DEPOK (Hidayatullah.or.id) – Pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban Islam dunia yang dapat mengembangkan dan memperkuat Islam wasathiyah atau moderat. Salah satu upaya mewujudkan keinginan itu antara lain dengan mendirikan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Selain berstandar internasional, UIII diharapkan juga jadi model pendidikan tinggi Islam terkemuka dengan kajian keIslaman strategis.
Saat meresmikan dimulainya pembangunan kampus UIII di Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (5/6/2018), Presiden Joko Widodo berharap UIII benar-benar menjadi kampus masa depan.
“Menjadi pusat peradaban Islam di Indonesia, sebab kita dikenal di dunia sebagai negara besar dengan penduduk muslim terbesar. Sudah sepatutnya, Indonesia jadi rujukan peradaban Islam dunia,” kata Presiden.
Peresmian pembangunan kampus UIII yang ditandai peletakan batu pertama oleh Presiden Jokowi, disaksikan juga oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, serta sejumlah menteri, pejabat negara dan duta besar negara sahabat. Hampir dua tahun, Wapres Kalla ditunjuk mempersiapkan rencana pembangunan kampus yang dananya disiapkan dari APBN dan non-APBN.
Pusat kajian Islam moderat
Kampus yang akan dibangun di atas lahan seluas 142,5 hektare, yang selama ini dipakai untuk pemancar Radio Republik Indonesia, tahap awal pembangunannya, dialokasikan dana Rp 700 miliar dari Rp 3,5 triliun total dana.
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2016 tentang Pendirian UIII, kampus tersebut tak hanya khusus menggelar program magister dan doktor bidang studi Ilmu Agama Islam.
Nantinya secara keseluruhan, UIII akan memiliki tujuh fakultas, yakni: Kajian Islam (Islamic Studies), Ilmu Sosial (Social Sciences), Humaniora (Humanities), Pendidikan (Education), Ekonomi Islam (Islamic Economics and Finance), Sains (Sciences), serta Arsitektur dan Seni (Architecture and Fine Arts.
“Jika kelak kampus ini sudah dapat beroperasi, saya ingin tempat ini jadi pusat kajian Islam moderat, Islam jalan tengah, yang selama ini dikampanyekan para pemuka agama,” tutur Presiden berkali-kali.
Di kampus ini, Presiden berharap munculnya ide-ide kreatif mewujudkan keadilan umat, keadilan sosial bagi rakyat Indonesia, dan gagasan mewujudkan negeri yang aman, damai, makmur.
Walaupun targetnya empat tahun, kampus UIII dapat diselesaikan bertahap tahun depan agar bisa gunakan untuk kuliah, setidaknya dua program studi terlebih dulu.
Saat membuka rapat terbatas di Istana Merdeka, awal Januari, Presiden memberi alasan pemerintah membangun UIII meskipun kini banyak berdiri Universitas Islam Negeri.
“Ini kita bangun bukan untuk penuhi kebutuhan domestik, tetapi juga menjawab kebutuhaan internasional, di antaranya memperkokoh kepemimpinan Indonesia di dunia,” tuturnya.
Untuk segera membantu perkuliahan, Wapres Kalla pernah menyatakan, pihaknya sudah menjajaki kerja sama dengan sejumlah negara seperti AS, Inggris, Kanada, Australisa dan Mesir, yang akan mengirimkan dosen-dosen terbaiknya ke UIII.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin selaku penanggungjawab pembangunan menyampaikan pentingya kampus UIII di tengah situasi sekarang ini.
“Berbeda dengan kampus lainnya, tugas dan fungsi UIII tak hanya sebagai penyelenggara belajar mengajar semata. Tetapi juga sebagai upaya membangun peradaban Islam lewat jalur pendidikan,” kata Lukman.
Terkait itu, UIII dilengkapi antara lain pusat kajian strategis Islam, budaya Islam, studi kawasan Islam, museum, dan tempat seni. (ybh/hio)