengan dasar motifasi keimanan.
“Iman itu diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diperagakan dalam sebuah gerakan. Iman inilah yang menjadi dasar dan motifasi untuk selalu bergerak dan berkomitmen dalam menyampaikan kebaikan di tengah-tengah masyarakat,” katanya.
Pemuda yang terjaga komitmennya berdasarkan motifasi iman diharapkan mempunyai peluang untuk mengarahkan, mengajak dan membangun kekuatan berjamaah dalam menegakkan kebaikan. Begitupula pemuda Hidayatullah harus memiliki spirit yang benar dan kuat berdasarkan motifasi iman.
“Iman ini yang paling utama untuk menjadi dasar pergerakan pemuda Hidayatullah ini. Dengan manhaj nubuwah yang ada di Hidayatullah, maka cukup untuk menjadi dasar penguatan iman kita. Sebagai modal utama dalam upaya membangun kader muda yang militan,” terangnya.
Dia menerangkan, dalam membangun visi dan militansi pemuda dalam menghadapi era disrupsi ini harus memiliki bekal utama yaitu bekal keimanan. Dengan spirit iman ini diharapkan mampu merubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik.
“Pemuda harus peka, harus resah jika melihat kondisi negatif yang ada di masyarakat kita saat ini. Jika tidak ada keinginan untuk merubah melakukan perbaikan, maka berarti dianggap tidak punya iman. Karena iman yang tidak melahirkan pergerakan, berarti masih dipertanyakan itu keimanannya,” tegasnya di hadapan peserta pelatihan yang digelar bekerjasama dengan Laznas BMH itu.
Beliau mencontohkan dahsyatnya pergerakan dakwah jika dilandasi keimanan, dengan menceritakan semangat beliau berdakwah kala masih muda. Pergerakan beliau dari Surabaya hingga ke beberapa daerah di Jawa Timur dan hasilnya hingga saat ini sudah ada cabang Pimpinan Daerah Hidayatullah di seluruh Kota/kabupaten se-Jawa Timur.
“Kita datangi itu mahasiswa di Surabaya, di Unair, Unnesa, dan lainnya. Ke Malang juga itu kita datangi kampus Unibraw, dan lainnya. Kita sampaikan pencerahan, mahasiswi yang belum berhijab, kita ajak untuk berhijab. Meskipun banyak tantangannya juga,” kisah beliau membagi motivasi kepada peserta.
Visi dan militansi dakwah pemuda Hidayatullah akan terlihat saat pemuda mampu melakukan tugas dakwah dengan dasar keimanan, kreativitas dan inovasi sesuai dengan zaman millenial ini.
“Bayangkan jika Pemuda Hidayatullah memiliki 100 cafe dakwah di Jawa Timur ini. Banyak peminatnya. Namun juga tetap menerapkan nuansa keislaman. Saat waktu shalat ditutup. Musik yang dipasang liriknya harus yang bermuatan dakwah. Banyak itu pemuda-pemuda yang bisa dicerahkan,” terangnya lagi.
Dalam akhir penyampaian beliau, diharapkan kedepannya pemuda Hidayatullah lebih mampu menunjukkan semangat dan militansinya. Tidak ragu dan siap jika dikirim tugas kemanapun tempatnya.
“Dengan landasan spirit iman, bertugas dimanapun tempatnya tidak akan menolak itu pemuda. Meski hanya berbekal satu bundel Majalah Suara Hidayatullah,” pungkas beliau penuh semangat dan harapan.*/Galih Pratama Yoga