DALAM sistematika wahyu (tartibunnuzul) Al-Qur’an, terdapat urutan yang sistematis yang menunjukkan bagaimana Allah membimbing Nabi Muhammad SAW dalam mengemban tugas kenabian yang agung.
Wahyu pertama yang diturunkan, yakni Surah Al-Alaq ayat 1-5, menandai awal pengangkatan Muhammad sebagai nabi. Ayat-ayat dalam surah ini mengandung dorongan agar umat manusia mengarahkan perhatian pada penciptaan dan pengetahuan.
Selanjutnya, Surah Al-Qalam diturunkan, bertujuan menanamkan nilai-nilai dasar idealisme dan prinsip moral yang diperlukan seorang pemimpin, khususnya dalam menghadapi tantangan dakwah yang keras dan penuh rintangan.
Menjadi nabi bukanlah tugas yang ringan; peran ini memerlukan fondasi spiritual, moral, dan mental yang kokoh. Oleh karena itu, Allah menurunkan Surah Al-Muzammil sebagai wahyu ketiga, yang di dalamnya terdapat perintah untuk melaksanakan shalat Tahajjud di malam hari.
Perintah shalat malam ini memiliki tujuan mendalam untuk memperkuat ketahanan spiritual dan mental Nabi Muhammad dalam mengarungi beban berat sebagai pembawa risalah.
Shalat Tahajjud sebuah latihan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh kekuatan moral yang diperlukan dalam perjuangan menyampaikan kebenaran.
Melalui urutan wahyu yang berlapis ini, jelas bahwa setiap wahyu yang diturunkan memiliki tujuan yang saling melengkapi dalam mempersiapkan Nabi Muhammad SAW secara menyeluruh, baik dari sisi intelektual, spiritual, maupun emosional.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُزَّمِّلُ, قُمِ ٱلَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا , نِّصْفَهُۥٓ أَوِ ٱنقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.” (QS. Al Muzzammil: 1-4)
Sapaan “Hai orang yang berselimut” mengandung makna simbolis yang menekankan peralihan Nabi dari keadaan terlindung dalam keheningan malam menuju panggung dakwah yang menantang. Ada yang mengatakan karena rasa ketakutan beliau dengan turunnya malaikat Jibril, ulama yang lain berpendapat karena beratnya tugas dakwah atau tugas kenabian yang diemban.
Di sini, “selimut” tidak hanya berarti kain fisik, tetapi juga merepresentasikan kenyamanan dan keamanan yang harus ditinggalkan demi mengemban misi yang besar. Perintah untuk bangun malam ini memberikan fondasi spiritual yang kokoh bagi Nabi Muhammad dalam menjalani tugas yang sangat berat.
Shalat malam (qiyamullail) adalah sarana utama untuk mengembangkan kekuatan batiniah, meresapi kedekatan dengan Tuhan, serta menyiapkan mental dan moral untuk tantangan dakwah.
Pada tingkat filosofis, panggilan ini menggambarkan perlunya manusia mengatasi kenyamanan pribadi demi mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu tanggung jawab moral dan spiritual terhadap sesama.
Allah memerintahkan untuk mendirikan shalat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menyiapkan diri untuk memikul tugas dakwah.
Jadikanlah waktu malam antara untuk menegakkan ketaatan dan ibadah dan untuk beristirahat dan tidur, dengan menjadikan mayoritas waktu malam, setengahnya, atau sepertiganya untuk shalat dan beribadah; sedangkan sisanya untuk beristirahat dan tidur
Shalat Tahajjud merupakan shalatnya nabi dan pewaris tugas nabi yang merasakan beratnya mendakwahkan risalah Islam dengan segala tantangan, rintangan, halangan, dan godaan.
Beratnya tugas dakwah itu tidak bisa hanya mengandalkan retorika, keilmuan, pengalaman atau fisik saja. Namun diperlukan kekuatan spiritual, moral, mental dan Allah menyiapkan shalat Tahajjud untuk mendapatkan kekuatan tersebut.
Maka shalat Tahajjud itu tidak menarik bagi orang-orang yang tidak berjibaku dalam beratnya dakwah. Sebagian orang tidak terpanggil shalat Tahajjud bagi yang merasa tidak memiliki beban atau problem dalam hidupnya. Atau mereka yang merasa tidak memerlukan pertolongan Allah karena sudah di zona aman hidupnya. Atau belum mengenal Allah dengan baik.
Tidak ada jaminan orang yang biasa begadang, orang yang kuat fisik dan sehat badannya, atau pasang banyak alarm di kamarnya mampu menegakkan shalat Tahajjud. Sebab ini bukan hanya menuntut fisik yang fit tapi kekuatan spiritual.
Allah memberikan janji kepada orang yang senantiasa shalat Tahajud, sebagaimana dalam surah Isra’ ayat 79-80:
وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِى مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِى مُخْرَجَ صِدْقٍ وَٱجْعَل لِّى مِن لَّدُنكَ سُلْطَٰنًا نَّصِيرًا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”
Manfaat Shalat Tahajjud
Manfaat shalat Tahajjud tidak hanya dirasakan dalam kehidupan spiritual, tetapi juga dalam aspek fisik, mental, dan sosial seseorang. Berikut beberapa manfaat utama dari ibadah shalat Tahajjud:
1. Mendekatkan Diri kepada Allah
Shalat Tahajjud adalah bentuk ibadah yang penuh kekhusyukan, yang menumbuhkan rasa kedekatan dan keikhlasan. Ketika seseorang bangun di tengah malam, meninggalkan kenyamanan tidur untuk beribadah, ia menunjukkan keikhlasan dan cinta kepada Allah.
2. Meningkatkan Kekuatan Spiritual dan Mental
Tantangan bangun di malam hari memerlukan kekuatan mental dan niat yang tulus. Shalat Tahajjud mengajarkan ketekunan, kesabaran, dan kedisiplinan dalam beribadah, yang dapat memperkuat kemampuan menghadapi cobaan hidup.
3. Meraih Ketenangan dan Kejernihan Pikiran
Suasana malam yang sunyi memberikan kesempatan untuk fokus dan merenung. Ini membantu seseorang meraih ketenangan batin dan kedamaian dalam pikirannya, serta mampu merenungi makna kehidupan yang lebih mendalam.
4. Dijanjikan Kedudukan Mulia di Sisi Allah
Berdasarkan dalil yang ada, Allah berjanji akan mengangkat derajat orang-orang yang secara rutin melaksanakan shalat Tahajjud. Ini dapat berupa peningkatan dalam karier, status sosial, dan kehormatan di hadapan manusia dan di hadapan Allah.
Tips Praktis Bangun Shalat Tahajjud
Menghadirkan shalat Tahajjud dalam rutinitas tidak mudah, terutama bagi mereka yang terbiasa tidur larut malam atau kurang memiliki keinginan kuat. Berikut ini beberapa tips untuk memudahkan bangun shalat Tahajjud:
1. Memahami Keutamaan Shalat Tahajjud
Membaca keutamaan shalat Tahajjud dan kisah-kisah orang saleh yang rutin melaksanakannya dapat memperkuat motivasi. Pengetahuan tentang manfaat dan keutamaan ini menjadi landasan spiritual yang akan menginspirasi untuk bangun di tengah malam.
2. Menumbuhkan Niat dan Tekad yang Kuat
Niat yang tulus dan tekad yang kuat adalah kunci utama dalam bangun shalat Tahajjud. Cobalah untuk menuliskan niat sebelum tidur dan renungkan alasan serta manfaat dari ibadah ini agar terbentuk dorongan yang tulus dari dalam diri.
3. Membersihkan Hati dan Memurnikan Niat
Dosa-dosa, terutama yang berhubungan dengan mata dan pikiran, sering menjadi penghalang seseorang untuk bangun malam. Bersihkan hati dari niat yang kurang tulus dan dosa-dosa yang menumpuk. Beristighfar sebelum tidur dapat menjadi langkah yang baik untuk memurnikan niat.
4. Menentukan Target Bertahap
Untuk pemula, bangun 15 menit sebelum waktu Subuh dan melakukan shalat Tahajjud dua rakaat adalah langkah awal yang baik. Setelah terbiasa, durasi bangun bisa ditingkatkan secara bertahap, hingga mampu bangun satu jam sebelum Subuh untuk melaksanakan 11 rakaat atau lebih.
Pendukung Teknis untuk Memudahkan Shalat Tahajjud
Selain tips motivasi, ada beberapa langkah teknis yang dapat membantu mempermudah bangun malam untuk shalat Tahajjud:
1. Makan Malam Secukupnya dan Lebih Awal
Makan malam dalam porsi kecil dan di waktu lebih awal, misalnya sebelum Isya, dapat memudahkan tubuh untuk bangun lebih ringan. Pencernaan yang tidak terlalu bekerja keras di malam hari akan membuat tidur lebih nyaman dan bangun terasa lebih mudah.
2. Tidur Lebih Awal
Tidur lebih awal adalah kunci untuk bisa bangun di sepertiga malam terakhir. Disarankan untuk tidur sekitar pukul 21.00, agar ketika bangun pukul 02.00 atau 03.00, tubuh sudah mendapat istirahat yang cukup. Hal ini membantu memperbaiki kualitas tidur dan membuat bangun malam lebih mudah.
3. Persiapan Fisik Sebelum Tidur
Buang air kecil dan sikat gigi sebelum tidur membantu menjaga kenyamanan dan kualitas tidur. Hal ini dapat mencegah gangguan yang mungkin terjadi di tengah malam dan memungkinkan tidur yang nyenyak.
4. Wudhu Sebelum Tidur
Wudhu sebelum tidur tidak hanya menyehatkan, tetapi juga memberikan ketenangan hati. Rasulullah SAW juga menganjurkan hal ini untuk menjaga kebersihan fisik dan spiritual menjelang tidur.
5. Menggunakan Alarm atau Meminta Dibangunkan
Pasang alarm di tempat yang jauh dari jangkauan sehingga kita perlu bangun untuk mematikannya. Sekali lagi alarm hanya berfungsi sebagai alat bantu dan yang terpenting menjaga alarm dalam hati untuk senantiasa ingat shalat tahajjud di malam hari.
Shalat Tahajjud adalah ibadah yang luar biasa dalam meningkatkan kedekatan kepada Allah dan memberikan banyak manfaat spiritual. Meskipun bangun malam bukan perkara mudah, ada banyak cara dan tips yang bisa membantu agar kita mampu melaksanakannya secara konsisten.
Dengan konsistensi, shalat Tahajjud dapat menjadi sumber kekuatan spiritual dan ketenangan batin yang membawa kedamaian serta kejernihan dalam menjalani kehidupan.
*) Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal I Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah