PERUBAHAN iklim, deforestasi, dan pencemaran lingkungan adalah ancaman yang semakin nyata bagi kehidupan di bumi. Situasi ini membutuhkan kesadaran kolektif dan aksi nyata untuk melestarikan lingkungan agar generasi mendatang dapat menikmati keberlanjutan yang kita perjuangkan hari ini.
Di tengah tantangan ini, Pemuda Hidayatullah memiliki amanah sejarah yang besar sebagai entitas generasi masa kini yang melanjutkan perjuangan untuk memastikan lingkungan tetap terjaga. Amanah tersebut adalah warisan dari pendiri Hidayatullah yang menekankan pentingnya hidup harmonis dengan alam dan menghindari aktivitas yang merusak tatanan ekologis yang Allah ciptakan.
Perjuangan almarhum Ustadz Abdullah Said—pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah dan tokoh yang mendapat penghargaan anugerah Kalpataru dari Presiden Soeharto tahun 1984—patut menjadi inspirasi bagi generasi muda, khususnya Pemuda Hidayatullah, dalam melanjutkan amanah besar untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Lelaki asal Lamatti Rilau Sinjai ini tidak hanya dikenal sebagai pemikir, orator, pendidik, dan sosok ‘man of action’ seperti dikemukakan Prof. Dr. H. Amien Rais, Ustadz Abdullah Said juga sebagai tokoh pengabdi lingkungan yang telah berkontribusi besar dalam upaya pelestarian alam.
Melalui Pondok Pesantren Hidayatullah, ia mengajarkan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian integral dari ibadah dan tanggung jawab sebagai hamba Allah di muka bumi. Upayanya dalam reboisasi dan pengelolaan hutan yang lestari di Kalimantan Timur menunjukkan kesadaran yang mendalam akan peran manusia dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Pemberian Kalpataru kepada Ustadz Abdullah Said oleh pemerintah adalah bukti nyata apresiasi terhadap kontribusinya dalam pelestarian lingkungan. Beliau berhasil membangun kesadaran kolektif di kalangan santri dan masyarakat sekitar untuk menjaga hutan dan melakukan penanaman pohon sebagai langkah melawan degradasi lingkungan. Nilai-nilai yang beliau tanamkan ini selayaknya menjadi panduan bagi Pemuda Hidayatullah untuk meneruskan perjuangan yang telah dimulai.
Masa Kini dan Indonesia Hijau 2045
Dewasa ini, kondisi lingkungan di Indonesia berada dalam situasi yang memprihatinkan. Deforestasi, alih fungsi lahan, pencemaran udara, air, dan tanah, serta eksploitasi sumber daya alam tanpa batas adalah ancaman nyata yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan kualitas hidup manusia.
Data menunjukkan bahwa laju deforestasi di Indonesia masih tinggi, dengan hutan-hutan yang terus mengalami pengurangan setiap tahunnyaan hutan ini berdampak luas, seperti menurunnya kualitas oksigen, hilangnya habitat hewan, dan meningkatnya risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor .
Ancaman iklim juga semakin nyata. Peningkatan suhu global, naiknya permukaan air laut, serta pola cuaca yang semakin tidak menentu membawa dampak besar bagi keberlanjutan kehidupan.
Maka, dalam kerangka tantangan tersebut, generasi muda Hidayatullah diharapkan mampu mengambil peran aktif dalam gerakan penyelamatan lingkungan sebagai bentuk nyata dari amanah sejarah yang telah diwariskan oleh Ustadz Abdullah Said.
Oleh karena itu, sejalan dengan visi “Indonesia Emas 2045” yang selalu digaungkan, Pemuda Hidayatullah juga perlu mengembangkan konsep “Indonesia Hijau 2045,” sebuah visi yang mengedepankan lingkungan yang lestari seiring dengan kemajuan ekonomi.
Indonesia yang “emas” dan “hijau” bukan hanya menandakan kekuatan ekonomi dan kemajuan sosial, tetapi juga kesadaran lingkungan yang tinggi. Dalam hal ini, Pemuda Hidayatullah diharapkan menjadi teladan dalam kampanye pelestarian lingkungan, sehingga gerakan ini dapat menjadi era baru kesadaran bagi generasi muda untuk mengintegrasikan nilai-nilai hijau dalam segala aspek kehidupan.
Urgensi Tindakan Nyata
Perubahan iklim bukan lagi isu spekulatif tetapi sudah terbukti berdampak secara nyata. Data terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menunjukkan bahwa suhu bumi terus meningkat, dengan rata-rata peningkatan sekitar 1,1 derajat Celcius sejak era pra-industri. Peningkatan ini menyebabkan lebih seringnya bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan yang merusak lingkungan, infrastruktur, dan bahkan mengancam nyawa manusia.
Di Indonesia, perubahan iklim berimbas langsung pada ekosistem hutan tropis kita yang kaya akan keanekaragaman hayati. Data dari Forest Watch Indonesia menunjukkan bahwa laju deforestasi di Indonesia terus meningkat.
Alih fungsi lahan untuk perkebunan dan pertambangan menjadi salah satu penyebab utama kerusakan hutan di Indonesia, yang menurunkan kualitas oksigen dan menyebabkan punahnya berbagai spesies endemik. Dampak ini tidak hanya berakibat buruk pada ekosistem lokal, tetapi juga memperparah perubahan iklim global.
Pemuda Hidayatullah harus melihat permasalahan ini sebagai tantangan dan kesempatan untuk berperan dalam menjaga bumi sebagai amanah dari Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya”
Seruan Allah dalam Al Qur’an surah Al-A’raf ayat 56 ini mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah. Pemuda Hidayatullah harus menyadari bahwa tanggung jawab melindungi bumi adalah bagian dari ibadah. Rasulullah juga bersabda:
لاَ يَغْرِسُ مُسْلِمٌ غَرْسًا وَلَا يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلَادَابَّةٌ وَلَا شَيْءٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
“Tiada seorang muslim yang menanam pohon atau tumbuhan lalu dimakan oleh seseorang, hewan ternak, atau apapun itu, melainkan ia akan bernilai sedekah bagi penanamnya” (HR Muslim).
Hadis ini menguatkan konsep bahwa pelestarian lingkungan, termasuk menanam pohon dan menjaga alam, adalah amalan yang mulia. Sebagai generasi muda yang berakhlak dan berwawasan lingkungan, Pemuda Hidayatullah diharapkan mampu menerjemahkan nilai-nilai Islam ini ke dalam aksi nyata, seperti melakukan penghijauan, merawat ekosistem, dan melestarikan sumber daya alam.
Berangkat dari kesadaran tersebut, Pemuda Hidayatullah memiliki posisi strategis sebagai generasi penerus yang mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan untuk mencapai visi Indonesia Hijau 2045. Pemuda Hidayatullah perlu merancang beberapa inisiatif dan aksi nyata sebagai kontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Setidaknya ada empat langkah konkret yang bisa diambil.
Pertama, melakukan kampanye kesadaran lingkungan. Pemuda Hidayatullah dapat memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan generasi muda. Dengan menyebarkan informasi tentang bahaya perubahan iklim, dampak deforestasi, dan pentingnya menjaga alam, generasi muda akan lebih sadar akan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan .
Kedua, gerakan reboisasi dan penghijauan. Langkah ini dapat dilakukan di berbagai tempat yang digerakkan oleh Pengurus Wilayah (PW) dan Pengurus Daerah (PD) Pemuda Hidayatullah tingkat kota, kecamatan, hingga desa, untuk mengembalikan fungsi hutan yang hilang akibat deforestasi. Selain menanam pohon, Pemuda Hidayatullah dapat mengadakan kegiatan gotong royong membersihkan kawasan-kawasan yang mengalami kerusakan akibat sampah atau penggundulan hutan. Gerakan ini juga dapat melibatkan masyarakat lokal agar manfaat penghijauan dapat dirasakan bersama.
Ketiga, pendidikan dan pelatihan lingkungan untuk menamankan kesadaran lingkungan sejak dini. Pemuda Hidayatullah dapat mengadakan pelatihan dan pendidikan lingkungan bagi anak-anak dan remaja, baik di sekolah-sekolah maupun di komunitas-komunitas lokal. Dengan begitu, generasi penerus akan tumbuh dengan pemahaman yang kuat tentang pentingnya menjaga alam.
Dan, Keempat, melakukan kolaborasi dengan organisasi lingkungan. Melalui kerja sama dengan organisasi lingkungan nasional maupun internasional, Pemuda Hidayatullah dapat mengakses sumber daya yang lebih luas dan meningkatkan kapabilitas dalam pelestarian lingkungan. Kolaborasi ini juga membuka peluang untuk berbagi pengetahuan dan teknologi yang mendukung kelestarian lingkungan.
Menuju Masa Depan yang Lestari
Gagasan Indonesia Hijau 2045 tidak hanya berarti meningkatkan tutupan hutan atau mengurangi emisi karbon, tetapi lebih dari itu. Konsep ini mencakup paradigma baru dalam pembangunan yang mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan di setiap aspeknya. Hijau dalam Indonesia Hijau 2045 mencakup keseimbangan ekosistem, penggunaan sumber daya alam yang bijaksana, dan penerapan ekonomi sirkular yang mengurangi limbah dan mendorong daur ulang.
Pemuda Hidayatullah perlu menanamkan nilai hijau ini dalam budaya kita sejak dini. Melalui tindakan dan visi Indonesia Hijau 2045, Pemuda Hidayatullah dapat berkontribusi pada terciptanya era kesadaran lingkungan baru, di mana pertumbuhan ekonomi tidak mengesampingkan pelestarian lingkungan. Indonesia yang hijau, lestari, dan makmur akan membawa kita pada keseimbangan yang diidamkan, bukan hanya untuk kita, tetapi juga bagi generasi mendatang.
Selain aksi nyata, Pemuda Hidayatullah juga dapat berperan dalam mendorong kebijakan hijau di tingkat lokal dan nasional termasuk dalam penggunaan teknologi ramah lingkungan seperti panel surya, teknologi daur ulang, dan pengelolaan sampah yang efektif. Dengan menyuarakan kepentingan lingkungan, Pemuda Hidayatullah dapat menjadi bagian dari proses pengambilan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan alam.
Sebagai generasi penerus yang memegang amanah sejarah, Pemuda Hidayatullah memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga lingkungan. Tugas ini tidak hanya berkaitan dengan tuntutan sosial, tetapi juga amanah spiritual dari Allah untuk melindungi alam semesta yang telah Dia ciptakan.
Melalui kesadaran, tindakan nyata, dan kolaborasi, Pemuda Hidayatullah sejatinya dapat menjadi pelopor dalam mewujudkan Indonesia Hijau 2045, sebuah masa depan yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dan keberlanjutan lingkungan.
Perjuangan Ustadz Abdullah Said dalam melestarikan lingkungan merupakan warisan berharga yang harus dilanjutkan oleh Pemuda Hidayatullah hari ini dan selanjutnya. Melalui visi Indonesia Hijau 2045, Pemuda Hidayatullah diharapkan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai pelestarian lingkungan yang tidak hanya menjadi tanggung jawab pribadi tetapi juga komitmen kolektif sebagai bangsa.
Singkatnya, ini adalah amanah sejarah, yang, jika dilakukan dengan sepenuh hati, akan menjadi investasi berharga bagi masa depan bumi kita. Sebagai bangsa yang berlandaskan nilai-nilai luhur dan keimanan, tanggung jawab untuk menjaga lingkungan hidup adalah amanah yang tidak boleh diabaikan.[]
*) Adam Sukiman, penulis adalah Ketua Pengurus Wilayah (PW) Pemuda Hidayatullah Jakarta dan bergiat dalam kampanye lingkungan bersama lembaga kajian dan pengembangan pemuda Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect) Indonesia