HIDORID — Seorang muslim sejatinya selalu ada kebaikan yang menyertainya dalam setiap perbuatannya, terlebih jika ia kuasa atau mampu untuk melakukan sesuatu yang benar menurut keyakinannya.
Setidaknya keinginan seperti itulah yang disampaikan pejabat Bupati Mamuju Tengah (Mateng) Sulawesi Barat DR. Junda Maulana, M.Si saat menerima rombongan dai Pesantren Hidayatullah di kediaman sederhananya di bilangan BTN Axuri Mamuju.
Bupati pertama -di kabupaten yang baru terbentuk pada akhir tahun lalu ini- menyampaikan kegembiraannya karena Hidayatullah sanggup menjadi lembaga partner dalam peran sertanya membangun mental spiritual di daerah yang ia pimpin.
“Saya senang sekali kalau dai-dai Hidayatullah punya semangat, saya juga punya otoritas yang bisa kita sinergikan untuk membangun Mateng (Mamuju Tengah-Red),” sambutnya di awal pembicaraan.
Ia menyadari bahwa untuk mengawali sebuah pembangunan musti harus dimulai dari pembangunan mental pembangunnya atau manusiannya dan gerakan itu sejatinya bermula dari masjid sebagai basis pembangunan karakter manusia yang unggul.
Menandai semangatnya, masjid dekat rumah jabatan sementara yang kondisinya sangat menyedihkan itu, bupati Junda berencana untuk memimpin langsung kerja bakti bersih-bersih sehari sebelum ditempati sholat Jumat (11/10/2013) nanti.
Kabupaten Mamuju Tengah merupakan kabupaten yang terbentuk 8 tahun setelah dibentuknya kabupaten Mamuju Utara. Secara geografis banyak kesamaan dengan Mamuju Tengah. Keduanya merupakan pemekaran dari kabupaten Mamuju.
Hamparan alamnya merupakan daerah agraris dan rata-rata petaninya beralih ke tanaman kelapa sawit. Terlebih dengan masuknya beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Beberapa masih memilih bercocok tanam kakao, padi dan palawija lainnya. Daerah yang hampir seluruhnya dibuka melalui program transmigrasi pada era 1980-an ini secara fisik sudah tidak menandakan lagi kalau dulunya wilayah transmigrasi.
Di wilayah kecamatan Tobadak misalnya, mulai dari UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi) Tobadak I sampai UPT Tobadak VIII pada umumnya mengalami perkembangan yang signifikan dari sektor pertaniannya.
“Semua keberhasilan yang Anda lihat ini sudah pengaturan Allah, adapun kami ini, yah, cuma berusaha saja,” ungkap tokoh adat Sulbar H. Muhammad Aras Tammauni, SE yang berdomisili di Tobadak I.
Uwe, demikian sapaan masyarakat untuk tokoh ini, mengisahkan dulu daerahnya jauh dari keramaian dalam bayangan warganya. Ia menuturkan semangat warga dan pemerintah setempat untuk tetap terus membangun daerahnya sehingga kini dirasakan hasil jerih payahnya.
Hal senada juga disampaikan camat Tobadak, Dzulkifli, S.Ip. M.Si. “Sangat luar biasa masyarakat (Tobadak) di sini budaya membangun dan etos kerjanya tinggi. Namun demikian kami harus bermitra dengan Hidayatullah dalam membangun mental spiritualnya”.
Meski diakui, masih ada beberapa dusun yang masyarakatnya masih belum familiar dengan teknologi informasi lantaran tempatnya jauh dari keramaian yang berimbas pada pembangunan wilayah juga kehidupan keagamaan masyarakatnya.
Kondisi sosial itu menjadi tugas pemerintah dan lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta. Khususnya pondok-pondok pesantren di wilayah itu supaya kehadirannya menjadi solusi bagi pembangunan daerah yang memiliki keseimbangan visi keduniaan dan akhiratnya.
(Laporan langsung wartawan www.hidayatullah.or.id di Mamuju, Muhammad Bashori)