BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) – Kebanyakan kaum Muslimin sadar akan pentingnya dakwah di tengah umat. Tapi tidak setiap Muslim paham tentang metode dan hakikat dakwah Islam. Akibatnya tak jarang terjadi salah kaprah soal dakwah yang menjadikan tujuan dakwah belum maksimal tercapai.
Permasalahan dakwah di atas menjadi satu tema dialog dalam acara “Dialog Peradaban Berbasis Gerakan Nawafil” yang diadakan di Hall Utama Masjid Agung Ar-Riyadh, Kampus Induk Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kaltim, baru-baru ini.
Sebagai contoh, dakwah dipandang sebatas bicara depan mimbar atau podium masjid saja. Sebagian lagi memahami, dakwah itu jika ada acara seremoni perayaan kegiatan agama, misalnya.
“Demikian itu perlu diluruskan di tengah masyarakat. Sebab cakupan dakwah itu luas. Bahkan seluruh hidup Rasulullah adalah bernilai dakwah bagi umatnya,” ucap Ustadz Abdul Qadir Abdullah, seorang penggiat dakwah yang jadi satu narasumber dialog tersebut.
Menurut Abdul Qadir, dengan pemahaman dakwah yang benar akan mengantar setiap Muslim menjadi dai melalui setiap perbuatannya (dakwah bil hal).
“Jadi dai itu tinggal menyampaikan apa yang dikerjakan sebelumnya dan mengingatkan apa yang lebih dulu sudah dijauhinya,” paparnya mengungkap rahasia sukses dakwah.
Selain teladan, masih kata Abdul Qadir, rumus sukses dakwah berikutnya adalah doa. Hal itu disebut pilar utama dakwah yang tidak boleh dilupakan seorang dai.
“Doa itu utama, bukan sampingan atau sambilan. Sebab pemilik hati dan hidayah hanya Allah, bukan manusia,” terang ustadz yang punya pengalaman dakwah hingga daerah minoritas Manado dan Ternate tersebut.
Masih di acara yang sama, Ustadz Manandring Abdul Gani, penggiat dakwah lainnya juga berbagi tips sukses dakwah kepada peserta Dialog Peradaban.
Selain poin di atas, penting bagi seorang dai, menurut Manandring, memperhatikan budaya silaturahim dan berinteraksi langsung ke tengah masyarakat.
“Ada banyak kisah dakwah Nabi Muhammad yang justru lebih menggores dan mengubah manusia dengan dakwah silaturahim tersebut,” pungkasnya.
Diketahui, Dialog Peradaban tersebut menghadirkan beberapa narasumber dari kalangan kader senior Hidayatullah, sejak era perintisan 1970-an. Para narasumber secara bergiliran lalu berbagi pengalaman dakwah dan spritual lainnya.*/Daeng Situju