AdvertisementAdvertisement

“Dai Hidayatullah Jadilah Pencerah di Tengah Umat”

Content Partner

SURABAYA (Hidayatullah.or.id) – Dai Hidayatullah harus menjadi penengah dan pencerah di mana saja dia mengemban amanah pengabdian dakwah di masyarakat. Tidak ekstrim kanan, tidak ekstrim kiri dan tidak pula liberal.

“Jadilah dai pencerah. Asalnya, Islam adalah mencerahkan siapa saja. Alhamdulillah selama ini kader kader Hidayatullah selalu diterima di tengah umat,” kata Ketua Umum DPP Hidayatullah Ust Nashirul Haq, MA.

Hal itu disampaikan beliau berpidato dalam Rapat Terbuka Senat Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al Hakim (STAIL) Wisuda Sarjana dan Penugasan Kader Dai Nusantara, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (05/08/2017).

Beliau melanjutkan, diantara bekal yang diperlukan dai dalam berdakwah dan mengabdi di masyarakat adalah bekal ikhlas dan keyakinan.

“Ikhlas dan ini doktrin kader-kader awal Hidayatullah yang berhasil membuka cabang cabang Hidayatullah hingga seperti sekarang ini,” katanya.

Karenanya, beliau mengingatkan pentingnya niat yang tulus hanya karena Allah Ta’aala semata dalam setiap langkah membersamai umat serta keyakinan yang mantap akan adanya pertolongan dari Allah Ta’aala.

Ust Nashirul juga mendorong para dai sarjana ini untuk selalu membangun kebiasaan menuntut ilmu. Beliau mengingatkan agar jangan terpaku pada ilmu yang ada di buku semata sebab bagi dai ilmu itu luas sehingga perlu selalu digali.

Beliau menyebutkan, ilmu tercakup dalam 3 hal yakni maddah (materi dakwah), thariqah (metode), dan memahami mad’u (objek dakwah atau medan dakwah)

“Mujahadah. Kerja keras. Ini adalah kunci kesuksesan. Lakukan sa’i saja, maka air zamzam akan mengalir. Tidak hanya air seteguk, tapi air yang mengalir. Di luar perhitungan logika manusia, ada saja bantuan Allah yang tak terduga,” imbuhnya.

Lebih jauh beliau berpesan akan pentingnya doa dan melibatkan sang Khalik dalam menyelesaikan permasalahan yang kita dihadapi.

“Perasaan berat tidak bisa menanggung amanah adalah ciri orang beriman, sebagaimana Nabi Muhammad juga merasa berat. Karena ada rasa tanggung jawab. Ketika kita merasa tidak bisa memegang amanah, maka saat itulah Allah akan menolong kita, dengan catatan, Al-Muzammil kita kuat. Ibadah kita bagus. Doa kita mantap,” kata beliau mengingatkan.

“Sebelum tampil, bermusyawarah, dan lain-lain, maka malam sebelumnya harus dimantapkan shalat lailnya agar menghasilkan qoulan tsaqiilan. Keluar dari hati dan masuk ke hati,” tukasnya.

Setengah berseloroh, beliau berpesan kepada wisudawan agar semestinya seperti Nabi yang punya rasa jawab tinggi.

“Walau gelar kalian S.Pd dan S.Sos tapi gelar kalian sebenarnya adalah dai dan murobbi. Ini gelar langsung dari Allah. Setelah tafaqquh fiddin, kembalilah ke umat untuk memberikan pencerahan,” katanya memungkasi.

Para dai sarjana wisudawan Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al Hakim Angkatan XVI ini ditugaskan ke berbagai kawasan di Indonesia. Diantaranya mereka ada yang ditugaskan ke Aceh, Sulawesi Utara, Bangka-Belitung, Kalbar dan lain-lain.

Turut hadir dalam acara tersebut perwakilan unsur Muspida Kota Surabaya, Kopertis Wilayah, ulama, tokoh ormas, pimpinan pondok pesantren, dan segenap civitas akademika STAIL Luqman Surabaya. */Muhammad Idris

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Kebijaksanaan Rasulullah Menimbang Saran dengan Hati Terbuka

DALAM kajian psikologi sosial dan budaya, sifat manusia untuk menerima atau menolak saran adalah fenomena yang kompleks. Secara umum,...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img