AdvertisementAdvertisement

Nukil Maulid Barzanji, Ditzawa Kemenag Ajak Bersama Kuatkan Zakat sebagai Pilar Peradaban

Content Partner

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf (Ditzawa) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), Prof. Dr. H. Waryono Abdul Ghofur, menjadi pembicara pada hybrid event Kuliah Peradaban 2023 bertajuk “Zakat sebagai Pilar Peradaban” di Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang Cempedak I/14, Otista, Polonia, Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu, 11 Rabi’ul Awal 1445 (27/9/2023).

Acara yang digelar Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) bekerjasama dengan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah ini sekaligus dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (SAW).

Dalam penyampaiannya yang khas, Prof. Dr. H. Waryono Abdul Ghofur mengutarakan ihwal Maulid Nabi yang sejatinya memuat pesan kebangkitan untuk sampai pada harapan baru.

“Momentum memperingati maulid, itu kira kira awalnya munculnya secerca harapan baru. Sehingga ini juga harus kita jadikan momentum,” katanya.

Prof Waryono kemudian menukil Maulid Barzanji, sebuah kitab yang membahas tentang kisah kehidupan Rasulullah yang ditulis oleh Sayyid Zainal ‘Abidin Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim al-Husaini asy-Syahzuri al-Barzanji.

Dia menjelaskan, dalam Barzanji memuat pesan pesan tentang pentingnya menjaga usaha dan harapan agar sampai pada tujuan yang disimbolkan dengan padamnya api dan robohnya berhala.

“Maka kira kira kita harus juga menandai perubahan itu dengan seperti itu. Jadi padamnya apa itu yang mengajak kepada kemungkaran. Kedua, bagaimana kita membunuh berhala berhala terutama yang menempel ke kita. Kata Nabi, kita baru pulang dari jihad kecil. Jihad akbar itu sepanjang hayat. Karena, yang paling berat itu bukan di luar kita tapi di dalam diri kita,” katanya.

Karenanya, dia berharap, peringatan maulid Nabi ini hendaknya menjadi momentum untuk bagaimana kita bangkit bersama sama.

Lebih jauh menurut Prof Waryono, zakat dan wakaf yang memang terdapat nash-nya tersebut akan betul betul menjadi faktor utama pengubah di masyarakat. Peranan tersebut menurutnya dapat tercapai dengan catatan, tidak ada tumpang tindih (overlapping), semua pihak siap bekerja sinergis, dan berorientasi target.

“Maka dengan begitu, bisa bersaing. Bahkan sudah memikirkan mengadakan alat transportasi udara sendiri. Misalnya kalau LAZ sinergi, kayaknya kita bisa tuh beli pesawat,” katanya.

Menurutnya, kita juga harus pikirkan punya transportasi laut dengan berbagai ukuran untuk menjangkau daerah terpencil karena mayoritas kawasan Indonesia adalah maritim. Adapun, apakah transportasi laut dan udara nyewa atau apa, semua bisa diestimasi.

“Poin saya adalah bagaimana manfaat zakat dan wakaf ini justru dirasakan oleh orang yang sangat jauh dari layanan negara, ditambah dia memiliki keterbatasan akses, dan sulit berkembang,” imbuhnya.

Menurut Prof Waryono, ketiga kategori yang disebut terakhir ini harus menjadi perhatian bersama. Termasuk dalam pada itu, berkenaan dengan sulitnya berkembang dalam aspek pendidikan.

Maka, kata dia, gerakan zakat perlu juga menghadirkan sekolah atau pendidikan yang berkualitas di daerah seperti ini, minimal tingkat dasar dan menengah. Nanti kuliah baru keluar. (ybh/hidayatullah.or.id)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Waspada Jebakan Pinjol dan Paylater Kalangan Anak Muda dengan Literasi Keuangan

MAKASSAR (Hidayatullah.or.id) -- Maraknya kasus jeratan pinjaman online (pinjol) dan paylater di kalangan anak muda terutama mahasiswa dan pelajar...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img