DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Aula Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dipenuhi dengan semangat yang berbeda, hari itu, Selasa, 24 Jumadil Awal 1446 atau 26 November 2024. Walau Hari Guru telah berlalu sehari sebelumnya, antusiasme para santri dan dewan guru tak surut untuk memperingatinya.
Acara yang digagas oleh Organisasi Pelajar Pondok Pesantren Hidayatullah (OP3H) ini disiapkan dengan inisiatif mandiri para santri, menggambarkan rasa syukur atas peran guru sebagai pelita di jalan pendidikan.
Pagi itu, suara tabuhan alat musik mengawali suasana. Tim hadrah membawakan nasyid Man Ana dengan penuh penghayatan, menciptakan harmoni antara suara dan melodi. Lantunan syahdu dari sang vokalis menyentuh hati para peserta, menumbuhkan rasa khidmat sekaligus rasa bangga.
Tepuk tangan pun bergemuruh mengiringi akhir penampilan, seolah menjadi salam pembuka yang hangat untuk seluruh sesi yang akan berlangsung.
Seperti setiap tradisi di Pondok Pesantren Hidayatullah, acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Kali ini, Surah At-Tin dilantunkan dengan khusyuk oleh salah satu santri yang suaranya menggema di dalam aula.
“Demi buah tin dan zaitun, demi gunung Sinai, dan demi kota yang aman ini…” Ayat-ayat itu terasa seperti pengingat akan pentingnya perjuangan dan pengabdian dalam mendidik generasi. Di tengah hening yang sakral, para hadirin, dari guru hingga santri, larut dalam suasana spiritual.
Salah satu sesi yang tak kalah menarik adalah pemutaran film dokumenter singkat. Film ini merangkum momen-momen Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di pesantren.
Terlihat cuplikan-cuplikan bagaimana guru membimbing santri dengan kesabaran tanpa batas, mengarahkan mereka tidak hanya dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam adab dan akhlak sebagai bekal berkhidmat untuk agama, bangsa, dan negara. Tawa, perjuangan, dan harapan terpancar dalam film itu, meninggalkan kesan mendalam. Para peserta terdiam, beberapa bahkan terlihat menyeka air mata.
Dwi Adi Nugraho, Ketua OP3H, naik ke podium untuk memberikan pidato. Dengan suara yang penuh semangat, ia menyampaikan apresiasi kepada para guru. “Terlepas dari segala kesulitan, para guru selalu memberikan yang terbaik bagi kami, para santri,” katanya, dengan sorot mata penuh rasa hormat.
Ucapan Dwi disambut dengan tepuk tangan. Dalam setiap kalimatnya, tersirat rasa syukur yang mendalam, sekaligus pengakuan atas dedikasi para guru yang tak kenal lelah.
Tak hanya dari para santri, Kepala Sekolah SMA-MA Hidayatullah, Ustadz Amin Fawwaid, M.M., turut memberikan pidato sambutan. “Acara ini merupakan sebuah prestasi, semoga bisa menjadi legacy untuk tahun-tahun berikutnya,” katanya.
Acara ini mencapai puncaknya ketika para santri tampil di atas panggung, menampilkan beragam kreasi seni yang menggambarkan penghargaan kepada guru. Sebuah puisi bertajuk Isi Hati Seorang Guru dibacakan dengan penuh penghayatan. Puisi itu menggambarkan pergolakan hati seorang pendidik—kebanggaan melihat murid-muridnya tumbuh, kesabaran menghadapi tantangan, dan harapan besar pada masa depan.
Suara pembacaan puisi itu menggema, menggugah emosi. Tak lama kemudian, tim paduan suara melantunkan Hymne Guru. Liriknya yang puitik penuh makna menjadi penghormatan yang menyentuh hati. Para hadirin, termasuk para guru, terlihat menyanyikan khidmat ini bersama-sama, membangun momen kebersamaan yang penuh kehangatan.
Sesi berikutnya menghadirkan salah satu kegiatan yang paling dinantikan—membaca surat-surat dari santri. Surat-surat ini ditulis dengan tangan mereka sendiri, mencurahkan rasa terima kasih kepada guru-guru mereka. Ada surat yang berisi ungkapan terima kasih sederhana, ada juga yang penuh metafora dan keindahan bahasa.
Mengarah pada visi Indonesia Emas 2045, peran guru menjadi kunci dalam membentuk generasi yang mampu bersaing di tingkat global tanpa kehilangan jati diri. Dengan bekal ilmu dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh guru, diharapkan para santri dan pelajar di seluruh negeri dapat menjadi agen perubahan yang membawa bangsa ini ke puncak kejayaannya.[]
(Laporan naskah oleh Faisal Daariy dan foto oleh Mercyvano Ihsan, santri kelas IX peserta kelompok Program Lifeskill Jurnalistik Sekolah Integral Hidayatullah Depok Angkatan 2024 yang juga peserta Super Leader Camp XI 2024)