
MEDAN (Hidayatullah.or.id) — Misi kemanusiaan Tim Siaga Bencana Hidayatullah bermula dari Medan, Sabtu, 9 Jumadil Akhir 1447 (30/11/2025. Dari kota itu, tim respon darurat gabungan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) bersama SAR Hidayatullah dan PosDai ini memacu kendaraan menuju Tapanuli Tengah.
Mereka menempuh perjalanan panjang untuk menembus isolasi wilayah yang baru saja dihantam banjir dan longsor hebat, perjalanan yang sejak awal terasa seperti rangkaian ujian di setiap kilometernya.
Gumpalan tanah sisa longsor menyambut sesaat setelah batas kota Medan ditinggalkan. Material yang berserakan di badan jalan memaksa pengemudi bermanuver dengan kewaspadaan penuh.
Tantangan tidak berhenti pada fisik jalan; kelangkaan BBM menekan seluruh wilayah. Tim harus mengantre berjam-jam di SPBU, menahan kantuk dan lelah demi memastikan tangki kendaraan terisi agar mesin tetap menyala menembus medan bencana.
Memasuki kawasan Sorkam, pemandangan menjadi getir. Banjir dan longsor memutus jalur transportasi utama. Jembatan beton yang dahulu kokoh kini runtuh tak bersisa. Sebagai pengganti, warga merakit jembatan kayu darurat yang harus dilintasi tim dengan perlahan.
Suara papan berderit menjadi iringan perjalanan, sementara rumah-rumah kosong berdiri melompong, ditinggalkan penghuninya yang mengungsi ke dataran lebih tinggi.
Malam tiba di Sibolga membawa wajah lain. Jalanan gelap dipadati ribuan warga yang mencari makanan dan bantuan. Laporan penjarahan dari beberapa titik membuat suasana kian mencekam. Relawan memasang kewaspadaan penuh, berhadapan dengan kenyataan yang menuntut ketelitian: membedakan mereka yang benar-benar kelaparan dari pihak yang memanfaatkan kekeruhan situasi.
Setelah rentetan rintangan fisik dan psikologis itu, tim akhirnya tiba di Pondok Pesantren Darul Marifah Hidayatullah, salah satu lokasi terdampak cukup parah. Para relawan tidak menunggu waktu untuk beristirahat; mereka segera mendirikan posko tanggap darurat di tengah puing-puing dan melakukan asesmen cepat guna memetakan kebutuhan mendesak. Setiap langkah diarahkan agar bantuan menyentuh warga secepat mungkin.
Lelah perjalanan seakan terbayar ketika bantuan mulai sampai ke tangan masyarakat. Dari lokasi posko, harapan kembali ditata, sementara kerja-kerja kemanusiaan terus digulirkan.
“BMH kini menyerukan dan melibatkan energi dan sumber daya untuk solidaritas nasional. Doa dan dukungan masyarakat luas menjadi bahan bakar utama bagi para relawan untuk mempercepat pemulihan Tapanuli Tengah. Mohon doa untuk semua,” tutur Syamsuddin, Direktur Prodaya BMH Pusat.






