JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD) Khairu Ummah, KH. Drs. Ahmad Yani, menyampaikan pesan pentingnya peran dan tanggung jawab seorang dai dalam menyampaikan materi dakwah yang efektif.
Ia menekankan pentingnya kemampuan komunikasi yang baik, rajin membaca, serta memiliki rasa penasaran tinggi agar dakwah yang disampaikan tidak hanya sekadar informatif, namun mampu menggerakkan pendengar untuk mengamalkannya.
“Tugas seorang dai adalah memberi pemahaman dengan cara memberi informasi yang mampu menggerakkan pendengar untuk mengamalkannya,” katanya dalam acara Kursus Muballigh Profesional Angkatan IV pada sesi tema “Menyusun Materi Dakwah yang Efektif” yang digelar oleh Korps Muballigh Hidayatullah (KMH), Ahad, 25 Rabi’ul Awal 1446 (29/9/2024).
Ahmad Yani menekankan bahwa materi dakwah akan lebih menarik apabila memiliki kerangka yang jelas dan benar. Penguasaan teknik komunikasi yang baik dapat mengubah penyampaian pesan menjadi lebih hidup dan memberikan dampak yang lebih besar kepada audiens.
“Kemampuan komunikasi efektif menjadi hal yang sangat penting dimiliki oleh para dai. Kemampuan ini akan menjadi penentu sebuah materi menjadi lebih menarik karena memiliki kerangka yang jelas dan benar,” tutur KH. Ahmad Yani.
Beliau juga menyoroti bahwa komunikasi dalam dakwah tidak hanya menyampaikan informasi secara satu arah, melainkan harus ada elemen interaksi yang dapat menjembatani pemahaman antara dai dan audiens. Keterampilan komunikasi ini meliputi penyusunan materi, cara menyampaikan, serta bagaimana menangkap reaksi dari jamaah untuk kemudian dapat merespon dengan tepat.
Dai Harus Rajin Membaca
Lebih jauh KH. Ahmad Yani menekankan bahwa seorang dai dan khatib harus rajin membaca dan mendalami berbagai sumber agar dapat mengembangkan materi dakwah yang kontekstual.
Malas berpikir hanya mengandalkan bahan ceramah yang sudah ada tanpa melakukan penyesuaian atau elaborasi yang mendalam. Hal ini, menurutnya, akan membuat materi dakwah menjadi monoton dan kehilangan relevansi dengan kondisi jamaah.
“Seorang dai dituntut untuk rajin membaca agar memiliki peluru (materi) yang tidak terbatas. Sebab di banyak kasus, dai malas berpikir, sehingga materi ceramah atau khutbah yang disampaikan hanya modal copy paste atau bahan yang sudah siap tanpa elaborasi yang kontekstual,” ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa dengan konsistensi dalam belajar dan memperdalam ilmu, seorang dai akan lebih percaya diri ketika berdiri di depan jamaah.
Perasaan takut atau was-was yang kerap menghantui para dai dapat diminimalisir dengan bekal pengetahuan yang memadai. Dengan terus membaca dan belajar, hal ini akan membuat penyampaian dakwah menjadi lebih lancar dan meyakinkan.
Kepercayaan diri ini menurutnya tidak hanya penting bagi dai pemula, namun juga bagi para dai yang telah berpengalaman. Dalam berbagai situasi, seperti ceramah di acara maulid, aqiqah, pernikahan, atau bahkan dalam suasana duka cita, seorang dai harus selalu siap menyampaikan materi yang relevan dan inspiratif.
Masih dalam materinya, KH. Ahmad Yani mengingatkan bahwa seorang dai tidak boleh “miskin kata”, yang artinya tidak boleh kekurangan materi atau kehabisan ide dalam menyampaikan dakwah. Kemampuan untuk terus belajar dan membaca menjadi syarat mutlak agar seorang dai selalu siap dalam berbagai momen.
“Menjadi dai jangan miskin kata, karena itu mesti tekun dalam belajar dan membaca, sehingga seorang dai tetap dalam kondisi siap dalam berbagai acara, baik maulid, aqiqah, pernikahan maupun ceramah dalam suasana kematian,” jelas KH. Ahmad Yani yang juga Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini.
Lebih jauh, KH. Ahmad Yani menekankan bahwa dakwah yang efektif adalah dakwah yang kontekstual, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh jamaah.
Untuk itu, harapnya, dai harus mampu mengelaborasi materi yang disampaikan agar sesuai dengan tantangan zaman, sekaligus dapat memberikan solusi praktis bagi jamaah dalam menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari.
Kursus Muballigh Profesional yang diadakan oleh KMH ini merupakan salah satu upaya untuk mencetak calon muballigh dan meningkatkan kompetensi para dai dalam menyusun dan menyampaikan materi dakwah yang efektif dan juga mampu menggerakkan hati umat untuk mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.*/Adam Sukiman