مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam” (HR. Muslim).
Begitulah cara Rasulullah mengibarat bagaimana seharusnya umat itu bersatu, berserikat, berkumpul, berjama’ah, berorganisasi atau bahkan bernegara. Ia laksana satu tubuh. Sehinga tidak bisa dipisahkan satu dengan lain. Karena sesungguhnya, yang membedakan hanya tempat, fungsi dan perannya masing-masing. Sehingga kesemuanya akan sama-sama merasakan suka dan duka, karena memiliki tujuan akhir yang sama.
Jika dikaitkan dengan organisasi, Morgan G (2006) dalam sebuah bukunya Images of Organization, membuat metafora yang cukup menarik. Dari berbagai metafora yang diberikan, salah satunya menyatakan bahwa organisasi diibaratkan seperti organisme. Dia bukan sesuatu yang mati. Tetapi, dia hidup sebagaimana organisme hidup. Karena hidup, ia selayaknya seperti makhluk hidup pada umumnya. Yaitu mengalami pertumbuhan dan perkerkembangan. Tidak statis dan jumud.
Dimana tumbuh seringkali dikaitkan dengan perkembangan secara fisik. Sedangkan berkembang dikaitkan dengan otak/pikiran. Dua-duanya harus seiring dan sejalan. Jika kembali ke ibarat satu tubuh tadi, maka pertumbuhan fisiknya yang terus membesar, juga harus dibarengi dengan pertumbuhan otaknya, yaitu menyangkut cara berfikirnya. Dengan demikian maka, organisasi sebagai sesuatu yang hidup tersebut, dalam tumbuh dan berkembangnya juga dalam pengaruh lingkungan sekitar.
Kendatipun demikian, organisasi yang satu dengan organisasi yang lain bisa berbeda, karena berada pada lingkungan yang berbeda pula. Morgan menggambarkan organisasi seperti hanlya buaya yang hidup di daerah rawa akan berbeda dengan onta yang hidup dipadang pasir. Keduanya memiliki anatomi dan cara hidup yang berbeda. Demikian organisasi dalam situasi yang kondusif tentu berbeda dengan organisasi yang sedang berada dalam masa krisis.
Siklus Organisasi
Setiap organisasi memiliki tujuan akhir yang hendak dicapai. Sehingga dengannya juga memiliki cara yang berlainan dalam struktur, kebudayaan dan strategi pengembangan sumber daya yang ada untuk dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi dimaksud.
Tidak sama antara satu organisasi yang satu dengan yang lain. Demikian halnya denga pilihan strateginya, mesti ada pendekatan yang sifatnya generik namun dalam praktinya selalu berlainan antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Hal ini terutama agar organisasi tersebut dapat bertahan dan berkembang. Disinilah maka ada istilah siklus/daur hidup organisasi.
Jones (2001) menyebut tahapan dalam siklus hidup organisasi meliputi tahapan kelahiran, pertumbuhan, penurunan, dan kematian, sehingga dapat dikatakan bahwa siklus hidup suatu organisasi (organizational lfe cycles) adalah tahapan organisasi yang dimulai dari lahir, tumbuh , dewasa dan mati.
Siklus hidup organisasi sangat panjang tetapi bisa juga sangat pendek, tergantung pada kualitas proses manajemen, termasuk kemampuan organisasi untuk menghadapi turbulensi serta perubahan eksternal dan internal, karena seringkali turbulensi eksternal ini menciptakan tekanan dan mendeterminasi pada kinerja organisasi itu sendiri.
Namun sebuah organisasi terkadang terpaksa sampai pada tahap kemunduran, yang disebabkan oleh empat alasan, yaitu atrofi organisasi, kerentanan, hilangnya legitimasi, dan entropi lingkungan.
Jika suatu organisasi sampai pada tahap kemunduran, maka diperlukan upaya untuk mencegahnya dan pada kenyataannya organisasi tidak harus berhenti beroperasi, tetapi diklaim lebih efisien, produktif, inovatif, dan lebih efektif.
Agar Organisasi tidak Mati
Dengan demikian maka sebagai organisme, setiap tahapan dalam siklus organisasi itu sudah harus dipahami sejak dini. Dan tujuannya adalah jangan sampai mati, baik cepat mupun lambat. Sehingga sebagaimana juga diibaratkan satu tubuh itu, maka secara instinktif, juga mesti dirasakan jika dalam setiap tahapan ada perubahan baik perbaikan ataupun berupa masalah dan ketidak sesuaian dengan prosedur yang telah ada.
Dalam konteks ini maka pemimpin organisasi harus mampu menggerakkan seluruh elemen organisasi untuk melakukan upaya-upaya yang sifatnya preventif maupun kuratif, dengan tetap memperhatikan faktor eksternal.
Sebagaimana diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa titik krusial sebuah organisasi itu, jika sudah ada dipuncak, dan kemudian mengalami decline (penurunan). Problemnya adalah seringkali organisasi tidak menyadari bahwa dia dalam kondisi puncak, tetapi tiba-tiba merosot jatuh. Maka langkah antisipatif inilah yang terus dilakukan sehingga tidak sampai terjadi kematian.
Dalam konteks organisasi, kematian sebuah organisasi bukan berarti hilang sama sekali aktifitas ataupun tidak ada geraknya lagi. Akan tetapi kematian sebuah organisasi juga bisa diartikan tidak ada perannya lagi yang dirasakan oleh stakeholder organisasi itu sendiri, atau kepada lingkungan sekitarnya.
Maka, dalam organisasi mesti ada organ/elemen yang berfungsi dan berperan untuk melakukan self diagnosis, untuk kemudian secara periodik melakukan diagnosa mandiri berupa scanning dan assessment terhadap kondisi organisasi secara mandiri. Atau bisa juga dengan meminta pihak ekternal yang ahli untuk menjadi “dokter” dan memeriksa serta mendiagnosa organisasi kita, bisa dalam bentuk audit diberbagai aspek.
Dalam konteks organisasi Islam, maka metafora organisasi sebagai organisme ini sesunggunya, dalam rangka untuk memperjuangkan dan memenangkan kebenaran. Sedangkan kebenaran (al-haq) yang dimaksud adalah yaitu Islam itu sendiri. Dan ini semestinya dipahami oleh siapapun yang sedang menjadi bagian dari organisasi Islam, apapun bentuknya, seberapapun besarnya, dan dimanapun organisasi itu berada.
Memang menjadi bagian dari organisasi seperti ini tidak mudah, dan ternyata juga tidak banyak jumlahnya, sebagaimana hadits Nabi saw berikut ini.
Dari Tsauban r.a ia berkata: Telah bersabda Rosulullah saw; Senantiasa ada satu golongan dari ummatku yang menang karena di atas kebenaran, tidak akan merugikan mereka orang orang yang menghinanya sampai datang keputusan Allah saw, selama mereka tetap ada dalam keadaan demikian (haq) (H.R. Muslim dan Abu Daud).
Wallahu a’lam
Asih Subagyo│Senior Researcher Hidayatullah Institute