MEDAN (Hidayatullah.or.id) – Kampus Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Medan Sumatera Utara berkomitmen terus menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme kepada segenap santri sejak dini.
Pimpian Pondok Pesantren Hidayatullah Medan, Drs. H. Khoirul Anam mengatakan semangat cinta tanah air itu harus terus ditumbuhkan sejak dini sehingga NKRI tertanam di benak mereka sebagai negeri yang diperjuangkan kemerdekaannya oleh santri dan umat Islam dengan penghargaan segala keragaman yang ada di dalamnya.
“Perjuangan untuk memperolah kemerdekaan Indonesia tidaklah muncul begitu saja, namun melalui proses perjuangan panjang yang telah mendahuluinya,” kata Khoirul Anam dalam keterangannya diterima baru-baru ini.
Menurutu Anam, kemerdekaan Indonesia memiliki kaitan yang sangat erat dengan umat Islam. Pada masa perang merebut kemerdekaan, umat Islam di Indonesia memiliki peran besar.
Anam mengimbuhkan, langkah-langkah pendudukan penjajah yakni bangsa Eropa tidak bersahabat. Mereka datang ke Nusantara dengan membawa bedil dan meriam dengan pendekatan perang dengan semboyan Gold-Glory-Gospel.
Gold-Glory-Gospel yakni merupakan gramatika sejarah tentang pencaplokan kawasan dan mencari daerah jajahan dan kejayaan serta melakukan gerakan missionaris sekaligus.
“Mereka (penjaja) dengan politik Devide et Impera memecah belah masyarakat Indonesia, lantas sedikit demi sedikit menguasai jagat Indonesia ini,” imbuhnya.
Dikatakan Anam, dalam perjuangan di kawasan Nusantara, khususnya Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, maka peranan ajaran Islam dan umatnya punya arti yang sangat penting dan tidak dapat dihapus dalam panggung sejarah Indonesia.
Ajaran Islam yang dipeluk oleh sebagaian besar rakyat Indonesia telah memberikan kontribusi besar, serta dorongan semangat, dan sikap mental dalam perjuangan kemerdekaan yang berhasil menanamkan “ruhul Islam” yang di dalamnya memuat antara lain Jihad fi Sabilillahdan semboyan ummat Islam “Khubbul Wathon minal Iman”, cinta tanah air sebagian dari Iman. Hal itu menumbuhkan semangat partiotik bagi umat Islam dalam melawan penjajahan.
“Apabila tidak ada semangat Islam di Indonesia, sudah lama kebangsaan yang sebenarnya lenyap dari Indonesia,” kata Anam mengutip perkataan Dr. Douwwes Dekker.
Menurut Anam, semangat dan pergerakan perjuangan tersebut begitu menggeliat di kalangan kelompok masyarakat Muslim, menunjukkan bahwa mereka menganut ajaran Islam, yang secara tegas melarang adanya praktik penjajahan di muka bumi.
Apalagi, terang dia, dalam aspek pendidikan, dimana para Kiai di pesantren-pesantren saat itu menjadi Panglima Perang, menjadikan pesantren sebagai basis pertahanan Indonesia dari serangan penjajah.
Karenanya, kata Anam, Islam yang sudah merakyat di Indonesia ini, punya peranan yang sangat penting, berjasa, dan tidak dapat diabaikan dalam perjuangan di Indonesia. (ybh/hio)