TRANSFORMASI kepemimpinan adalah keniscayaan dalam setiap organisasi Islam. Sebagai bagian dari sunnatullah, proses ini didesain untuk memastikan keberlangsungan dan relevansi organisasi dalam menghadapi tantangan zaman. Tantangan ini tidak hanya terkait perubahan struktural, tetapi juga tentang bagaimana organisasi Islam dapat mempertahankan visi dan misinya di tengah perkembangan zaman. Dalam hal ini, penting untuk mempersiapkan kader-kader pemimpin muda yang mampu mengemban amanah dan melanjutkan estafet perjuangan.
Ustaz Abdullah Said Rahimahullah, pendiri Hidayatullah, menggarisbawahi pentingnya kesinambungan dalam kepemimpinan dengan satu kalimat “melanjutkan estafet perjuangan.” Sebuah diksi yang sarat dengan makna. Di mana menegaskan bahwa peran kepemimpinan yang visioner tidak hanya dituntut untuk menjaga prinsip dan identitas organisasi, tetapi juga harus dapat memandu organisasi menuju arah yang lebih baik dan relevan dengan kebutuhan zaman, tanpa kehilangan pijakan pada prinsip Islam yang hakiki dan memiliki kesinambungan dalam gerakan.
Kepemimpinan Sebagai Amanah: Hirasatud Dien dan Siyasatud Dunya
Al-Mawardi, seorang pemikir besar dalam politik Islam, dalam kitabnya al-Ahkan al Sultaniyah, menekankan bahwa pemimpin Muslim memiliki dua tugas besar: hirasatud dien (menjaga agama) dan siyasatud dunya (mengatur urusan dunia). Dalam konteks ini, pemimpin organisasi Islam tidak hanya bertanggung jawab atas pengembangan organisasi secara internal, tetapi juga bertanggung jawab untuk membangun kekuatan moral yang akan menjadi cahaya di tengah masyarakat.
Pemimpin yang menjaga agama berperan dalam memastikan organisasi berjalan sesuai prinsip syariat, mempertahankan nilai-nilai jatidiri organisasi, dan membangun generasi yang memiliki pemahaman Islam yang komprehensip dan kuat. Di sisi lain, pemimpin yang mengatur dunia harus mampu mengarahkan organisasi untuk aktif berkontribusi pada persoalan umat, seperti pendidikan, ekonomi, politik, dan sosial.
Grand Design Organisasi sebagai Pedoman Transformasi
Transformasi kepemimpinan dalam organisasi Islam harus berlandaskan visi, misi, dan jatidiri organisasi yang telah disusun dengan matang. Grand desain organisasi yang lengkap ini adalah peta jalan yang memandu generasi pemimpin berikutnya, memastikan mereka tidak kehilangan arah di tengah arus perubahan. Dalam setiap peralihan, visi dan misi ini harus dipertahankan sebagai pedoman utama agar organisasi tetap relevan sekaligus teguh pada prinsip-prinsip Islam.
Kepemimpinan yang kokoh harus berakar pada visi, misi, dan jati diri yang tertuang dalam grand design organisasi. Rancangan besar ini menjadi pedoman utama yang akan menuntun setiap elemen organisasi agar tetap dalam jalur yang sama, meskipun kepemimpinan beralih dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Grand design organisasi tidak hanya sebatas dokumen administratif yang kaku; ia adalah kompas moral dan strategis yang menuntun setiap langkah organisasi yang sangat memungkinkan dilakukan adjustment ketika lingkungan internal dan eksetrnal mengalami perubahan. Dari visi, misi, hingga strategi implementasi, semua harus dirancang secara komprehensif agar setiap pemimpin yang datang dapat melanjutkan langkah sesuai landasan yang telah ditetapkan, namun dengan adaptasi yang disesuaikan dengan tuntutan masa kini. Dengan demikian, gap antar-generasi kepemimpinan dapat diminimalisir.
Memadukan Prinsip Kepemimpinan Islam dengan Gaya Kepemimpinan Kontemporer
Kaderisasi dalam organisasi Islam bukan hanya mengembangkan kemampuan teknis, tetapi juga memperkuat spiritualitas, komitmen, dan integritas calon pemimpin. Mereka perlu dibekali dengan wawasan yang luas, kesadaran sosial yang tinggi, serta kemampuan untuk membaca tanda-tanda zaman. Dalam era yang serba cepat ini, kepemimpinan Islam memerlukan sosok yang tidak hanya kuat dalam keilmuan, tetapi juga fleksibel dalam merespon dinamika dunia. Para kader muda harus memahami nilai-nilai Islam yang mendalam dan mampu mengkomunikasikannya dengan bahasa modern yang dapat diterima oleh masyarakat luas.
Demi memastikan efektivitas dalam setiap kepemimpinan, prinsip-prinsip modern dapat menjadi pelengkap bagi nilai-nilai Islam klasik. John Maxwell menekankan bahwa seorang pemimpin adalah mereka yang “know the way, show the way, and follow the way.” Seorang pemimpin harus memiliki kejelasan arah, memberikan panduan yang nyata bagi pengikutnya, dan konsisten dalam menjalankan visi tersebut.
Lebih jauh, konsep Level 5 Leadership yang dikemukakan oleh Jim Collins juga relevan dalam membentuk karakter pemimpin masa depan organisasi Islam. Level 5 Leadership mengajarkan perpaduan antara kerendahan hati yang mendalam dan keberanian untuk mencapai hasil yang berdampak besar. Pemimpin level 5 tidak haus kekuasaan untuk kepentingan pribadi, tetapi memiliki dedikasi kuat pada kemajuan organisasi dan kemaslahatan umat. Prinsip ini sejalan dengan nilai Islam yang menempatkan amanah sebagai tugas berat yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Model Kepemimpinan Rasulullah SAW dan Para Pemimpin Islam yang Unggul
Tidak ada teladan kepemimpinan yang lebih baik selain Rasulullah SAW. Kepemimpinan beliau adalah model sempurna bagi setiap pemimpin Islam. Dalam setiap keputusan, Rasulullah SAW selalu mendasarkan pada keseimbangan antara keadilan, kasih sayang, dan kebijaksanaan. Rasulullah tidak hanya menjadi pemimpin bagi para sahabatnya, tetapi juga sebagai pembimbing spiritual yang membangun peradaban Islam di awal sejarahnya.
Para penerus beliau, seperti Khulafaur Rasyidin, generasi tabi’in, tabi’ut tabi’in, hingga tokoh-tokoh besar Islam lainnya, menunjukkan bahwa kepemimpinan yang kokoh adalah yang mampu menyeimbangkan kepentingan duniawi dan ukhrawi. Mereka memegang teguh prinsip Islam, tetapi juga adaptif terhadap kebutuhan zamannya.
Para pemimpin Islam masa kini juga mesti mengambil pelajaran dari khulafaur rasyidin, tabiin, tabiut tabiin, serta generasi salaf dan para khalifah sesudahnya. Misalnya, Khalifah Abu Bakar yang tegas dalam menjaga kemurnian agama, Khalifah Umar yang terkenal dengan ketegasan dan keadilan, Khalifah Utsman yang dermawan dan penuh kebijaksanaan, serta Khalifah Ali yang arif dan bijaksana dalam mengatasi perpecahan. Selain itu, figur-figur pemimpin Islam masa lalu yang sukses di masanya menunjukkan bagaimana adaptasi dan fleksibilitas tanpa kehilangan prinsip dasar Islam adalah kunci keberhasilan.
Menyiapkan Kader Pemimpin yang Berorientasi Masa Depan
Transformasi kepemimpinan bukan hanya tentang mengganti figur pemimpin, melainkan juga tentang membangun pondasi kepemimpinan yang kuat untuk generasi berikutnya. Calon pemimpin muda perlu dilatih untuk memahami grand design organisasi dan mampu melihat relevansinya terhadap konteks zaman. Pelatihan kader-kader pemimpin masa depan harus mencakup:
Pertama, Pemahaman Visi dan Misi : Setiap calon pemimpin harus memahami visi dan misi organisasi secara menyeluruh, sehingga mereka dapat mengarahkan setiap keputusan dan tindakan mereka sesuai dengan cita-cita besar organisasi.
Kedua, Pendidikan Berbasis Syariat dan Strategi Modern : Pemimpin masa depan harus memiliki pemahaman mendalam terhadap syariat Islam dan strategi manajemen modern. Keseimbangan ini akan memungkinkan mereka untuk menjaga prinsip agama sambil tetap relevan dengan perkembangan manajemen organisasi kontemporer.
Ketiga, Praktik Kepemimpinan Langsung: Calon pemimpin perlu diberi kesempatan untuk memimpin proyek atau program nyata sebagai sarana pembelajaran. Dengan demikian, mereka akan terlatih dalam menghadapi tantangan dunia nyata dan mendapatkan pengalaman praktis dalam menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan.
Keempat, Skill dan Kompetensi: Calon pemimpin masa depan harus memiliki multiple skill, tidak hanya skill, melainkan juga termasuk soft skill, sehingga dapat memimpin orgnaisasi dengan kecakapan yang memadai. Selain itu, meski memiliki kompetensi sebagai pemimpin yang akan mengatur dan menggerakkan organisasi menuju visi dan misinya.
Tantangan dan Peluang Transformasi Kepemimpinan dalam Organisasi Islam
Mempersiapkan transformasi kepemimpinan dalam organisasi Islam bukanlah hal mudah. Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi antara lain adanya ketergantungan pada figur tertentu, adaptasi dengan kebutuhan zaman, serta harmonisasi antara prinsip Islam dengan perkembangan teknologi dan manajemen. Di sisi lain, peluang besar menanti ketika transformasi kepemimpinan dilakukan dengan baik, yaitu:
Pertama, Identifikasi Kader Potensial Sejak Dini : Organisasi perlu melakukan identifikasi calon pemimpin potensial dengan mengamati bakat, komitmen, dan ketulusan mereka dalam menjalankan tugas organisasi. Para calon pemimpin ini sebaiknya disiapkan sejak dini dengan program pembinaan yang holistik.
Kedua Regenerasi yang Kuat: Regenerasi yang sukses memastikan keberlanjutan organisasi tanpa harus bergantung pada individu tertentu. Ketika setiap pemimpin baru mampu melanjutkan estafet dengan pemahaman yang matang, organisasi akan lebih solid dalam menghadapi tantangan.
Ketiga, Adaptasi dengan Kebutuhan Zaman: Kepemimpinan yang transformatif memungkinkan organisasi untuk terus relevan dan dapat memenuhi kebutuhan umat di era digital, sekaligus tetap memegang teguh prinsip-prinsip Islam.
Keempat, Memperluas Jangkauan Pengaruh Organisasi: Pemimpin yang cakap akan mampu memperluas pengaruh organisasi ke berbagai sektor, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun pendidikan, sehingga organisasi Islam dapat memberikan kontribusi yang lebih luas bagi umat.
Kelima, Mentoring dan Pengembangan Diri: Setiap calon pemimpin sebaiknya mendapatkan mentor yang dapat membimbing mereka dalam memahami kompleksitas organisasi, meningkatkan keterampilan manajerial, dan memperdalam spiritualitas.
Keenam, Evaluasi Berkala dan Peningkatan Kompetensi: Organisasi perlu mengadakan evaluasi berkala untuk mengukur kemajuan calon pemimpin dalam berbagai aspek. Jika diperlukan, mereka perlu mendapatkan pelatihan lanjutan sesuai kebutuhan organisasi.
Membangun Harmonisasi Kepemimpinan Antar Generasi
Transformasi kepemimpinan adalah amanah besar bagi setiap organisasi Islam yang bercita-cita menciptakan perubahan positif di tengah masyarakat. Persiapan yang matang dalam membina kader pemimpin masa depan, berdasarkan nilai-nilai Islam yang kuat dan keterampilan kepemimpinan yang modern, adalah kunci keberhasilan transformasi ini..
Salah satu tantangan besar dalam transformasi kepemimpinan adalah menciptakan harmonisasi antara generasi. Organisasi yang baik adalah organisasi yang tidak hanya bertahan dengan satu generasi, tetapi bisa menghadirkan kesinambungan kepemimpinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, tidak terjadi gap antar generasi yang bisa menghambat pertumbuhan organisasi.
Agar harmonisasi ini tercipta, penting bagi organisasi untuk menerapkan pendekatan regenerasi berkesinambungan. Setiap pemimpin perlu mendorong kader-kader muda untuk belajar dan terlibat aktif dalam berbagai aktivitas organisasi, agar mereka memahami budaya, nilai, dan prinsip organisasi dengan baik.
Selain itu, proses mentoring dari pemimpin senior kepada generasi penerus juga menjadi kunci dalam menjaga kesinambungan visi dan misi organisasi. Para senior hendaknya memainkan peran sebagai mentor, pembimbing, dan pemberi nasihat yang membantu generasi baru dalam memahami dinamika organisasi. Dalam suasana seperti ini, organisasi dapat terus tumbuh secara organik, memperbarui dirinya dengan semangat yang baru tanpa terpecah akibat perbedaan pandangan atau kepentingan.
Penutup
Mempersiapkan transformasi kepemimpinan dalam organisasi Islam adalah tugas besar yang memerlukan kesungguhan, strategi, dan komitmen penuh. Transformasi ini tidak hanya berkisar pada penunjukan pemimpin baru, tetapi juga menyangkut transfer nilai-nilai, penguatan karakter, dan peningkatan kapasitas.
Dengan melibatkan prinsip-prinsip Islam yang mendalam, wawasan manajemen modern, serta teladan dari Rasulullah SAW dan para pemimpin Islam terdahulu, proses regenerasi kepemimpinan akan melahirkan generasi pemimpin yang tangguh, relevan, dan berkomitmen penuh untuk menjaga agama serta memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan masyarakat.
Organisasi Islam yang berhasil melakukan transformasi kepemimpinan yang baik akan selalu siap menghadapi berbagai tantangan dan terus relevan sepanjang masa. Dengan pemimpin yang memahami jalan, menunjukkan jalan, dan mengikuti jalan (know the way, show the way, and follow the way) sebagaimana ditegaskan John Maxwell, organisasi akan menjadi lebih kuat, lebih mandiri, dan lebih tangguh.
Pada akhirnya, inilah yang akan membawa organisasi Islam menuju visi besar membangun peradaban Islam yang kaffah. Wallahu a’lam
*) ASIH SUBAGYO, penulis adalah Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah. Ditulis sambal berbaring karena kendala kesehatan