ISLAM hadir sebagai agama rahmat bagi semesta (rahmatan lil ‘alamiin) tidak hanya bagi pemeluknya melainkan juga bagi orang yang belum menyakininya dapat merasakan kebaikannya.
Agar kehadiran Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam dapat dirasakan kebaikannya, maka diperlukan cara (jalan) yang diharapkan mampu mengirimkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Dakwah menjadi satu-satunya cara dalam menyebarkan Islam yang sekaligus menjadi misi sepanjang sejarah dan zaman. Dimana dalam proses dakwah dilakukan melalui lisan (bil-lisan), dengan tulisan (bil-kitabah), dan dakwah dengan perbuatan (bil-hal).
Tugas mulia tersebut pada mulanya diemban oleh para nabi yang juga merupakan sifat nubuwwah. Sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam.
Para nabi telah melaksanakan tugas mulia itu dengan sukses, namun tetap menghdapi tantangan dan rintangan.
Sejarah telah mencatat, bahkan telah diabadikan dalam Al-Qur’an, bagaimana manis dan pahitnya perjalanan dakwah yang dialami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabatnya (assabiqunal awwalun).
Kendati dalam langkah dakwah mereka mengalami penghinaan, penganiayaan, persekusi dan intimidasi yang terus menyasar Rasulullah dan para sahabatnya dalam menjalankan misi menyebarkan Islam rahmatan lil’alamin.
Meskipun mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, Rasulullah dan para sahabatnya sedikit pun tidak goyah. Mereka tetap riang gembira menyambut perintah dakwah. Aktivitas amar ma’ruf nahi munkar berjalan dan terjalin secara berkelanjutan demi terwujudnya Peradaban Islam.
Dalam mencapai puncak kejayaan Islam, tidak sedikit pengorbanan yang diberikan Rasulullah dan umatnya ketika itu. Jiwa dan harta yang dengan ikhlas diberikan demi pejuangan Islam.
Mereka begitu yakin dengan apa yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala atas segela pengorbanan yang diberikan dalam memenagkan agama Allah.
Ibunda Khadijah yang sekaligus Istri Rasulullah yang dikenal memiliki kekayaan yang melimpah, seluruhnya diberikan untuk perjuangan dakwah Rasulullah. Begitu pula dengan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali r.a serta banyak lagi sahabat lainnya yang dengan ikhlas meneyerahkan hartanya dijalan dakwah.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa Islam begitu cepat dalam melakukan ekspansi, karena ditopang oleh modal yang cukup serta kader militan dan mumpuni sehingga Islam mampu mencapai puncak kejayaannya dalam waktu yang relatif singkat.
Tantangan Dakwah Masa Kini
Demikian halnya di era globalisasi saat ini selain peluang, dakwah juga mengalami tantangan yang sangat berat, terutama dampak dari kemajuan pengetahuan dan teknologi. Sehingga kajian terhadap pengembangan konsep dakwah dan evaluasi terhadap gerakan (harakah) harus terus dilakukan secara intensif.
Pemikir dan pengurus organisasi dakwah dituntut mereaktualisasi dan terus mengembangkan konsep dan gerakan dakwah yang lebih relevan dengan tuntutan zaman. Sehingga, diharapkan aktivitas dakwah mampu menawarkan solusi terhadap problematika kehidupan masyarakat modern dan pascamodern.
Untuk itu, ketersedian sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, baik dari segi akhlak maupun keilmuan, kemudian perangkat yang memadai menjadi bagian penting untuk dipersiapkan demi mencapai kesuksesan dakwah.
Tentu kesemua itu membutuhkan modal yang tidak sedikit agar dalam mempersiapkan perangkat serta proses dakwah mengalami percepatan sebagaimana yang telah diwariskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Namun dalam kenyataannya, aktivitas dakwah dewasa ini sepertinya kurang mendapat perhatian serius. Bahkan seringkali dianggap sebagai kerja kerja ikhlas yang sudah menjadi tugas para dai semata yang dipandang tanpa disokong dana pun tetap akan berjalan.
Realitas inilah yang terkadang membuat gerakan dakwah ditengah umat mengalami perlambatan. Dakwah akhirnya tidak mampu melakukan ekspansi dan mobilitasnya sedikit terhambat karena kualitas yang dimiliki oleh penggerak dakwah tidak sebanding dengan kemampuan umat yang ingin didakwahi.
Tanpa topangan yang memadai, pada gilirannya dakwah pun berjalan ala kadarnya, merasa canggung, atau minder yang mengakibatkan para dai tidak maksimal dalam mengemban tugas dakwah. Sehingga model masyarakat yang ingin diwujudkan dari proses dakwah sebagai umat terbaik khairah ummah tidak dapat tercapai dengai baik.
Saatnya kita menerapkan dakwah sinergi, amal jama’i dalam rangka membangun kekuatan dakwah agar proses penyebarannya lebih luas, semakin membumi, serta masif melahirkan dan menumbuhkan produktifitas umat untuk kemaslahatan semesta.
Praktik dakwah sinergis merupakan faktor penting dalam mematangkangkan langkah dakwah dan memperluas cakupannya serta mampu melakukan pembaharuan konsep yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Hal ini sebagaimana banyak ditemukan dalil Al-Qur’an dan Sunnah yang secara eksplisit memerintahkan kepada setiap muslim untuk mengemban tugas mulia ini baik secara individu maupun kolektif.
*) Adam Sukiman, penulis adalah Ketua Pengurus Wilayah Pemuda Hidayatullah DKI Jakarta