JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust Dr H Nashirul Haq mengemukakan bahwasanya Islam adalah agama yang memuliakan ilmu pengetahuan, mencerahkan akal pikiran dan jiwa manusia.
Sehingga dengan itu, ajaran Islam melingkupi segenap aspek kehidupan manusia termasuk dalam pengembangan sumber daya insani melalui pendidikan di universitas perguruan tinggi.
Dengan melandaskan amaliyah pemajuan pendidikan pada dustur Ilahi yakni Al Qur’an dan Sunnah, dia mengungkapkan setidaknya ada 5 profil ideal output pendidikan universitas pesantren.
“Al Qur’an adalah sumber Ilmu yang diajarkan oleh Allah Wahyu harus dibuktikan kemukjizatannya dengan ilmu pengetahuan. Membaca ayat qauliyah dan kauniyah wasilah melahirkan kesadaran bertauhid,” katanya dalam webinar Majelis Virtual Majalah Gontor (MVMG) Gontornews.com yang mengangkat tema “Universitas Pesantren: Tantangan dan Harapan” pada Selasa (2/2/2021).
Dia menjelaskan, pembacaan qauliyah dan kauniyah yang dilakukan seorang muslim harus didasarkan karena Bismirrab sehingga melahirkan ilmu yang memberi manfaat dan maslahat, demikian pula pada pemantapan universitas sebagai wasilah pengembangan ilmu dalam segala bidang.
Pada kesempatan tersebut, Nashirul mengantar materinya dengan mengutarakan tentang kejayaan universitas Islam masa silam. Pada abad pertengahan, umpamanya, ketika belum ada peradaban di dunia yang mengenal sistem pendidikan tinggi, para ilmuwan muslim sukses merintis lahirnya universitas (jami’ah).
“Peradaban Islam tampil sebagai pelopor dalam ilmu pengetahuan ketika Eropa dan Barat masih dalam kegelapan. Alumninya mewariskan karya-karya besar dan penemuan-penemuan ilmiah yang dikembangkan oleh para ilmuwan sesudahnya. Alumninya menjadi inspirator, pelopor dan pemimpin gerakan pembaharuan di dunia Islam dari masa ke masa,” katanya.
Fakta-fakta kejayaan itu ditandai misalnya dengan eksistensi Universitas Al-Qarawiyyin sebagai universitas pertama berada di Kota Fez, Maroko, didirikan pada 859 M yang merupakan perguruan tinggi tertua dan pertama di dunia yang menawarkan gelar kesarjanaan.
Ada juga berbagai universitas tertua lainnya, sebutlah diantaranya Universitas Al-Azhar di Mesir yang berdiri tahun 969 M, Universitas Sankore di Timbuktu, Mali, yang berdiri tahun 989 M.
Bahkan pada abad ke-12 mahasiswanya mencapai 25 ribu dari sekitar 100 ribu jiwa penduduk Timbuktu. Lalu ada Universitas Az Zaituna di Tunisia yang bediri tahun 737 M/120 H dan Universitas Az Nizamiyah di Baghdad yang hadir pada tahun 1065 M/457 H.
“Dan, cikal bakal semua Universitas tersebut berawal dari kegiatan belajar dan diskusi di masjid,” kata Nashirul.
Universitas tersebut sukses melahirkan tokoh ilmuan dan cendekiawan muslim berpengaruh dengan 5 profil output menonjol dari mereka. Kelima output ideal dari gemblengan pendidikan tersebut, menurut Nashirul, merupakan main value yang harus dimiliki oleh Universitas Pesantren masa kini.
Kelima profil output ideal Universitas Pesantren menurut Nashirul tersebut adalah, pertama, Tsabit fii manhaj ثابت في المنهج, yakni memiliki keistiqamahan dalam berpegang teguh terhadap manhaj Islami, memiliki pemahaman aqidah yang benar dan kokoh sebagaimana manhaj salafus shalih.
Selain itu, manhaj Islami akan mengantar mereka memiliki cara pandang dan perilaku Qur’an, ikhlas dan tekun dalam menjalankan ibadah kepada Allah serta aktif berdakwah sesuai dengan Manhaj Nabawi juga memiliki komitmen untuk berislam secara kaffah dan berjuang secara berjamaah.
Kedua, ‘alimun bi diin عالم بالدين, profil lulusan yang memiliki pemahaman keislaman yang baik, memahami perkara ushul dalam agama beserta dalil, memahami perkara furu’ dalam agama beserta dalil Al-Quran dan sunnah. Dengannya, ia juga memiliki kemampuan membaca dan memahami teks berbahasa Arab.
“Cakap menulis bahasa Arab, mampu membuat ungkapan keseharian berbahasa Arab. Hafal Al Qur’an minimal 5 juz’, mampu membaca Al Qur’an dengan mahraj dan tajwid yang benar serta hafal dan memahami beberapa hadits,” katanya.
Output ketiga adalah Qo’id Lil Mujtama’ قائد للمجتمع, yaitu memiliki karakter kepemimpinan. Karakter tersebut berkelindan sehingga ia memiliki visi peradaban Islam, siap memimpin secara struktural dan kultural, menjadi uswah dan qudwah hasanah.
“Memiliki skills dan kemampuan manajerial, memiliki wawasan kebangsaan, mampu membangun jaringan. Memiliki pengaruh pada seluruh lapisan masyarakat, memiliki wawasan pergerakan Islam di dalam dan luar negeri serta memiliki jiwa entrepreneurship,” imbuhnya.
Output keempat adalah Mutqin fil ‘amal متقن في العمل, yakni mampu mewujudkan professionalitas dalam menjalankan tugas sesuai keahliannya. Ia memiliki kompetensi sesuai dengan prodi secara professional dan mampu mengembangkan profesi yang dimiliki. .
Dan, output ideal kelima adalah Mujahid fii sabilillah جاهد في سبيل الله, yakni memiliki karakter yang kuat dan kokoh sebagai mujahid. Memiliki idealisme, kesadaran, tanggung jawab dan pengorbanan untuk membela Islam dan kaum muslimin. Juga memiliki kesiapan mental, fisik dan ketrampilan untuk memperjuangkan Islam.
“Memiliki semangat dalam mencari ilmu, memiliki karakter disiplin dan tidak menya-nyiakan waktu dan memiliki kemampuan leadership,” tukasnya.
Menutup uraiannya, Nashirul memberikan sejumlah saran dalam rangka memajukan pendidikan Islam melalui Universitas Pesantren. Diantaranya ia mengusulkan pengembangan Universitas Pesantren dengan melakukan pembaruan dan pengembangan kurikulum melalui dua pendekatan secara simultan yaitu memperkuat kajian atau studi keislaman dan mengembangkan disiplin ilmu-ilmu umum yang strategis.
Ia juga mendorong penguatan struktur organisasi yang ditempuh melalui peningkatan kapasitas dan perbaikan tata kelola kelembagaan, peningkatan sarana dan prasasarana seperti gedung, ruang kuliah, kantor serta penyediaan fasilitas pendukung berupa perpustakaan, laboratorium, jaringan internet dan lain sebagainya.
Lebih jauh, Nashirul juga memberikan saran mengembangkan kerja sama antarlembaga baik antar-universitas dalam maupun luar negeri dengan memperkuat pengembangan program akademik, transmisi dan diseminasi ilmu pengetahuan serta penguatan metodologi riset melalui pertukaran tenaga akademik, kerja sama penelitian, dan penerbitan jurnal ilmiah nasional dan internasional.
“Juga yang tidak kalah penting adalah investasi pendidikan tinggi yang memberi manfaat yang besar dan luas yang salah satu sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM dosen baik kualifikasi, kompetensi, dan produktivitas penelitian, pengembangan riset dan inovasi,” imbuhnya.
Ditandaskan dia, Universitas Pesantren harus berorientasi melahirkan Sarjana Kader dan Leader yang senafas dengan sistem pendidikan Universitas Pesantren yang menganut sistem tarbiyah yang meliputi aspek ruhiyah, ilmiyah, jasadiyah, ijtima’iyah, dan qiyadiyah serta dosen yang tidak saja berperan sebagai pengajar tetapi sekaligus sebagai murobbi mu’allim (keilmuan), muaddib (akhlak), mursyid (ibadah) dan mudarrib (profesionalitas).
Turut menjadi narasumber dalam majelis yang juga disiarkan secara live streaming Youtube tersebut Guru Besar Filsafar Islam yang juga Rektor UNIDA Gontor Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Phill, Rektor Universitas Cordova Dr Zulkifli Muhadi, SH, MM, dan dipandu Luqman Hakim Arifin selaku redaktur Majalah Gontor.(ybh/hio)