Ditulis oleh Ustadz Abdul Ghofar Hadi*
Kamis, 06 September 2012 08:36
Hasan al-Bana pernah mengatakan bahwa, “Bina’ul rijal ahammu min bina’il-ahjar”. Artinya, membangun rijal (manusia) itu lebih utama dibandingkan membangun batu (gedung). Ini bukan ungkapan iseng tapi hasil dari pemikiran, perenungan dan pengalaman bertahun-tahun beliau dalam memimpin gerakan politik Ikhwanul Muslimin.
Membangun bangunan rumah atau gedung sebenarnya juga bukan perkara mudah. Ada ahlinya yang profesional yaitu arsitek yang bisa merancang design bangunan canggih, unik atau yang mewah.
Tingkat amatiran, para tukang juga melalui proses panjang untuk membangun sebuah rumah agar tahan lama, simetris dan indah. Dari merancang gambar, menghitung bahan dan finishingnya, itupun masih dibagi tukang batu dan tukang kayu yang berbeda keahliannya. Ini menunjukkan ketidaksederhananya menjadi seorang tukang bangunan.
Meskipun demikian, membangun sebuah bangunan itu bisa relatif lebih mudah karena pekerjaan kelihatan mata dan jelas proses serta hasilnya. Menata batu, pasir, semen ditambah air dan kapur diaduk kemudian ditempelkan, asalkan sesuai dengan ukuran dan posisinya. Semua bahan itu akan taat saja, artinya tidak pernah protes karena sebagai benda mati yang tidak memiliki pikiran dan perasaan.
Membangun manusia itu lebih sulit. Tentu yang dimaksud di sini bukan membangun secara biologis atau fisik semata. Sebab kalau sekedar membentuk otot-otot badan, mencetak fisik yang atletis itu bukan perkara sulit. Dimensinya tidak terlalu rumit, makan yang bergizi, olah raga teratur, latihan terus menerus, minum suplemen tambahan dan istirahat cukup. Instrukturnya juga relatif lebih mudah dan banyak di kota-kota besar. Sehingga ada lomba bina raga, tubuh indah, badan atletis, kaki indah dan ratu kecantikan.
Membangun manusia dalam dimensi jiwa dan akhlaqnya bukan pekara mudah dan singkat. Manusia adalah mahluk hidup yang memiliki pikiran, perasaan, keinginan, interest pribadi dan memiliki tabiat masing-masing. Jika dalam satu asrama ada 100 santri maka ada 100 karakter santri yang berbeda-beda.
Membangun manusia adalah mengembangkan karakter, akhlaq, moral dan integritas diri berdasarkan fitrah dan perintah Allah. Inilah yang berat dan membutuhkan kerja keras melalui pendidikan dan pelatihan. Hasilnya tidak langsung kelihatan dalam beberapa hari, bulan atau tahun, sebab prosesnya sangat panjang dan melelahkan.
Membangun manusia adalah visi dan misi dari Rasulullah diutus di muka bumi ini. Sebagaimana sabdanya, “Tidaklah aku diutus kecuali untuk meyempurnakan akhlaq”. Karakter dan jati diri manusia adalah pada akhlaqnya sebagai buah dari aqidah dan ibadah yang dilakukan. Wallahu a’lam bish shawwab.
*Penulis adalah Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah, Balikpapan