AdvertisementAdvertisement

[Khutbah Jum’at] Beribadah dan Bertawakkal hanya Kepada Allah

Content Partner

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، وَهُوَ الَّذِيْ أَدَّبَ نَبِيَّهُ مُحَمَّدًا ﷺ فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ خَلْقِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، أما بعد
فيا أيها الحاضرون، أُوْصِيْنِي نَفْسِيْ وَ إِيَّاكُم بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْن. قال الله تعالى في كتابه الكريم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Hadirin kaum muslimin rahimakumullah

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al – qur’an Surat Hud ayat 123:

وَلِلَّهِ غَيْبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ ٱلْأَمْرُ كُلُّهُۥ فَٱعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

“Dan kepunyaan Allah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepadaNya dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”

Dalam ayat yang menjadi akhir penutup surat Hud ini, Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa وَلِلَّهِ غَيْبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ Kepunyaan Allah Subhanahu wa ta’ala hal – hal yang ghaib, baik di langit atau di bumi.

Hal ini berarti bahwa segala peristiwa yang terjadi di tujuh lapisan langit, baik hembusan angin yang bertiup, gerakan kontelasi bintang, hingga seberapa cepat putaran planet yang sangat besar ukurannya seperti Jupiter dan Saturnus, sesungguhnya semua hanya diketahui Allah Subhanahu wa ta’ala.

Begitu juga hal hal ghaib yang terjadi di bumi, apa yang sedang dilakukan seekor gurita kaca di kedalaman laut yang begitu gelap, juga seekor cacing tanah di kedalaman bumi yang tidak terlihat di permukaan, menjadi rahasia Allah Subhanahu wa ta’ala.

Ayat ini menegaskan bahwa kekuasaan Allah Subhanahu wa ta’ala yang mengetahui hal – hal yang ghaib baik di langit maupun di bumi tidak mampu ditandingi oleh kekuatan satupun makhluk di muka bumi ini.

وَلِلَّهِ غَيْبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ

Siapa yang bisa memprediksi secara akurat kapan hujan akan membasahi bumi selain Allah Subhanahu wa ta’ala?

Siapa yang bisa mengetahui seberapa panjang musim kemarau akan menimpa sebuah kota selain Allah Subhanahu wa ta’ala? Adakah yang mengetahui siapa yang akan menjadi pemimpin (presiden) di suatu negeri selain Allah Subhanahu wa ta’ala?

Lihatlah puluhan bahkan ratusan wanita yang sedang mengandung dan terbaring di rumah rumah sakit, apakah ada yang berani menjamin bahwa janin yang ada dalam rahim wanita wanita tersebut akan terlahir semua menjadi seorang bayi?

Bahkan Jam 7 pagi tadi, semua pekerja yang telah merencanakan untuk berangkat ke tempat kerja sejak malam sebelumnya, ternyata tidak semua berhasil hadir di tempat kerja, karena sebab yang tidak bisa diprediksi sebelumnya.

Bahkan, ada di antara kita yang sudah merencanakan untuk menutup usia dekat dengan keluarga, ternyata harus mengakhiri hidupnya di lokasi yang nun jauh di sana, jauh dari keramaian.

Bahkan seorang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hanya mampu mengungkap tanda tanda hari kiamat tanpa mengetahui secara pasti kapan tepatnya peristiwa kiamat itu akan terjadi.

إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۢ بِأَىِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۢ

“Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.” (Q.S. Luqman: 34)

Hadirin kaum muslimin rahimakumullah

Allah lalu melanjutkan وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ ٱلْأَمْرُ كُلُّهُۥ dan kepada-Nya dikembalikan semua urusan, yang berarti bahwa segala sesuatu yang terjadi, peristiwa langit dan peristiwa bumi, juga peristiwa hari akhir, semua terjadi karena kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala.

Tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi dalam kehidupan ini, baik di langit maupun di bumi, baik di dunia maupun di akhirat kelak, kecuali semuanya atas kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala. Baik dan buruknya peristiwa yang menimpa seseorang, semuanya ada dalam ketetapan Allah Subhanahu wa ta’ala.

Lalu, setelah menjelaskan kekuasan-Nya yang tak tertandingi, Allah Subhanahu wa ta’ala memberi perintah فَٱعْبُدْهُ, Maka sembahlah Allah Subhanahu wa ta’ala. Inilah wujud pengakuan seorang hamba kepada yang maha Mengetahui hal yang Ghaib, yaitu dengan rukuk dan sujud hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Inilah peragaan seorang muwahhid, yang mengakui bahwa “Laa ilaaha illalaahu”, tidak ada yang maha Kuasa dan patut untuk disembah selain Allah Subhanahu wa ta’ala.

Kalau seorang manusia sangat taat dan tunduk kepada sesama manusia, hanya karena ia adalah orang yang memberinya pekerjaan, promosikan jabatan, memberikan pendapatan bulanan, hingga orang tersebut selalu mengatakan “siap” setiapkali ia diminta untuk mengerjakan sesuatu oleh atasannya tersebut.

Maka, bagaimana mungkin orang tersebut tidak tunduk kepada Dzat yang memberikan perlindungan melebihi perlindungan yang diberikan atasannya tersebut? Memberikan rezeki lebih banyak daripada terbatasnya nominal rupiah yang ia terima dari atasannya?

Maka beribadah adalah wujud deklarasi ketundukan seorang hamba kepada Sang Pemilik Jiwa, yang mengetahui kapan jiwa itu akan menjumpai Rabbnya, dan dimana ia akan ditempatkan kelak di akhirat.

Dengarlah apa yang dikatakan oleh Abubakar Asshiddiq radhiyallaahu anhu, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat:

“Siapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati, dan siapa yang menyembah Allah Subhanahu wa ta’ala, Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala Maha hidup dan tidak pernah mati”.

Inilah wujud orang yang muwahhid, yaitu orang yang beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala karena kesadaran bahwa Allah Maha Kuasa, dan tidak yang mampu menandingi kekuasan-Nya.

Hadirin kaum muslimin rahimakumullahu

وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ Dan bertawakkal lah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala saja. Setelah meyakini bahwa segala urusan dikembalikan hanya kepada Allah, maka seorang hamba hendaknya bergantung dengan penuh keyakinan atas segala urusan hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dan, untuk mampu berserah diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka diperlukan keyakinan yang kuat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan usaha yang penuh kesungguhan.

Keyakinan yang kuat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala hanya bisa lahir kalau seseorang mengenal Sang Maha Pencipta yang mengetahui segala hal yang ghaib dan menentukan segala urusan.

Bukankah di antara kita, ketika harus meninggalkan keluarga di rumah karena harus berdinas ke luar kota, bisa merasakan perasaan tenang kalau meninggalkan anak dan istri di lingkungan masyarakat yang rukun, guyub, sholih, dan sholihah?

Kita tidak akan merasa khawatir akan peristiwa jahat yang menimpa mereka, karena kita mengenal dengan sangat baik tetangga depan belakang, kiri dan kanan, yang bahkan senantiasa shalat berjamaah bersama sama kita di mesjid tempat kita tinggal.

Seperti itulah kira kira penyerahan diri kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita akan menyerahkan keputusan segala urusan yang kita lakukan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan penuh keyakinan.

Dan syarat yang kedua, bahwa tawakkal mengandung usaha secara sungguh sungguh untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Jika kalian bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian, sebagaimana Dia telah memberikan rezeki kepada burung yang berangkat di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad).

Seekor burung yang berangkat meninggalkan sarangnya di pagi hari, diberi jaminan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala melalui hadits di atas, untuk kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.

Hadits ini menggaris bawahi kalimat berangkat di pagi hari, yang berarti bahwa harus ada upaya yang dilakukan seorang hamba untuk mendapatkan keinginannya. Sehingga tawakkal mengandung makna usaha yang sungguh sungguh dengan menyerahkan hasilnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Tanpa upaya yang sungguh sungguh untuk mencari rezeki, maka keyakinan seorang hamba bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala adalah arrozzaq hanya akan terucap di bibir saja.

Hadirin kaum muslimin rahimakumullahu

Allah lalu menutup ayat ini dengan kalimat وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. Hal ini bermakna, bahwa segala perbuatan akan mendapatkan ganjaran di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala.

Allah tidak akan membiarkan satu perbuatan pun kecuali akan mendapatkan balasan di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala, di dunia atau di akhirat kelak.

Maka Beribadahlah kepada yang Maha mengetahui hal hal yang ghaib, karena ibadah kita akan mendapat ganjaran di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dan bertawakkallah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan usaha yang sungguh sungguh dan penuh keyakinan, karena Dialah Allah Subhanahu wa ta’ala yang menentukan segala urusan, dan Dia tidak akan pernah mengabaikan sekecil apapun perbuatan yang dilakukan oleh hamba-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد

Do’a Penutup

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ……. عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُو

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Ketua Umum DPP Hidayatullah Hadiri Tasyakuran Milad MUI ke-49

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) -- Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ust. Dr. H. Nashirul Haq, MA, menghadiri acara Tasyakuran...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img