Hidayatullah.or.id – Putra kelahiran Adonara, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), bernama Ardiansyah (14 tahun), bangga setelah sukses menjuarai ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Tingkat Provinsi, belum lama ini.
Santri Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Batakte, Kupang, NTT, ini mengaku dirinya tak menyangka kalau akan menang.
Ardi, begitu ia karib disapa, bercerita, “mana mungkin ustadz saya juara, setiap hari kita di pondok hanya makan mie instan. Masa‘ ada harapan saya untuk menang di KSM”. Demikian ia berkisah dengan nada sedikit pesimis.
Bertempat di ruang Aula Kementrian Agama, Oelamasi, Kabupaten Kupang, NTT. Ardi siswa kelas 2 MTs Hidayatullah Kupang ini, telah mengikuti kompetensi sains tingkat Kecamatan dan Kabupaten mengalahkan 22 Kabupaten yang ada di NTT.
Pada tanggal 12 April lalu Ardi dan teman-temannya mengikuti ujian Kompetensi Sains Madrasah Tingkat Provinsi. Setelah dihubungi Syamsudin Ridwan, selaku pihak Kemenag Kabupaten Kupang, Ardiansyah yang Kelahiran Adonara, 25 Januari 2001, ini dikabari akan lanjut berkompetisi ke tingkat nasional. Rencana kegiatan KSM Nasional akan digelar di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, tahun ini.
Guru Kepala MTs Hidayatullah Kupang, Ilham Lubis S.Pd.I, mengatakan, “Alhamdulillah, kami ucapkan terimakasih atas prestasi yang dicapai oleh anak didik kami ke tingkat nasional. Semoga Ardi bisa mengharumkan nama Madrasah Tsanawiyah Hidayatullah Kupang di tingkat nasional nanti”.
Suratman M. Qosim selaku guru pembimbing dan pendamping selama KSM berlangsung mengatakan, “Hal yang pertama adalah rasa syukur diucapkan kepada Allah yang Maha Kuasa atas pencapaian ini. Dan kedua tentu kami bangga dengan hasil anak didik kami, yang bisa meraih prestasi juara satu untuk mata pelajaran fisika tingkan MTs dan juara 3 untuk mata pelajaran ekonomi tingkat MA”.
“Walau di tengah keterbatasan segala fasilitas, anak didik kami tetap berusaha sungguh-sungguh dalam meraih keinginan mereka,” lanjut Suratman yang juga mahasiswa Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang ini.
Suratman Kasim mengatakan, “Kami melihat Ardi selalu serius saat dijelaskan materi yang akan diujikan. Hingga larut malampun ia dan teman teman yang lain tetap bertahan dengan semangat 45. Seperti biasa di pondok, usai shlat shubuh dan wirid pagi, Ardi dan teman yg lainpun lanjut belajar bersama”.
Saat ditanya apa kiat Mahasiswa UNDANA ini dalam mengajar? Ia menyampaikan, “Teori yang akan kita ajarkan kepada anak didik itu sifatnya abstrak, nah tugas guru adalah membuat teori tersebut sekongkret mungkin serta cara mengevaluasinya. Simpel saja, kemampuan siswa kami sudah petakan, ada yang kelompok kemampuan di atas rata-rata, sedang dan kelompok rendah,” ujarnya.
“Untuk mengetahui masing-masing kemampuan peserta didik adalah, setelah membahas sub dan bab-nya langsung saja dilontarkan pertanyaan kepada siswa yang kemampuannya rendah. jika anaknya bisa menjawab, berarti lebih dari 90 persen siswa sudah memahami,” demikian lanjut Suratman menandaskan. */Abu Zain Zaidan