MAROS (Hidayatullah.or.id) — Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan lokal dan memberdayakan ekonomi umat, Pondok Pesantren Daarul Hijrah, Tanralili, Maros, bersama Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) inisiasi sebuah gerakan program bernama One Pesantren One Product (OPOP).
Program ini merupakan salah satu langkah strategis yang diambil untuk mengoptimalkan lahan pesantren melalui budidaya tanaman singkong. Upaya ini menjadi bagian penting dalam memanfaatkan sumber daya alam yang sebelumnya belum produktif serta memberikan peluang bagi santri untuk belajar tentang sektor pertanian.
Budidaya Singkong
Budidaya singkong yang dilakukan di lahan Pondok Pesantren Daarul Hijrah dimulai dengan pengolahan tanah menggunakan traktor. Sebelum tahap ini, para santri telah secara bertahap melakukan pembersihan rumput dan belukar melalui kegiatan kerja bakti.
Muhammad Rubianto, salah satu pengurus pondok yang mendampingi pelaksanaan program ini, menjelaskan pentingnya proses ini bagi santri. Menurutnya, proses tidak hanya berorientasi pada hasil produksi, tetapi juga memberikan ruang bagi pembelajaran praktis bagi para santri.
“Selain memberi pengalaman dan pembelajaran bagi santri, hasilnya bisa dinikmati langsung, baik daun maupun umbi singkongnya. Hasil panen juga bisa dijual dan diserap oleh industri makanan,” ujar Rubianto, seperti dalam keterangan diterima media ini, Senin, 18 Rabiul Akhir 1446 (21/10/2024).
Melalui proses ini, santri tidak hanya memperoleh pengetahuan mengenai teknik pertanian, tetapi juga diperkenalkan pada aspek ekonomi dan pemasaran produk.
Budidaya singkong ini direncanakan melalui beberapa tahapan penting yang mencakup pembersihan lahan, pembuatan bedengan, pemupukan, penanaman bibit, serta perawatan hingga masa panen.
Diperkirakan, seluruh proses ini membutuhkan waktu sekitar enam hingga delapan bulan sebelum mencapai masa panen yang optimal.
Ketua Laznas BMH Sulsel, Kadir, yang turut hadir dalam program tersebut, menekankan komitmen BMH dalam mendukung program-program yang bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat, terutama melalui sektor pertanian.
Menurut Kadir, program OPOP ini merupakan bagian dari strategi pemberdayaan yang lebih besar. Laznas BMH terangnya berkomitmen untuk tidak hanya menyalurkan bantuan langsung, tetapi juga meningkatkan kapasitas masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan termasuk mengembangkan sektor pertanian berbasis pesantren.
Kadir menekankan pentingnya kerjasama ini dalam membangun kemandirian ekonomi umat, terutama di sektor pertanian yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
“Ini merupakan salah satu upaya kolektif yang sangat penting untuk membangun kemandirian dan kesejahteraan umat, khususnya di sektor pertanian. Semoga program ini berjalan lancar dan memberikan manfaat yang berkelanjutan,” imbuh Kadir.
Dia menambahkan, jika program ini berjalan lancar, panen pertama yang diharapkan terjadi dalam enam hingga delapan bulan ke depan dapat memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi pesantren.
Disamping itu, diharapkan dia program ini menjadi model pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren yang dapat ditiru oleh lembaga-lembaga lainnya di seluruh Indonesia.*/Herim