SAMARINDA (Hidayatullah.or.id) – Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mengatakan musuh utama bangsa adalah perpecahan, karena itu anak-anak bangsa perlu terus membangun komitmen persatuan demi menjaga keutuhan.
Hal tersebut disampaikan Mahyudin ketika memberi pengantar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI kepada ratusan pelajar dan pemuda di Aula Masjid Al Iman Kampus Utama Pondok Pesantren Hidayatullah Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Jumat (22/9/2017).
“Dengan Pancasila, kita bisa bersatu dan ini menjadi kekayaan yang kita miliki. Alhamdulillah bisa bersatu meskipun kita memiliki beragam jenis bahasa,” kata Mahyudin di hadapan ratusan hadirin.
Persatuan tersebut ditegaskan Mahyudin mesti menjadi hal yang senantiasa disyukuri dan dirawat dengan baik oleh anak-anak bangsa.
Sebab, sambung dia, jika melakukan napaktilas sejarah, tidak ada yang menduga negara sebesar Uni Soviet atau Yugoslavia bisa bubar dan terpecah menjadi beberapa bagian.
Mahyudin mendorong generasi muda khususnya kaum santri untuk membangun semangat kerja keras dan gotong oyong. Dia menyebut bangsa yang kalah adalah karena generasinya yang lemah.
“Cita-cita menjadi pemimpin harus disiapkan. Tapi kalau anda tidur, anda adalah pemimpi. Kalau anda bangun tidur dan anda bekerja, anda adalah pemimpi sejati. Saya dan kita semua ingin melihat bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Tidak melulu menjadi bangsa konsumtif tapi harus produktif,” pesan Mahyudin.
Sebab itu, Mahyudin menyarankan, santri sebaiknya tidak saja bercita-cita menjadi ustadz tetapi harus juga bermimpi menjadi ahli di bidang lainnya seperti menguasai teknologi karena ancaman dan tantangan kebangsaan juga kian kompleks.
“Ancaman agama adalah radikalisme. Kita juga menghadapi tantangan korupsi dan narkoba,” imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut Mahyudin menjelaskan juga mengenai lembaga negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), terkait fungsi dan tugas-tugasnya.
Selain memiliki tugas-tugas konstitusional, MPR jelas Mahyudin adalah lembaga negara yang mempunyai tugas menyosialisasikan Empat Pilar MPR RI ((Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika), sesuai perintah UU No. 17 Tahun 2014 tentang MD3 (MPR, DPR, DPD, dan DPRD) kepada masyarakat.
“Empat Pilar MPR RI telah mempersatukan Indonesia sebagai negara besar yang terdiri dari ribuan pulau, suku, budaya, dan bahasa. Karena kita punya Pancasila sebagai perekat bangsa yang majemuk ini. Masyarakat seharusnya menyadari itu. Masyarakat harus memahami Pancasila sebagai ideologi,” imbuhnya.
Mahyudin menjelaskan kepada para peserta sosialisasi, bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi tiga ancaman yaitu korupsi, narkoba, dan radikalisme.
Mahyudin menegaskan bahwa korupsi harus diperangi bersama, agar bangsa Indoneia maju sebab, terang dia, sekarang ini korupsi nampak sudah menjadi budaya. Korupsi terjadi baik di pusat maupun daerah.
Pada kesempatan tersebut hadir juga anggota DPR RI Hetifah Sjaifudian, Walikota Samarinda Syaharie Jaang, dan Dandrem 091/ASN Kalimantan Timur Brigjen TNI Irham Waroihan sebagai narasumber.
Hetifah dalam pemaparannya menerangkan Pancasila sebagai ideologi negara yang perlu selalu diresapi disegar-segarkan. Pancasila sebagai konstitusi negara menurut dia merupakan pemersatu kita.
Senada dengan itu, Walikota Samarinda Syaharie Jaang mengatakan kiprah dan nasionalisme Hidayatullah tidak diragukan lagi serta komitemnnya dalam menjaga toleransi umat.
Terbukti, kata dia, Hidayatullah di banyak tempat di nusantara hadir dan diterima dengan baik di tengah-tengah komunitas minoritas muslim.
Syaharie Jaang menyebutkan tantangan yang tidak ringan dihadapi saat ini adalah gempuran teknologi khususnya internet di mana kerap kali bekelindan berbagai informasi menyesatkan alias hoax yang berpotensi memecah belah.
Karenanya Jaang mengajak keluarga Indonesia untuk membendung pengaruh negatifnya dengan membudayakan Tri Sukses.
“Internet itu postif. Tapi kalau salah digunakan bisa negatif. Ada Tri Sukses yang harus kita canangkan yaitu Sukses dalam Keluarga, Sukses dalam mendidik anak dan Sukses dalam karir. Kelak kita akan menyosongsong generasi sehat, tangguh, berakhlak khususnya di Kalimantan Timur,” tukasnya.
Santri sebagai Penjaga NKRI
Dalam kesempatan yang sama, Komandan Korem (Dandrem) 091/Aji Surya Natakesuma Brigjen TNI Irham Waroihan yang menjadi pembicara pamungkas menekankan pentingnya kesadaran berbangsa dengan menyadari berbagai ancaman yang ada.
Brigjen TNI Irham Waroihan menekankan bahwa salah satu tantangan yang kita hadapai saat ini sebagai bangsa adalah ancaman proxy war atau perang yang diciptakan pihak ketiga yang sengaja membenturkan pihak-pihak lainnya. Dimana, kata dia, akan selalu ada upaya untuk mengadu dan membenturkan antar sesama anak bangsa.
Brigjen TNI Irham Waroihan menjelaskan, politik pecah belah (devide Te impera) telah lama dijalankan dan menyasar kita sesama anak negeri bahkan dilakukan jauh sebelum bangsa ini merdeka. Bahkan, hingga kini upaya tersebut terus berlangsung.
“Bahkan sesama angkatan TNI pun mau diadudoma agar kita sibuk saling ribut sendiri. Ini harus kita waspada. Jangan sampai kita dipecah belah,” tegasnya.
Irham mengatakan, isu disintegrasi pun menjadi ancaman yang harus diwaspadai oleh anak bangsa.
Brigjen Irham menegaskan, Indonesia yang luas dengan pulau-pulau yang disatukan oleh lautan harus kita jaga agar tidak dikuasai pihak asing.
Beliau menyatakan santri selalu terdepan dan berperan penting dalam sejarah Indonesia. Oleh karenanya, dia mendorong santri-santri Pondok Pesantren Hidayatullah harus selalu berada di garda terdepan dan dan benteng terakhir NKRI dalam menjaga aqidah dan akhlak.
“Kalau aqidah benar, pasti Islamnya benar, dan dalam bernegara juga pasti benar,” tegas dia.
Selain itu, Brigjen TNI Irham Waroihan menambahkan, gempuran teknologi informasi dengan turunannya berupa pornografi, gadget, media sosial, dan cyber bullyng juga menjadi satu hal yang tak boleh diabaikan dampaknya terhadap generasi bangsa.
Turut hadir pada kesempatan tersebut Ketua Yayasan Hidayatullah Samarinda KH Jamaluddin Ibrahim, tokoh agama dan ulama, anggota DPR RI Agati Sulie Mahyudin, Kepala Kesbangpol Samarinda Tejo Sutarnoto, dan Sekretaris DPW Hidayatullah Kaltim Abdullah Syarif yang sekaligus memoderatori acara itu. (ybh/hio)