Hidayatullah.or.id -– Umat Islam diserukan memperkuat jaringan dan persaudaraan, sebab keduanya sangat penting. Dalam bisnis minimarket misalnya, semakin kuat jaringan, semakin banyak konsumen diraup. Ukhuwah Islamiyah jangan mau kalah dengan bisnis minimarket.
Pesan ini disampaikan anggota Dewan Syura Hidayatullah, Drs Nursyamsa Hadis saat berbicara pada Halaqah Peradaban di Masjid Ummul Quraa, Cilodong, Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu (15/02/2014).
“Sesuatu yang mahal dari sisi bisnis itu jaringan. Dengan jaringan yang dibuat tentu saja dapat meraup konsumen sebanyak-banyaknya. Menyebut Indomaret misalnya, saya kira di antara santri tidak ada yang tidak kenal. Betapa kuat jaringan itu,” ujarnya di depan ratusan santri dan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi hidayatullah.
Nursyamsa mengatakan, ukhuwah Islamiyah saat ini harus dipertahankan dan diperkuat. Bagi para generasi muda, ke depannya jaringan persaudaraan mereka akan menjadi modal perjuangan Islam. Termasuk dari sisi ekonomi.
“Bangun persaudaraan yang bagus. Karena kita tidak akan tahu jadi apa kita semua ke depan. Dan pasti akan menyebar,” ujar mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Kalimantan Timur (Kaltim) ini.
Nursyamsa mengatakan, banyak indikator sederhana akan kondisi ukhuwah Islamiyah saat ini. Di pesantren misalnya, biasanya para santri rajin berbagi makanan bahkan saling meminjamkan pakaian kepada sesamanya. Jika ada santri yang kikir, akan dijauhi kawan-kawannya.
“Ini menunjukkan sifat kikir akan menghalangi terbangunnya sifat persaudaraan di antara sesama,” jelasnya.
Jika berbagi makanan saja kikir, lanjutnya, tentu akan sulit terbangun persaudaraan dalam lingkup yang lebih besar lagi. Apalagi jika sudah berbicara membangun peradaban Islam dan negara yang lebih baik.
“Bagaimana membangun ukhwah, sebetulnya itu buah dari proses pembinaan keimanan, proses membangun aqidah yang benar. Proses itulah yang dibangun oleh manhaj di Hidayatullah. Al-‘Alaq melahirkan pernyataan tauhid,” ujarnya.
Dalam konteks al-‘Alaq, jelasnya, umat Islam harus mengikuti hanya apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi apa yang dilarang. Serta menjadikan Muhammad sebagai tokoh idola dan panutan.
“Refleksinya, bagaimana sikap kita terhadap al-Qur’an. Kalau kau mau jadi orang hebat: bacalah al-Qur’an, zikir yang bagus,” pesannya.
Dia mengatakan, persaudaraan akan lahir pelan-pelan. Maka harus dibangun sejak dini dan di berbagai lini. Di sekolah misalnya, bagaimana para guru membangun keakraban dengan para murid.
“Guru yang baik adalah guru yang bisa berbaur dengan murid-muridnya. Kita harus lihat pekerjaan kita itu dalam dimensi ukhuwah. (Memandang murid) itu adalah anak-anak kita. Ini hanya bisa terbangun jika kita memiliki ideologi yang benar,” pesannya. (skr/hio)