BATAM (Hidayatullah.or.id) — Pendiri Hidayatullah KH Abdullah Said adalah komunikator yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam membentuk karakter para aktivis dakwah di Nusantara.
Demikian kata Ketua Departemen Perkaderan DPP Hidayatullah Ust Muhammad Sholeh Utsman dalam pemarannya tentang Komunikasi Profetik (prophetic ) pada acara Pembekalan Da’i Sarjana Perguruan Tinggi Hidayatullah (PTH) Batam, Selasa, 20 Dzulhijjah 1443 (19/7/2022).
“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku komunikan,” imbuh Sholeh, mengutip pendapat pakar komunikasi Profesor Hafied Cangara.
Dalam konteks inilah Ust Abdullah Said, lanjutnya, sebagai seorang komunikator ulung. Sebab mampu menghipnotis banyak orang saat itu dan membuatnya berubah.
“Coba bayangkan, ketika usianya masih belasan tahun ia sudah aktif dalam komunikasi publik melalui khutbah Jum’at dan majelis taklim di wilayah Makassar, Sulsel Sulteng dan sekitarnya. Beliau sudah orator,” sebut Sholeh.
Tentu ada kekuatan spirit yang dimiliki lewat ibadah, lanjutnya lagi, juga wawasan luas yang didapatkan lewat bacaan, dan secara lengkap menyatu dalam etos kerja dan semangat juang yang tinggi.
“Beliau itu tak kenal lelah, malam hari qiyamullail dan sangat lama. Itu yang dalam teori tadi disebut membangun komunikasi vertikal transendental kepada Allah SWT untuk memohon petuntuk,” tegasnya.
Di siang hari, kata Sholeh lagi, dioptimalkan untuk melakukan komunikasi secara horizontal mengajak manusia untuk terlibat dalam mewujudkan cita-cita besar ini.
Dalam pandangan Ust Abdullah Said, lanjut Sholeh menegaskan, bahwa membangun peradaban Islam tidak semudah membalik telapak tangan. Cita-cita agung ini ternyata membutuhkan pengorbanan yang tinggi baik secara lahir maupun batin.
“Bahwa idealisme yang dimilikinya sangat sulit untuk diwujudkan dalam realitas kehidupan tanpa melibatkan khalayak, terutama dukungan para tokoh, dan yang lebih utama lagi adalah dukungan pemerintah,” imbuhnya yang kini konsentrasi meneliti tentang Komunikasi Profhetic berbasis Manhaj Nubuwwah pada program doktoral.
Kata Sholeh, sebagai sosok komunikator yang handal, beliau selalu menjadikan komunikasi vertikal transendental kepada Allah SWT sebagai basis kekuatan spiritual, yang pada gilirannya menjadi washilah untuk menemukan solusi terhadap kompleksitas persoalan yang dihadapi.
Hal ini diantaranya didasari oleh hadits Rasulullah SAW berkenaan dengan wasiat beliau kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa:
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
“Apabila engkau meminta (hajat), maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan hanya kepada Allah” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi).
“Jadi, diantara komunikasi berbasis manhaj nubuwwah benar-benar menjadikan Allah Ta’ala sebagai tempat bergantung segala urusan, tempat bersandar dalam segala situasi,” imbuh Sholeh.
Menurut temuan Sholeh dalam penelitiannya, bahwa komunikasi berbasis wahyu tadi adalah struktur bangunan komunikasi vertikal transendental dalam surah al ‘Alaq, al Qalam, al Muzzammil, adalah sumber kekuatan. Selanjutnya surah al Muddatsir dan al Fatihah sebagai landasan filosofis untuk membangun koneksi dengan khalayak.
“Prinsip lima surah pertama turun tersebut merupakan konsep dasar beliau yang diyakini sebagai pola nubuwah, yang dalam ilmu komunikasi disebut sebagai pola komunikasi profetik,” simpul Sholeh.
Oleh karena itu, dalam beberapa momem Ust Abdullah Said sangat tegas menyatakan bahwa jangan pernah melakukan dakwah, ceramah, kalau anda tidak shalat tahajjud.
Dalam perspektif komunikasi, terang Sholeh, pernyataan itu berarti bahwa jangan anda melakukan komunikasi secara horizontal dengan khalayak, sebelum anda membagun komunikasi secara vertikal transendental kepada Allah Ta’ala.
Maka para kader perlu selalu diarahkan untuk cerdas dalam menata komunikasi kepada semua pihak. Baik dengan pemerintah maupun masyarakat secara umum.
“Kesemuanya itu dilakukan dengan penataan komunikasi vertikal transendental melaui munajat dan doa, yang kemudian akan melahirkan kecerdasan dalam komunikasi secara horizontal kepada semua khalayak,” imbuhnya memungkasi.
Untuk diketahui bahwa Kampus Utama Hidayatullah Batam menyelenggarakan Pembekalan Dai Sarjana untuk calon alumni di Perguruan Tinggi Hidayatullah Batam, yang terdiri dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Hidayatullah dan Institut Agama Islam Abdullah Said, selama tiga hari.
Acara dibuka oleh Pembina Kampus Utama Batam Ust Jamaluddin Nur. Dihadiri sejumlah pengurus inti DPP Hidayatullah yang menjadi pemateri seperti Kabid Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Ust Asih Subagio, Kadep SDI Ust Arfan, Kadep Organisasi Ust Samsudin, dan Pengurus Inti Yayasan dan DPW Kepri.
Pembekalan ini dimaksudkan untuk memberi penguatan dan wawasan tentang manhaj, jatidiri, program mainstream, dinamika organisasi, sejarah dan visi misi lembaga serta manajemen dengan pendekatan manhaj nubuwwah kepada 70-an peserta calon alumni kader. */Azhari Tammase